Komentar pertama setelah membuka pembungkus plastik buku ini : “WOW ... desain sampulnya keren dan menarik” – bahkan penerbit mempertahankan edisi illustrasi asli, yang membuatku semakin kegirangan ( karena pengalaman sebelumnya, dimana beberapa novel-novel fantasi justru dirubah atau tidak ditampilkan edisi aslinya ). Sebelum diriku memulai membaca kisah ini, terlebih dahulu ku-ingat-kan bahwa sampai selesai membaca buku ini, belum pernah kutonton filmnya, jadi review ini murni dari hasil baca bukunya. Selain desain sampul, illustrasi yang menggoda, nama penulis sudah kukenal lewat serialnya Suddenly Supernatural yang tidak kalah menariknya. Maka semakin mantap diriku untuk memasukan buku ini sebagai koleksi bacaan, dan kini mari kita mulai bersama perjalanan ‘mengintip’ apa sebenarnya isi di dalamnya ...
Norman terlihat sebagai bocah biasa, yang tidak populer di kalangan anak-anak sebayanya maupun orang-orang dewasa. Tapi akhir-akhir ini Norman menjadi sorotan serta bahan pembicaraan di mana-mana. Karena Norman bukan bocah biasa, ia anak aneh yang harus dijauhi. Kisah sebenarnya, Norman adalah bocah dengan kemampuan khusus, ia bisa melihat serta berkomunikasi dengan para arwah gentayangan. Nah, mungkin ada yang menganggap itu suatu kemampuan yang menakjubkan atau bahkan keren abis. Tapi percayalah, bagi Norman kehidupan sehari-hari yang senantisa berada di dua dunia yang berbeda, itu lebih sering membuatnya capek dan mengalami hal-hal tidak enak.
Misalnya, bagaimana ia menjelaskan kepada kedua orang tuanya, bahwa sang nenek yang baru meninggal dan telah dimakamkan, kini ‘pindah’ dan tinggal di kediaman Norman beserta keluarganya ? Bahwa ia menonton film zombie yang sama berulang-ulang karena sang nenek tampak menyukainya dan lebih suka jika ditemani menonton? Atau bahwa jiwa katak percobaan di laboratorium sekolahnya, memohon agar tubuhnya dikuburkan dengan layak ketimbang menjadi bagian display anatomi hewan. Belum lagi kerumunan para arwah yang ribut antri minta dirinya menyampaikan pesan-pesan bagi kerabat mereka di tengah-tengah pemakaman neneknya ...
Tapi itu semua tidak seberapa dengan bahaya yang bakal muncul, bahaya besar yang akan memusnahkan para penduduk kota. Saat perayaan peringatan pemusnahan penyihir dari legenda kuno kota itu dinanti-nantikan para penduduk serta pengungsi wisata, gerombolan lain juga menantikan waktu yang tepat bagi kebebasan jiwa-jiwa mereka dari kutukan berabad-abad silam. Norman harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya harus berhadapan dengan gerombolan zombie serta penyihir terkuat yang akan meluluh-lantakan seluruh kota. Mampukah Norman melakukannya seorang diri ? Kekuatan apa yang bisa membantunya melampaui semua cobaan mengerikan di hadapannya ?
Kisah ini bukan saja menegangkan, tetapi penulis mampu menyelipkan berbagai dialog serta adegan humor yang menggelikan sekaligus mencekam. Sesuai dugaanku, sang penulis memberikan sajian yang menarik dan tidak terjebak dengan plot serta dialog-dialog film. Sebelumnya diriku juga pernah membaca buku ‘movie tie-in’ (semacam adaptasi dari naskah film ke novel, bukan sebaliknya) dan banyak sekali kejanggalan serta kekurangan penggambaran nuansa didalamnya. Jika lewat film, kita mampu mencerna dan memperoleh gambaran secara visual, maka jika diterapkan dalam bentuk tulisan, sang penulis bukan saja harus meniru dialog-dialog, tetapi juga menjelaskan nuansa serta kondisi kisah, tanpa terjebak dengan keterangan bertele-tele. Bukan sesuatu yang mudah, dan tidak semua penulis mampu melakukannya. Secara keseluruhan, diriku suka dan puas dengan buku serta kisahnya (^_^)
Elizabeth Cody Kimmel yang biasa dipanggil Beth, lahir di New York City, dan menghabiskan masa kecilnya di Westchester County, sebelum kemudian pindah ke Brussels, Belgia. Semenjak kecil ia dalah seorang pembaca, pembeli dan pengagum buku-buku yang sangat aktif. Karena sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan bangunan gothic serta program simulasi interaktif, ia memasuki Emma Willard School di Troy, New York serta meneruskan ke Kenyon College di Gambier, Ohio.
Memiliki banyak kegemaran serta akal untuk mendapatkan keinginannya, Elizabeth berhasil mengatur agar ia bisa bekerja di tempat-tempat yang menjadi subyek kegemarannya dalam berbagai buku yang ditulisnya. Elizabeth sangat menyukai hal-hal yang berkaitan dengan Antartika, cerita hantu, sejarah abad pertengahan, penguin, dan dunia penulisan, semuanya dapat dijumpai dalam berbagai karakter dan plot dalam semua buku-bukunya yang telah diterbitkan.
Elizabeth Cody Kimmel kini tinggal dengan keluarganya di wilayah New York’s Hudson Valley. Ia juga berperan aktif sebagai pembicara tamu di berbagai sekolah di berbagai negara. Beth, sosok yang humoris dan suka berinteraksi langsung dengan para pembaca dari berbagai usia. Ia membagi waktunya sehari-hari antara membaca, hiking, menyanyi dalam kelompok paduan suara, melakukan panjat tebing, atau sekedar melakukan tugas harian seperti mencuci pakaian serta berusaha melakukan ‘hubungan telepati’ dengan anjing beagle-nya.
Watch "PARANORMAN MOVIE TRAILER"[ source : Paranorman Site ]
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin. Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/