Judul
Asli : THE BLUE DJINN OF BABYLON ( book 2 of Children of The Lamp )
Copyright
© 2005 by PB Kerr
Penerbit
Matahati
Alih
Bahasa : Utti Susilawati
Editor
: Nadya
Cover
by Rashad Husain
Cetakan
ke-01 : Agustus 2008 ; 426 hlm
“ … semua makhluk akan dilahap jika tinggal terlalu lama. Hanya soal waktu. Kecuali kau tidak mengharapkan apa pun sama sekali. Tapi, kutanya, siapa yang mampu melakukan itu? Memangnya ada orang yang merasa puas dengan apa yang dimilikinya? …” (Raja Nebuchadnezzar II kepada John Gaunt)
Terkadang
terlalu banyak permintaan bisa membunuhmu …
Demikianlah
kisah ini dimulai …
Review :
Kisah
ini merupakan kelanjutan dari petualangan para Jin muda, si kembar John dan Philippa Gaunt yang lahir dari pasangan Edward Gaunt-mundane ( istilah
para Jin untuk manusia biasa ) dari Layla Gaunt-wanita Jin yang kuat namun
telah bersumpah meninggalkan ‘kekuatan Jin-nya’ saat menikah.
Setelah
menempuh pelajaran ‘dasar’ tentang kehidupan Jin lewat petualangan seru bersama
Nimrod, paman mereka dalam melawan Iblis-pemimpin Jin suku Ifrit yang
menggunakan pengaruh Akhenaten dan berhasil menangkap Iblis – maka John dan Philippa kembali menjalani kehidupan selayaknya remaja seusia mereka.
Bersemangat
dalam menghadapi Halloween ( yang ditentang oleh ibu mereka ), meningkatkan
kemampuan mengambil alih tubuh binatang saat berkunjung di Kebun Binatang (
nah, yang ini memang tidak dilakukan oleh remaja biasa ) dan menemani ibu
mereka berbelanja keperluan Natal.
Hanya
satu masalah yang dianggap menyulitkan – musim dingin yang lama di kota New
York. Sebagai bangsa Jin yang terbuat dari elemen Api, maka Jin muda yang belum
berpengalaman seperti John dan Philippa akan menjadi lebih ‘lemah’ dalam
iklim yang dingin. Bahkan gara-gara kekuatan mereka menjadi ‘lemah’ maka saat
berbelanja Natal, mereka terserang penyakit TBP ( Terlalu Banyak Permintaan ) –
membuat Layla terpaksa memanggil Jenny Sachertorte-Dokter Jin terkenal, yang
sedang berkunjung di New York bersama putranya-Dybbuk ( yang lebih suka
dipanggil Buck ). Dybbuk yang menganjurkan John dan Philippa menggunakan
tempat sauna di rumah mereka untuk memulihkan energi yang melemah dalam iklim
dingin.
Dengan meningkatkan kemampuan Jin – John sibuk dengan rencana untuk
mengusir Miss. Pickings – pelayan Mrs. Trump ( =pelayan rumah tangga keluarga
Gaunt yang menjadi jutawan saat Philippa tidak sengaja mengabulkan permintaan
sehingga Mrs.Trump menang undian Lotto New York ) yang membuatnya hampir
bentrok dengan Jin bernama Frank Vodyannoy & pada akhirnya membuat John
mendapat hadiah ‘discrimen’ ( kata lucu yang dimiliki untuk permintaan bantuan
darurat ).
Kejadian
penting yang menjadi awal petualangan besar mereka dimulai saat pesta
peluncuran buku ‘Shorter Bagdad Rules / SBR’ karangan Mister Rakshasas di New York.
John dan Philippa dapat bertemu kembali dengan Mister Rakshasas dan
Nimrod, paman mereka yang tinggal di Inggris, bahkan mereka diperkenalkan
dengan sebagian besar masyarakat bangsa Jin yang bermukim di kota New York yang
hadir pada pesta tersebut.
Di
sanalah Philippa diingatkan oleh Nimrod akan Turnamen Djinnverso Dunia yang
akan diadakan menjelang Malam Tahun Baru. Philippa yang baru menguasai
permainan ini dalam beberapa bulan, sudah sangat ahli, terlebih ia sering
berlatih dengan ayahnya dan Bull Huxter ( mundane-teman Mr. Gaunt yang
mengetahui bahwa kedua putra temannya adalah Jin muda ), namun karena ia
termasuk Jin yang pendiam dan pemalu, hampir saja ia tidak tertarik untuk
ikut serta dalam turnamen – itu sebelum ia bertemu dengan Lilith de Ghulle –
juara Djinnverso Djunior yang sok dan putri Mimi de Ghulle, Jin dari suku
Ghul yang tergolong Jahat.
Mimi
de Ghulle digosipkan sedang mencari-muka pada Ayesha – sang Jin Biru dari
Babylon yang sedang mencari Jin pengganti dirinya. Jin Biru dari Babylon adalah
posisi pemimpin semua Jin karena ia berada pada posisi di luar Kebaikan dan Kejahatan sehingga dapat mengambil keputusan dengan adil. Selain
mengurus kesejahteraan para Jin, ia juga merupakan hakim tertinggi dalam
peradilan Jin dan yang memutuskan semua hukuman bagi mereka yang
melanggar The Bagdad Rules.
Maka
Philippa semakin giat berlatih menjelang turnamen yang akan diadakan di New
York, sedangkan John berusaha mencaritahu tentang Jin Biru lewat buku SBR
karangan Mr. Rakshasas, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing sehingga
hampir tidak memperhatikan sedikit perubahan sikap Layla Gaunt yang sempat
terlihat tanpa sengaja bersitegang dengan Ayesha-sang Jin Biru dari Babylon.
Tiba
pada hari saat Turnamen Djinnversoctoannular di Hotel Algonquin, New York, di
mana pertemuan antara enam suku Jin tak dapat dihindari ( tiga dari pihak Baik dan 3 dari pihak Jahat ) – ternyata John didampingi Nimrod mampu
mengalahkan lawan dengan cara ‘silat-lidah’ ( peraturan selama 3 hari turnamen
semua Jin dilarang menggunakan kekuatan Jin, baik peserta maupun penonton ),
bahkan Philippa mampu mengalahkan peserta senior hingga ia berhadapan dengan
Lilith-dan ia hampir dinyatakan kalah dari Philippa hingga muncul protes karena
terjadi kejanggalan. Penyelidikan membawa peserta yang tersisa termasuk
Philippa dalam sidang peradilan oleh Ayesha dengan hasil yang mengejutkan –
Philippa terbukti dan mengakui telah berbuat kecurangan serta melanggar
peraturan dengan menggunakan kekuatan Jin.
Keanehan
tersebut hanya diketahui oleh John dan Nimrod serta Philippa sendiri yang
mengakui bahwa dirinya seakan disusupi oleh Jin lain yang mengambil alih
tubuhnya dalam peradilan sehingga mengakui kesalahan yang tidak pernah
diperbuat. Dalam usaha mengembalikan nama baik Philippa, mereka sepakat
membantu Izaak Balayaga, Jin penjaga Istana Topkapi di Istanbul yang ingin
mengembalikan Solomon’s Grimoire ( =buku yang berisi berbagai mantra yang akan
memberi kekuasaan tak terbatas atas semua Jin, siapapun yang menguasai akan
dapat memperbudak semua Jin tanpa batas ) sebelum diketahui Ayesha – yang
seharusnya menyimpan buku tersebut di dalam lemari besi Anti-Jin di Berlin.
John dan Philippa, hanya mereka berdua yang dipercaya menerima buku tersebut,
diberi instruksi untuk bertemu Izaak di atas kereta api antara Istanbul dan Berlin. Maka dengan penuh tekad, mereka berangkat tanpa menyadari
bahwa hal tersebut merupakan bagian dari suatu rencana besar yang secara licik dan keji dilakukan demi kepentingan pribadi seseorang yang tidak
segan-segan memperalat orang lain – semuanya terjadi dengan cepat tak ada yang
dapat mencegah hingga John disekap dalam tabung cerutu yang kecil sedangkan
Philippa lenyap diculik.
Dari
Istanbul menuju Berlin kemudian menyeberang ke Kairo dan kembali ke Inggris,
akhirnya diperoleh kabar baik- bahwa Philippa berada di Irak, tepatnya disekap
di Istana Gantung Babylon ( suatu legenda yang diketahui telah lenyap
berabad-abad ).
Kabar
buruknya jika dalam waktu tigapuluh hari Philippa tak dapat dikeluarkan dari
Istana tersebut, maka ia akan berubah menjadi sosok yang mengerikan.
Dan
yang lebih berbahaya, Nimrod tak dapat mendekati lokasi tanpa terdeteksi
kekuatan Jin-nya yang sangat besar, dimana hal tersebut akan berbahaya bagi Philippa.
Maka John harus berangkat seorang diri menyelamatkan saudara kembarnya, hanya
didampingi oleh Mr. Groanin ( mundane pelayan Nimrod yang bertangan satu ),
Alan dan Neil ( saudara Mr. Gaunt yang dirubah menjadi anjing oleh Layla
; baca buku pertama ) serta Mr. Rakshasas ( yang harus bersembunyi dalam botol
lampunya ).
Dengan
Nimrod yang berangkat menuju Monte Carlo, menunaikan misinya yang lain, setiba
rombongan di Yordania mereka dibantu Darius al Bagdadi, bocah Irak duabelas
tahun pemuja Michael Schumacher, pemandu serta supir mereka dalam melintasi
gurun menuju perbatasan Irak mencari Istana Gantung Babylon.
John
yang terbiasa didampingi Philippa yang berkepala dingin serta cerdas, kali ini
harus memeras otak mencari akal dalam menghadapi setiap tantangan baik ujian
fisik maupun teka-teki. Berhadapan dengan para perompak, demon gurun, tentara
militer Amerika, pria berpedang, atau Rukhkh-burung raksasa yang siap menggigit
putus kepalanya dan Optabellower ‘monster permintaan’ – John harus siap menghadapi dan menyelesaikan semua tantangan berburu dengan waktu demi keselamatan
Philippa.
Bahkan jika hal itu berarti harus membunuh ayahnya dan
menyebabkan tewasnya Allan dan Neil – sahabat pendamping setia serta
kedua pamannya. Walau pun mendapat bantuan dari Finlay, bocah yang disihir
menjadi burung elang peregrine serta pemandu tak terduga yakni sang Raja
Nebuchadnezzar II-penguasa Babylon Kuno, namun tak ada yang dapat mempersiapkan
John saat berhadapan langsung dengan Philippa, atau sosok menyerupai Philippa
namun bukanlah Philippa saudaranya …
Dan
masih banyak kejutan serta misteri yang harus diungkap dalam buku ini, lebih
kompleks serta penuh dengan intrik serta konflik yang menegangkan … bahkan
sebagai penutup kisah buku kedua ini, pembaca akan dibuat semakin penasaran
akan kelanjutan buku ketiga kisah Children of The Lamp ini apalagi dengan
kemunculan musuh lama si kembar John dan Philippa ( siapa ya … ^_^ )
Tentang
Penulis :
Philip
Kerr lahir 22 Februari 1956 di Edinburgh, Inggris, dikenal dengan novelnya The
Bernie Gunther yang merupakan serial thriller. Selain itu ia juga menulis serial The Children of
The Lamp untuk remaja dengan nama P.B. Kerr.
P.B. Kerr menyelesaikan pendidikan sekolah grammar di Northampton, kemudian
mempelajari hukum di University of Birmingham pada tahun 1974-1980 dan mencapai
gelar Master. Ia semula bekerja sebagai penulis iklan di Saatchi and Saatchi,
sebelum memutuskan sebagai full-time writer di tahun 1989. Selain itu ia juga
menulis artikel untuk surat kabar The Sunday Times, The Evening Standard dan
The New Statesman.
P.B.
Kerr menikah dengan Jane Thynne, yang juga seorang penulis, dan mereka tinggal
di Wimbledon, Inggris dengan ketiga anaknya : William, Charlie dan Naomi.
Info selengkapnya silahkan kunjungi situs : P.B. Kerr
Best Regards,
* Hobby Buku *
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/