Judul Asli : THE WITCH’S GUIDE TO COOKING WITH CHILDREN
[ book 1 of Witch's Series ]
Copyright © 2009 by Keith McGowan
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Tanti Lesmana
Desain Cover by eMTe
... perempuan tua itu menggeleng dan berkata, “Wah, anak-anak tersayang, siapa yang membawa kalian kemari ? Masuklah dan tinggalah bersamaku, kaluan akan aman dari marabahaya.” Diraihnya tangan kedua anak itu dan dibimbingnya mereka masuk ke pondoknya.... Hansel dan Gretel membaringkan badan dan mengira mereka berada di surga.Tetapi perempuan tua itu hanya berpura-pura baik hati. Sesungguhnya dia itu penyihir jahat. Dia suka mengadang anak-anak kecil dan rumah dari roti itu sengaja dibuatnya untuk memancing mereka. Begitu mereka jatuh ke dalam perangkapnya, habislah mereka dimasak dan dimakannya, dan baginya ini menjadi liburan yang sungguh menyenangkan.( from “Hansel und Gretel” by Jacob Grimm & Wilhelm Grimm ; at script found on 1857 )
Solomon ‘Sol’ Blink 11 tahun, dan Constance ‘Connie’ Blink 8 tahun, dua kakak-beradik yang baru pindah ke kota Schoneberg. Ibu mereka seorang ilmuwan yang meninggal saat meneliti tentang bongkahan es di Antartika. Dan kini mereka tinggal dengan sang ayah Mr. Blink, yang menikah kembali dengan ibu tiri mereka, Mrs. Blink. Jika melihat keduanya, seringkali orang salah menebak, Sol pemuda yang pendiam, suka meneliti dan membuat penemuan dan memanjangkan rambutnya hingga sebahu. Sedangkan Connie berambut sangat pendek dan tak pernah bisa diam sejenak, ada saja yang harus dilakukan demi memuaskan rasa ingin tahunya yang besar ( maka tidak bisa disalahkan jika banyak mengira Sol seorang gadis dan Connie bocah laki-laki yang nakal :D )
Kedatangan mereka di kota kecil itu langsung disambut oleh tetangga sebelah rumah, seorang nenek yang tampak lembut bernama Fay Holaderry dengan anjingnya yang lincah Swift. Dan pada pertemuan pertama mereka, Swift menggondol sebuah tulang, tentunya biasa bagi seekor anjing menggigiti sepotong tulang khan ? Tapi Sol yang cermat dalam pengawasannya, melihat sebuah kejanggalan pada tulang tersebut. Untuk mengetahui secara pasti, Sol pergi ke perpustakaan untuk mencari informasi. Ternyata kecurigaannya benar, tulang yang dilihatnya dalam gigitan Swift adalah ‘tulang-femur’ manusia !!
Pertanyaan yang timbul di benak kedua anak ini, siapakah si nenek tua tetangga baru mereka ini ? Apakah ia hanya sekedar nenek biasa yang kebetulan punya anjing yang suka menggali kuburan hingga menemukan tulang manusia ? Ataukah sang nenek punya semacam museum yang menyimpan organ-organ anatomi manusia termasuk tulang-belulang ? Atau yang lebih mengerikan, ia adalah seorang penyihir yang suka memakan manusia ? Semua pertanyaan ini hanya bisa terjawab jika mereka mampu masuk ke dalam rumahnya dan menyelidiki secara langsung !!!
Kesan :
Penggambaran tentang kisah klasik Hansel & Gretel memicu rasa penasaranku, apakah kisah ini merupakan remake dari kisah klasik tersebut ataukah dibuat sebuah ‘twist’ yang sangat berbeda ? Sekali lagi pengharapan yang terlalu ‘besar’ akan kisah yang bakal mengundang daya tarik tersendiri, justru sedikit demi sedikit kandas dalam menelusuri halaman demi halaman.
Dimulai dengan pembukaan yang menarik, anak-anak kecil, tetangga seorang nenek yang ternyata penyihir berusia ribuan abad yang suka memasak anak-anak menjadi penganan lezat, orang tua gadungan, makhluk-makhluk pelayan sang penyihir yang mampu menyamar menjadi siapa saja, terutama bermanfaat saat menculik atau membawa paket anak-anak yang ‘diserahkan’ kepada sang penyihir... tentunya dengan semua ‘bahan’ ini akan menjadi sebuah kisah yang sangat menarik ---setidaknya demikianlah pemikiranku.
I love children. Eating them, that is.
I’ve eaten quite a few children over the centuries. You may wonder where I get them all. The answer is: I get them the traditional way. From parents, of course.
You’d be amazed how many parents have shown up at my hideaway with their children in tow. Or written to me on their best stationery, requesting that I take their children, “pretty please!” One group even rented a helicopter to find me and hand their children over. Daughters and sons they couldn’t stand one second longer.
If only children knew.
Yang terjadi adalah kisah sudah tersusun dengan rapi, karakter demi karakter menggugah rasa ingin tahu, ketegangan memuncak, rahasia kelam akan terungkap, namun setelah mencapai pertengahan menuju ending, kok hanya begini penyelesaiannya ? (that’s what I’m thinking over and over). Apa yang terjadi pada penyihir baik hati yang memberikan petunjuk pada kedua bersaudara ini ? Bagaimana nasib kedua orang tua Sol dan Connie, apakah mereka benar-benar sudah meninggal ? Lalu sang penyihir Fay Holaderry dan anjingnya Swift, apakah mereka hanya melepas kepergian Sol dan Connie tanpa membalas perlakuan mereka ? So many questions running through my head at the ending of the stories, and I hate it when there’s questions without answers ...
Diriku tidak berharap selalu membaca kisah-kisah menarik dalam buku yang tebal, bahkan banyak pula kisah-kisah fantasi untuk anak-anak yang lumayan tipis (bahkan lebih tipis) dariapada buku ini, tetapi tetap menarik dan membuat diriku ingin membaca lagi dan lagi tanpa ada kebosanan. Plus, ada pula pesan-pesan yang berguna di dalamnya. Simak saja karya-karya Road Dahl, Philip Pullman atau Jacqueline Wilson. Maka yang dapat kukatakan, buku ini mampu memberikan bacaan hiburan yang ‘sedikit’ menarik, tapi tiada kesan tambahan yang mampu membuatku memberikan nilai plus untuk kisah ini, sungguh sangat disayangkan.
Meski buku ini mendapat berbagai penghargaan dan disukai serta disarankan sebagai bacaan untuk anak-anak (young readers), tetap ada sebagian rasa penasaran dan ketidak-puasan dalam diriku. Well, mungkin tuntutanku terlampaui tinggi untuk ukuran bacaan anak-anak. Yang jelas, kisah ini mengambil adaptasi karya Grimm bersaudara dengan memberikan kesan kelam namun tidak terlalu menakutkan bagi anak-anak. Yang jelas, diriku suka sekali dengan ilustrasi yang dibuat oleh Yoko Tanaka (^_^).
Tentang Penulis :
Keith McGowan menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan menjadi pendidik. Dia membantu mengelola sebuah program ekstrakurikuler sekolah dasar, menjadi guru relawan selama setahun di Haiti, dan mengajar anak-anak yang tidak bisa hadir fuul time di sekolah. Keith yang senang bepergian ini, mulai menulis The Witch’s Guide to Cooking with Children di Himachal Pradesh, India, sambil menerawangi pegunungan Himalaya, kemudian menerskannya di Boston, New Orleans, dan Chicago, dan Vienna, Austria, tempat dia bermukim saat ini bersama istrinya. Ini adala novel anak-anak pertamanya.
Info selengkapnya tentang Keith McGowan beserta karya-karyanya silahkan berkunjung ke situs resminya di : www.keithbooks.com
Best Regards,
* Hobby Buku *
Padahal aku tertarik sama covernya.. kapan kapan coba beli ah :D
ReplyDelete