Judul Asli : MOCKINGJAY ( book 3 of The
Hunger Games Trilogy )
Penulis
: Suzanne Collins
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Alih
Bahasa : Hetih Rusli
Cetakan
I : Januari 2012 ; 432 hlm
Sinopsis :
Katnis
Everdeen sekali lagi berhasil lolos dari Hunger Games. Namun ia tak mampu
menyelamatkan Peeta Mellark kembali yang sekarang menjadi tawanan Capitol.
Katnis diselamatkan oleh kaum pemberontak dan sekarang bersembunyi di Distrik
13 yang telah dianggap musnah selama bertahun-tahun. Sekarang Distrik 13
bangkit dari kegelapan, setelah sekian lama bersembunyi, dan menjadi markas
utama para pemberontak seluruh Distrik. Terlebih setelah Presiden Snow
memerintahkan pemusnahan ke-12 Distrik dengan bom-bom tepat saat Katnis
menghilang dari arena Hunger Games, diselamatkan pesawat ringan Distrik 13. Katnis masih bersyukur bahwa Gale dengan
sigap menggerakkan sebagian besar penduduk Distrik 12 untuk menyelamatkan diri
saat bom-bom dijatuhkan, termasuk keluarga Gale dan keluarga Katnis selamat.
Namun tidak bagi hampir separuh penduduk yang tertinggal, mereka tewas, musnah
bersama rumah, toko, tanah yang dibom, hanya tinggal abu yang tersisa.
Katnis
yang sedang masa pemulihan akibat pertempuran Hunger Games, tak dapat pulih
kembali karena memikirkan kondisi Peeta yang tertawan. Sedangkan para pemberontak menanti dirinya
untuk segera bangkit dan menjadi simbol kekuatan dan perlawanan terhadap
Capitol, memimpin rakyat menuju kebebasan dari penjara pemerintahan Capitol.
Katnis berusaha memenuhi tugas-tugasnya sebagai ‘sang Mockingjay’ tapi entah
mengapa, ia merasa bahwa dirinya seakan menjalani hal yang sama seperti peserta
Hunger Games.
Ia melakukan persiapan yang sama dengan tim persiapannya ( yang
diculik dari Capitol dan disiksa oleh para pemberontak, sebelum diselamatkan
oleh Katnis ), menjadi bintang dalam adegan-adegan yang direkam guna disiarkan
pada masyarakat sebagai propaganda melawan Capitol, bertempur melawan
musuh-musuh yaitu masyarakat Capitol ( beberapa yang sempat menjadi
pertengkaran antara dirinya dengan Gale, saat ia membela tim persiapannya yang
notabene orang Capitol, namun mereka selalu bersikap baik terhadap Katnis ),
dan dengan segala pertempuran propaganda, tiba-tiba muncul sosok Peeta di layar
televisi, sosok yang dikira Katnis telah tewas atau paling tidak disiksa,
muncul dalam kondisi segar dan meminta Katnis mendorong para pemberontak untuk
melakukan genjatan senjata demi perdamaian dan kelangsungan hidup masyarakat,
karena pertempuran hanya akan membuat semua orang nantinya tewas hingga tak ada
yang tersisa.
Katnis
bingung dan terombang-ambing mendengarkan siaran itu. Di satu sisi ia bahagia
karena Peeta selamat, hidup dalam keadaan bugar. Di sisi lain, seakan-akan
Peeta berbelok membela Capitol melawan Pemberontak. Katnis merasa bimbang
sekaligus marah, tak ada satu pun yang dapat membantunya bahkan memberikan
saran, seakan-akan setiap orang memiliki agenda dan maksud tersendiri dalam
pemberian dukungan maupun saran-saran. Dan ketika akhirnya ia memutuskan
bangkit melawan Capitol, Presiden Snow menunjukkan bukti ancamannya, Katnis
menyaksikan bagaimana Peeta hari-demi-hari seakan mengalami penyiksaan yang
berat. Hal ini membuat hati Katnis remuk-redam, karena ia tahu jika kebangkitan
Mockingjay akan menyakiti Peeta secara fisik, bahkan bisa membawanya pada
kematian. Hati Katnis terpecah-belah, bahkan Gale yang selama ini mampu menjadi
curahan hati serta sandaran pikiran, justru sering berselisih pendapat dengan
Katnis, sehingga hubungan mereka menjauh karena masing-masing memiliki agenda
dan pemikiran yang berbeda.
Melihat
kondisi Katnis yang semakin terpuruk, jelas tidak membuat program yang dibuat
oleh Distrik 13 semakin maju. Maka diambil keputusan untuk membebaskan para
tawanan di Capitol. Katnis tidak mengetahui rencana tersebut sampai tim
penyelamat telah berangkat. Maka ia hanya bisa menunggu dan menunggu kabar dari
usaha yang dirahasiakan. Dan akhirnya, datanglah kabar bahwa tim penyelamat
telah kembali beserta tawanan yang berhasil diselamatkan. Katnis dan Haymitch
segera menyerbu ke rumah sakit tempat mereka semua dirawat karena
kondisi-kondisi selama penyiksaan serta para anggota tim penyelamat banyak pula
yang terluka. Katnis mulai melihat Gale yang ditangani dokter, Joanna yang
pingsan diangkut masuk, teriakan seorang wanita ; Annie yang memanggil Finnick – pasangan yang sekian
lama terpisah akhirnya bersatu, membuat Katnis terharu sekaligus iri … hingga
Haymitch memanggilnya karena telah menemukan Peeta – akhirnya Katnis bisa
melihat Peeta yang dikerumuni sekian banyak dokter. Pandangan mereka bertemu,
Peeta mendorong semua orang yang ada di sekelilingnya, melompat turun dari
tempat tidur dan menuju ke arah Katnis, yang juga berlari mendekatinya sambil
merentangkan kedua tanganya untuk memeluk Peeta …. hingga kedua tangan Peeta
terasa di lehernya, mencekik dirinya sekuat tenaga.
Peeta
Mellark sekarang bukanlah Peeta yang manis, ramah dan jatuh cinta setengah mati
pada Katnis, ia sekarang berusaha membunuh Katnis setiap kali melihatnya. Peeta
yakin bahwa Katnis bukan manusia melainkan ‘mutt’ yang disusupkan oleh Capitol
demi menghancurkan setiap orang termasuk dirinya. Peeta Mellark mengalami
‘cuci-otak’ sehingga setiap kenangan manisnya dengan Katnis justru berubah
menjadi mimpi-mimpi buruknya, sumber ketakutan dan kengerian. Katnis tak
sanggup lagi melihat kondisi Peeta yang seperti itu. Maka ia minta ditugaskan
di tempat lain di mana ia tidak dapat melihat kembali Peeta. Dan setelah
menjalani berbagai latihan singkat untuk memastikan dirinya siap secara fisik
dan mental untuk terjun ke medan termpur, akhirnya tibalah saatnya Katnis
beserta tim khususnya berangkat untuk mengatasi Distrik 2 – satu-satunya
Distrik yang masih dalam pengaruh kekuasaan Capitol dan belum mau menyerah.
Meski
Katnis berusaha lari dari Peeta, dan Peeta masih dalam tahap pemulihan kondisi
di bawah pengawasan para ahli, kondisi Negara Panem bukan semakin membaik,
peperangan terjadi dimana-mana. Korban berjatuhan tanpa pandang bulu, tua-muda,
miskin-kaya, membuat Katnis terkadang berpikir apakah benar pemikiran Peeta
yang menyarankan bahwa sejak awal sebaiknya mereka semua melakukan genjatan
senjata dan merundingkan perdamaian ? Namun saat ini setiap orang yang
memikirkan dirinya sendiri dan bagaimana membalas dendam atas kematian demi
kematian yang menimpa kerabat mereka. Dan Katnis di medan pertempuran seakan
kembali ke arena Hunger Games, menjalani suatu permainan bagai lingkaran setan
yang tak terputus hingga semuanya binasa …
Kesan :
Ibarat
menonton film, maka ending buku ke-2 dan awal buku ke -3 bagaikan arus
adrenalin ketegangan yang mengasyikkan, membuat kita kecanduan untuk terus
mengikuti langkah-langkah Katnis Everdeen – tokoh utama dala kisah ini. Penulis
dengan pandai memicu minat pembaca dengan menciptakan sosok ‘pahlawan’ dari
kalangan biasa yang mampu bangkit memperjuangkan harkat dirinya serta
melindungi orang-orang yang dikasihi. Dan segala konflik serta perang batin
yang dialami Katnis serta tokoh-tokoh di sekelilingnya, menunjukkan sisi
manusiawi yang justru membuat pembaca semakin dekat dengan tokoh-tokoh rekayasa
ini, karena dalam setiap diri Katnis, Peeta, Haymitch, Gale bahkan Presiden
Snow, ada sekelumit jiwa dan pemikiran yang sama, bahwa kita – pembaca juga
dapat berperan dan melakukan hal yang sama dalam kehidupan kita masing-masing.
Suatu konsep yang sederhana dan sangat kompleks.
Tanpa
banyak menyingkap isi buku terakhir dari trilogy Hunger Games ini, cukup jelas
pesan yang tersampaikan bahwa peperangan tidak membawa kebaikan, apa pun alasan
di baliknya, karena baik yang menang maupun yang kalah sama-sama kehilangan
orang-orang yang dikasihi, nyawa mereka tak mampu dikembalikan dengan cara apa
pun. Dan Katnis – pun akhirnya menyadari apa yang benar-benar dia inginkan
setelah sekian lama hatinya mencari, setelah mengalami berbagai cobaan berat
yang tak pernah mampu menghilangkan mimpi-mimpi buruk yang senantiasa datang …
“ ….Aku sendiri
punya banyak api. Yang kubutuhkan adalah bunga dandelion pada musim semi. Warna
kuning cerah yang berarti kelahiran kembali, bukannya kehancuran. Janji bahwa
hidup bisa berlanjut, tak peduli seburuk apa pun kami kehilangan. Bahwa hidup
bisa menjadi baik lagi ….” – Katnis Everdeen
Tentang
Penulis :
Sejak
tahun 1991 Suzanne Collins bekerja sebagai penulis cerita televisi untuk
program anak-anak. Belakangan ia juga dikenal sebagai penulis novel fantasi
remaja dengan beberapa serialnya yang sukses, termasuk serial The Hunger Games.
Saat ini ia tinggal bersama keluarganya dan sepasang kucing yang dipungut dari
halaman belakang rumah mereka. The Hunger Games telah diangkat ke layar lebar
dengan jadwal rilis 23 Maret 2012, diperankan oleh Jennifer Lawrence / Katnis (
Jen dapat dikenali di X-Men First Class sebagai Young Mystique ), Josh
Hutcherson / Peeta ( Josh dapat dikenali di Journey to the Center of The Earth
dengan Brendan Fresar ; Zathura dengan Kristen Stewart ) dan Liam Hemsworth / Gale ( main di The
Last Song yang juga diangkat dari novel Nicholas Sparks ; mendampingi Miley
Cyrus dan mereka sempat pacaran juga )
Best
Regards,
*
HobbyBuku *
buku terakhir dari trilogy ini, banyak yg bilang ceritanya tidak sebagus buku 1 dan 2
ReplyDeleteGak sabar buat baca. Tapi harus baca Cathching Fire dulu :D
ReplyDelete