Books “ KERAJAAN NAGA EMAS ”
Judul
Asli : KINGDOM OF THE GOLDEN DRAGON
( book 2 of City of The Beast Trilogy )
Original
title “EL REINO DEL DRAGON DE ORO”
Copyright
© 2003 by Isabel Allende
Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama
Alih
Bahasa : Fanny Yuanita
Editor
: Rini Nurul Badariah
Desain
Cover by Edward Iwan Mangopang
Cetakan
I : Maret 2012 ; 360 hlm
Sinopsis
:
(
Prolog )
Di
puncak pegunungan Himalaya bagian utara yang selamanya tertutup laipsan es,
tiada seorang manusia bahkan makhluk hidup yang tampak, apalagi berani menempuh
perjalanan yang terkenal dengan medannya yang sangat berat. Namun saat itu dua
sosok manusia tampak sedang mendaki menuju puncak. Tanpa peralatan mendaki,
hanya dengan kekuatan diri serta mental, dan perbekalan secukupnya, keduanya
menjalani jalur-jalur yang jarang sekali dilewati manusia. Mereka adalah Biksu
Buddha bernama Tensing dan muridnya – Pangeran Dil Bahadur, putra bungsu dan
putra mahkota terpilih Kerajaan Terlarang. Dil Bahadur yang berarti ‘jiwa
pemberani’ – sedang menjalani proses pembelajaran dalam mempersiapkan dirinya
sebagai penerus tahta Kerajaan Terlarang.
Merupakan
sebuah ritual dan kewajiban bagi pewaris tahta terpilih untuk digembleng secara
khusus oleh para Biksu Buddha semenjak usia 6 tahun hingga mencapai usia 20
tahun. Biksu Tensing adalah Orang Suci yang telah mengalami berbagai
reinkarnasi, dan ia terpilih untuk mendidik
sang pewaris tahta, dan saat ini mereka mendaki menuju Lembah Para Yeti
– Makhluk Buas Buruk Rupa yang telah menjadi Legenda Dunia. Dil Bahadur yang
sekarang sudah berusia delapan belas tahun, telah menyesuaikan diri dengan
kehidupan dan ajaran gurunya selama dua belas tahun … tapi saat menemukan bahwa
sang guru membawanya ke tempat tersembunyi, kediaman Para Yeti yang liar dan
buas, ia berusaha menyingkirkan kekhawatirannya, karena ia mempercayai sang
guru dengan segenap jiwanya.
( Kota
New York, di belahan dunia yang lain )
Seorang
multibilioner yang dikenal sebagai
orang terkaya kedua di dunia,
memiliki obsesi untuk memiliki barang-barang langka, unik dan tiada duanya,
segala cara ditempuhnya guna mendapatkan keinginannya, sehingga ia dijuluki
Sang Kolektor bagi dunia hitam. Saat ini ia ingin menambah koleksi terbaru :
sebuah patung Naga Emas yang pernah ada 1800 tahun lalu, patung yang memiliki
kekuatan ramalan yang kuat, menghilang ketika terjadi pembantaian bangsa Tibet
oleh bangsa Cina, sehingga banyak dari mereka melarikan diri sampai ke Nepal,
di pegunungan Himalaya yang terpencil. Untuk tugas yang tidak mudah ini, ia
memanggil secara khusus orang yang dijuluki Sang Spesialis – yang mampu
melaksanakan segala jenis perintah dengan bayaran yang luar biasa tinggi. Maka
segera dilakukan persiapan pencarian patung langka itu …
Di sisi
lain kota New York, Kate Cold telah kembali pada rutinitasnya. Setelah
perjalanan panjang kepulangannya dari Amazon bersama Alex, cucunya, dari
petualangan maut di jantung hutan Amazon, melibatkan Makhluk Buas,
Manusia-Manusia Kabut yang misterius, serta
terungkapnya komplotan yang berusaha memusnahkan bangsa Indian guna memperampas
lahan mereka. Kepulangan Alex berbeda dengan saat keberangkatannya ke Amazon.
Ia bukan bocah kurus, pucat yang menderita, tapi bocah dengan kulit kecoklatan,
kepala dicukur dengan gaya aneh ( akibat ritual yang harus diikutinya ),
senjata beracun serta tiga telur kristal yang dititipkan oleh Nadia kepadanya,
guna dimanfaatkan bagi kesejahteraan kaum Manusia Kabut. Alex memberikan telur
kristal tersebut yang sebenarnya berlian raksasa kepada Kate, karena ia tahu
bahwa neneknya akan menemukan jalan yang benar untuk memanfaatkannya, dan Alex
segera pulang ke California, membawa air ajaib serta ramuan obat dari Walimai –
cenayang dan penyihir Indian, yang akan membawa kesembuhan bagi ibunya.
Sepeninggalan
Alex, Kate masih disibukkan dengan rutinitas pekerjaannya, hingga ia teringat
akan telur-telur pemberian Alex. Kate tidak percaya bahwa itu adalah berlian.
Namun ia ingin mendapat kepastian dan membawanya kepada Isaac Rosenblat –
penguaha Yahudi dan ahli soal batu permata, dan ternyata benar, telur-telur itu
adalah berlian yang tak ternilai harganya. Tak lama bagi Kate guna memikirkan
cara menggunakan berlian-berlian itu sebagai sumber daya. Maka ia menghubungi
kembali Profesor Ludovic Leblanc ( uniknya baik Ludovic maupun Kate sama-sama
saling tidak menyukai, namun mengakui kemampuan masing-masing ), dan mereka
mendirikan Yayasan Berlian yang bertugas melindungi suku-suku Indian Amazon,
khususnya Kaum Manusia Kabut yang terhitung langka.
Bekerja
sama dengan Isaac Rosenblat yang bertugas membuat berlian-berlian tersebut
menjadi sumber dana yang besar, Kate juga selalu berhubungan dengan Cesar
Santos yang diangkat sebagai pengawas rancangan-rancangan Yayasan Berlian dalam
usaha melindungi hutan-hutan alami serta kebudayaan asli di Amazon. Ia bahkan
membujuk Cesar guna mengirim Nadia ke
New York agar ia bisa belajar lebih lanjut. Kate yang tidak pernah mau
direpotkan oleh anak kecil, justru tertarik pada Nadia – gadis cilik yang meski
baru berusia tiga belas tahun, namun memiliki kedewasaan serta kematangan yang
jauh melebihi dirinya yang sudah 65 tahun. Ia memiliki rencana untuk memperluas
wawasan Nadia agar tidak terbatas hanya di kawasan Amazon.
Maka
datanglah Nadia ke kota New York, melalui perjalanan jauh dengan pesawat
terbang ( sesuatu yang belum pernah dilakukaannya, dan Nadia memiliki ketakutan
akan ketinggian ), hanya membawa pakaian yang dipakainya, selembar baju hangat,
pisang dan tentu saja Boroba – monyet hitam kecil yang tak pernah lepas
darinya. Selama beberapa hari, Kate memperkenallan dunia di luar Amazon,
budaya, kebiasaan serta perilaku pada Nadia yang terpesona tapi cepat menangkap
berbagai penjelasan. Dan ketika tiba waktunya Kate melakukan perjalanan barunya
: Ekspedisi Menuju Kerajaan Naga Emas di puncak pegunungan Himalaya, ia membawa
serta Alex dan Nadia bersama rombongan International Geographic, di mana mereka
bertemu kembali dengan fotografer Timothy Bruce serta Joel Gonzalez yang telah
pulih dari luka-luka belitan anakonda di Amazon.
Dari
New York rombongan terbang menuju New Delhi, India, di mana persiapan ekspedisi
akan dimulai di sana, karena medan menuju Kerajaan Terlarang yang sulit
ditempuh, berada di antara lembah-lembah tersembunyi di puncak pegunungan
Himalaya yang senantiasa diselimuti salju. Di New Delhi, rombongan bertemu
dengan dua orang yang ternyata nantinya juga berperan dalam ekspedisi terbaru
ini. Yang seorang bernama Tex Armadillo – pria aneh yang tampak seperti hippie,
namun pandangan matanya kosong, dingin dan menakutkan. Kemudian wanita bernama
Judith Kinski, ia mengaku sebagai arsitek pertamanan yang diundang secara resmi
oleh sang Raja Kerajaan Emas, guna membangun proyek penanaman tanamana langka
seperti tulip di wilayah tersebut tanpa merusak ekologi asli alam.
(
Pegunungan Himalaya, Nepal, Kerajaan Naga Emas )
Ketika
akhirnya mereka tiba di Kerajaan Naga Emas, rombongan International Geographic
disambut oleh pemandu dan penerjemah mereka : Wandgi, sedangkan Judith Kinski –
di luar dugaan mendapat sambutan mewah oleh sang Raja secara pribadi. Sementara
beliau disambut memasuki wilayah Istana, rombongan ekspedisi dibawa berkeliling
oleh Wandgi menuju ibukota Tunkhala, yang lebih mirip sebagai perkampungan
dibandingkan sebuah kota besar. Meski listrik sudah masuk di wilayah tersebut,
tapi energinya tidak cukup memenuhi seluruh wilayah yang luas, maka seringkali
terjadi pemadaman secara bergilir. Karena itu televisi merupakan barang langka,
jaringan telepon hanya pada daerah tertentu dan karena di wilayah pegunungan
dan lembah, maka koneksi ponsel maupun internet sulit masuk.
Suasana
ibukota yang tenang, kebersihan yang terjaga, ketertiban serta keamanaan yang
terjamin, tampak di sana-sini, membuat suatu perasaan tenteram dan damai.
Selain itu tampak banyak sekali kuil-kuil serta para biarawan yang lewat,
Wandgi menjelaskan bahwa sudah lazim bahwa anak-anak yang sudah berusia 5-6
tahun akan diserahkan ke kuil untuk belajar, hingga usia menjelang remaja,
mereka bisa memilih meneruskan pendidikan sebagai biarawan atau keluar
mengikuti pendidikan di sekolah lanjutan. Setelah berkeliling, akhirnya
rombongan tiba di kediaman Wandgi yang bersih dan sederhana, disambut oleh
putrinya : Pema – gadis manis berusia lima belas tahun, yang tampak anggun
dengan pembawaan tenang dan dewasa.
Setelah
melepas lelah di penginapan selama semalam, Wandgi bersama Pema menemani para
tamu untuk berbelanja dan mempersiapkan diri guna menghadap sang Raja, karena
ada berbagai aturan dan adat-istiadat yang harus dipatuhi jika memasuki istana.
Nadia dan Pema langsung bisa bersahabat, perbedaan di antara keduanya justru
menimbulkan daya tarik pada masing-masing pihak. Jika Nadia mampu menyesuaikan
diri termasuk cara berpakaian yang harus menggunakan sarung bagi para wanita
demi kesopanan, maka Kate justru kesulitan, pakaian sehari-hari berupa celana
pendek dengan kantung-kantung, harus diganti dengan sarung, membuatnya jadi
bahan tertawaan anggota rombongan, apalagi ketika ia harus berjalan atau
bergerak dengan sangat kikuk.
Jika
Kate dan anggota timnya sibuk berburu informasi tentang Legenda Patung Naga
Emas, maka Alex dan Nadia berkesempatan berkeliling dan menemukan berbagai hal
yang cukup aneh. Tanpa sengaja mereka melihat Tex Armadillo, yang menghilang di
New Delhi, namun tampak berada di wilayah Kerajaan Terlarang, melakukan
pertemuan rahasia dengan orang-orang misterius yang menyeramkan, orang-orang
berpakaian gelap tertutup rapat dengan tattoo kalajengking di tangannya.
Penelitian lebih lanjut, menunjukkan bahwa mereka pasti anggota Sekte
Kalejengking – perkumpulan rahasia para perompak dan pembunuh bayaran yang
sangat ditakuti, mereka merekrut dan mendidik anggota berlatih senjata tajam
dan ketangkasan bela-diri terutama untuk membunuh semenjak kanak-kanak,
anggotanya semua pria dan dengan pakaian, serban dan tattoo berwarna biru tua,
mereka dijuluki Pejuang Biru.
Alex
bertanya-tanya, jika pasukan Pejuang Biru yang ditakuti itu hanya beroperasi di
India, mengapa mereka tampak di sini, di Kerajaan Naga Emas ? Sebelum ia mampu
menemukan jawabannya, mereka disibukkan dengan perayaan besar di negara itu.
Sebuah perayaan keagamaan serta peringatan ulang tahun sang Raja, membawa
kemeriahan dan suasana ceria di mana-mana. Hingga menjelang akhir perayaan,
Alex baru menyadari bahwa Nadia dan Pema lenyap tanpa jejak. Keributan menyusul
karena ternyata beberapa gadis lain juga hilang pada waktu yang bersamaan.
Pihak keamanan menelusuri jejak-jejak yang ada, menemukan bahwa besar
kemungkinan Sekte Kalajengking ada di balik penculikan tersebut. Perayaan
meriah itu sekarang hilang, suasana berganti dengan kedukaan dan ketakutan yang
menyelimuti hati para penduduk.
Para
Pejuang Biru itu terkenal ganas, mereka membunuh bayi wanita lahir di kaumnya,
yang laki-laki dibesarkan hingga usia tiga tahun kemudian disengat kalajengking
hingga remaja, yang kuat dan mampu bertahan akan dilatih menggunakan senjata,
yang lemah dibiarkan tewas mengenaskan. Karena tidak ada wanita di dalam
lingkungannya, mereka menculik para gadis muda, memanfaatkannya hingga dianggap
tidak berguna kemudian dibunuh atau dibuang dalam kondisi gila dan mengenaskan.
Para penduduk yang kehilangan termasuk Wandgi, hanya mampu meratap karena
mereka tahu bahwa tidak mungkin menemukan sososk terkasih yang diculik. Namun
Alex tidak bisa hanya berpangku tangan, menunggu kabar dari pihak keamanan
Kerajaan yang telah turun menyelidiki hal tersebut. Tanpa menghiraukan larangan
Kate, ia berusaha dengan caranya sendiri mencari Nadia dan para gadis lainnya,
dan bantuan datang dalam wujud monyet kecil : Boroba – yang melarikan diri atas
perintah Nadia, dalam kondisi lemas, lelah dan terluka, berusaha mencari Alex
dan membawa ke tempat Nadia. Hanya berbekal kuda, peralatan mendaki gunung
serta bekal secukupnya, berangkatnya Alex dan Boroba mendaki puncak pegunungan
Himalaya.
Akhirnya
setelah menunggu sekian lama, bisa juga menikmati kelanjutan petualangan Alex
Cold dan Nadia Santos, yang dikenal sebagai “Jaguar” dan “Elang”, sosok remaja
yang memperoleh kekuatan mistis dari alam, pejuang-pejuang modern yang berusaha
menyelamatkan kelangsungan alam serta budaya yang semakin tergusur oleh
keserakahan dan ketamakan manusia. Kali ini mereka berkelana menelusuri
pegunungan Himalaya yang curam, dingin membeku.
Dimulai
dengan peristiwa diculiknya Nadia oleh Pejuang Biru yang biadab, tekad Alex
serta Boroba guna menyelamatkan sahabatnya, perjuangan korban-korban penculikan
termasuk Pema – yang menunjukkan bahwa kaum wanita yang diremehkan ternyata
memiliki kekuatan tersendiri dalam menghadapi bahaya yang mengancam jiwanya.
Yang juga menarik pemaparan penulis, yang terkenal detil dalam penelitian
setiap novelnya, mampu menggambarkan sekilas tentang kehidupan masyarakat
Nepal, meskipun memasukan unsur leganda seperti adanya mahkluk Yeti, namun
bukan sekedar fantasi belaka. Karena justru penulis berusaha mencapai suatu
pesan bahwa tiada perbedaan nyata antara makhluk primitif dengan manusia
modern, jika bisa dibandingkan antara kaum Pejuang Biru yang serakah dan biadab,
dengan kaum Makhluk Yeti yang masih bisa menerima pengajaran seorang biksu.
Jika
Anda suka petualangan, jangan lewatkan kisah ini. Jika Anda suka dengan novel
jenis epic-historical meski berbau fantasi, buku ini cocok sebagai bacaan
sekaligus koleksi. Bayangkan asyiknya memasuki dunia yang indah dengan tanaman
langka, air terjun, sumber air panas di tengah gunung berapi, pegunungan liar
dengan salju tebal, kota terlarang dengan ornamen dan hiasan menakjubkan, serta
lorong-lorong rahasia dengan berbagai jebakan maut. Dan tambahan yang sangat
menarik mengenai perjalanan Pangeran Dil Bahadur dengan sang guru Biksu
Tensing, seorang pangeran muda dengan kelincahan dan kecerdikan yang mampu
melawan musuh-musuh mematikan, seorang biksu bertubuh raksasa dengan kekuatan
menakjubkan namun memiliki hati welas asih serta kelembutan yang mampu
menaklukkan makhluk-makhluk liar Yeti – bahkan menjadikan mereka pasukan khusus
guna melawan pasukan Pejuang Biru. Kisah yang penuh ketegangan sekaligus humor
menyentuh, bukan sekedar fiksi semata tapi pesan-pesan tentang moral dan akhlak
tanpa sedikit pun berkesan menggurui. Belum lagi desain cover yang sangat bagus
( btw, aku suka semua desain dan illustrasi cover karya Edward Iwan Mangopang,
selalu pas dan cocok dengan isi buku dan kesan artistik tak pernah ketinggalan
), just really love it …. (^_^)
Isabel
Allende lahir di Lima, Peru pada tahun 1942, dan tumbuh dewasa di Cil. Ia
meninggalkan Cile setelah pamannya – Presiden Salvador Allende, dibunuh pada tahun
1974. Ia bekerja di Venezuela dari tahun 1975 sampai 1984, kemudian pindah ke
Amerika. Kini ia tinggal di California bersama suaminya, Willie Gordon. Ia
pernah bekerja sebagai pembawa acara televisi, jurnalis, penulis skenario, dan
penulis buku anak-anak.
Buku
dewasa pertamanya, The House of the
Spirit yang mendapat sambutan hangat, diterbitkan di Barcelona, Spanyol
tahun 1982 dan diterjemahkan ke dalam 27 bahasa, dan mendapat penghargaan Best
Novel of the Year di Cile. Novel ini juga diadaptasi ke layar lebar dengan
pemeran-pemeran watak seperti Jeremy Irons (Esteban Trueba), Meryl Streep
(Clara Trueba), Winona Ryder (Blanca Trueba), Glen Close (Ferula Trueba), dan
Antonio Banderas (Pedro Tercero Garcia). Sementara Daughter of Fortune yang merupakan hasil riset tujuh tahun,
dijadikan buku pilihan Oprah’s Book Club pada Februari 2000. Kemudian
kelanjutannya, buku kedua Potret of Sepia
terbit pada tahun 2000. Diterbitkan tahun 2002, City of the Beasts merupakan novel Young Adult pertamanya. Novel
yang berlatar belakang hutan Amazon ini adalah bagian pertama dari trilogi
kisah petualangan.Menyusul judul kedua Kingdom
of the Golden Dragon dengan seting pegunungan Himalaya, dan buku ketiga Forest of the Pygmies menggunakan nuansa
eksotik Kenya, Afrika.
Isabel
memiliki kebiasaan menulis yang sangat metodis, yang bagi beberapa orang
mungkin terlihat merepotkan. Ia menulis di depan komputernya setiap hari dari
pukul 09.00 sampai 19.000. ia duduk mengerjakan novel di sebuah tempat yang
disebutnya sebagai “pondok kecil dekat taman”. Saat menulis ia lebih memilih keheningan
daripada menyetel musik, dan rutinitasnya termasuk : “Aku selalu mulai menulis
pada tanggal 8 Januari” karena tepat pada tanggal 8 Januari 1981 ketika di
Venezuela, ia menerima kabar tentang kakek tercinta yang sedang sekarat. Ia
mulai menulis surat kepada kakeknya semenjak itu hingga ia meninggal, dan
surat-surat itu menjadi bahan pembuatan novel pertamanya “The House of the Spirit” , dan ia menganggap tanggal itu tanda
keberuntungan. Jika ada yang bertanya bagaimana ia memulai bukunya, ia akan menjawab,
“Dengan kalimat pertama yang datang dari rahimku, bukan benakku.”
Best
Regards,
*HobbyBuku *
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/