Judul Asli : UNDER THE NEVER SKY
[
book 1 of UNDER THE NEVER SKY Trilogy ]
Copyright © 2012 by
Veronica Rossi
Penerbit Mizan Fantasi
Alih Bahasa : Dina Begum
Editor : Nur Aini
Proofreader : Emi Kusmiati
Desain cover : Windu
Tampan
Cetakan I : September 2014
; 496 hlm ; ISBN 978-979-433-826-1
Rate
: 3 of 5
Pada
suatu masa, muncullah Aether, yang bergerak mengalir di atas gumpalan awan,
bagaikan untaian indah yang berpusar dan terperangkap dalam arus cairan, tipis
bagaikan cadar. Namun di tempat-tempat tertentu dan saat-saat yang tak bisa
diduga, aliran itu terhimpun menjadi arus tebal dan terang. Aether tidak tampak
bagaikan sesuatu yang dapat mengakhiri dunia, tapi itulah yang hampir terjadi
pada masa Penyatuan. Selama enam dekade, badai Aether yang datang menghanguskan
bumi beserta isinya dengan api tiada henti. Namun yang mengguncang kemanusiaan
justru penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada makhluk hidup setelah itu.
Penyakit-penyakit baru yang tak pernah dikenal bermunculan, menyebar dengan
pesat dan pada akhirnya membawa pemusnahan pada populasi manusia. Wabah
menghapus kehidupan yang pernah ada. Hanya segelintir dari mereka yang berhasil
selamat, mereka yang berlindung di dalam Pod.
Aria
dan kawan-kawannya mengetahui sejarah bangsa mereka, bahwa nenek moyang mereka
termasuk segelintir manusia yang selamat. Kini mereka melanjutkan kehidupan
sebagaimana yang telah diajarkan oleh leluhur mereka dan mematuhi aneka aturan
agar tetap selamat dan bebas dari penyakit yang dipastikan berbahaya bagi jiwa
mereka. Hingga suatu hari, sebuah tindakan yang awalnya dianggap sebagai
kegiatan iseng dan main-main, menerobos sistem keamanan dan keluar dari
perlindungan Pod, berbuntut pada kebakaran yang merusak fasilitas dan
menyebabkan kematian beberapa orang remaja. Hanya dua orang yang selamat dengan
cedera yang cukup berat, Aria dan Soren – putra tunggal Dewan Hess, pemimpin di
Reverie, kubah raksasa yang melindungi kaumnya dari wabah dan penyakit yang
berkeliaran di luar, di kawasan luar yang lebih dikenal sebagai Gerai Maut.
Demi
menutupi kesalahan fatal putranya, Dewan Hess mengambil tindakan untuk
menyingkirkan semua bukti dan saksi. Aria yang belum pulih seratus persen,
mendapati dirinya dibuang ke kawasan Gurun, di wilayah Gerai Luar. Saat ia
berusaha pasrah atas nasibnya, takdir kembali mempertemukannya dengan sosok
asing, yang hanya dilihatnya sekilas saat kebakaran fasilitas menghabisi
kawan-kawannya. Sosok yang juga menyelamatkannya dari kekejian Soren, ternyata
adalah manusia Liar – julukan bagi kaum terbuang yang hidup di wilayah Gerai
Maut. Ia bernama Peregrine – sang rajawali falcon, pemuda yang memiliki bakat
sekaligus kutukan yang membuatnya berbeda semenjak lahir, Perry memiliki
kemampuan sebagai Seer (mampu melihat di kegelapan) sekaligus Scire (mampu
membaca suasana hati dan perasaan orang lain), dua karunia yang sangat langka.
Dua
remaja yang berbeda latar belakang, memiliki prinsip dan keyakinan yang sama
sekali bertolak-belakang, harus menemukan jalan tengah demi menempuh perjalanan
panjang demi keberhasilan misi mereka. Aria berusaha menemukan ibunya yang
lenyap tatkala mengemban misi di salah satu kawasan Pod yang berbeda, dan Perry
berusaha menyelamatkan Talon, kemenakannya yang diculik oleh pasukan khusus
Reverie. Petualangan semakin menegangkan ketika mereka harus melawan kawanan
Croven – kaum kanibal yang mengejar tanpa kenal lelah, bertemu dengan sahabat
Perry yang melacak kekasih sekaligus kakak Perry yang melarikan diri dari
‘perjodohan’ antar suku, hingga menemui manusia Luar yang memiliki kemampuan
dan keahlian untuk membongkar rahasia dari selubung keamanan kaum Penghuni,
khususnya di Reverie.
Kisah
ini jelas sekali merupakan tipikal fantasi yang mengambil tema distopia dan
love-triangle yang menjadi ciri khas sekaligus trendsetter di kalangan pembaca
(sekaligus penulis). Bahkan pada adegan-adegan awal, entah mengapa diriku
teringat akan kisah ‘Matched’ karya Ally Condie, dan semakin lama ciri khas
tersebut semakin tampak mirip. Hal ini bisa berarti dua hal, yang pertama bahwa
kisah ini cukup bagus karena diriku sangat menyukai Matched, sedangkan yang
kedua, sayangnya diriku sudah cukup bosan dengan tema dan kisah yang (hampir)
serupa sekali lagi (alias bisa ditebak ke arah mana kisah ini akan bergulir).
Secara keseluruhan, karakter-karakter yang muncul menarik dan unik, termasuk
bocah aneh bernama Cinder yang mampu menggunakan badai Aether sebagai sumber
kekuatan menakutkan dan memusnahkan siapa saja yang berani mengusik dirinya (ya
... sedikit unsur ala X-Men jika bisa kukatakan).
Namun
ketika mulai muncul konflik seputar romansa – nah ini membuatku khawatir,
karena banyak penulis yang sebenarnya mampu menyajikan kisah fantasi nan seru,
justru terjebak dengan konflik tiada henti dan membuat frustasi pada detil-detil
seputar hal ini (dan ini benar-benar tipikal dan mudah ditebak deh). Bahkan
Divergent Trilogy yang dikatakan mampu mengalahkan serunya The Hunger Games,
terjebak pada ending yang bikin gregetan karena penulis terjebak pada konflik
romansa ini. Saat ini, diriku sangat berharap bisa menemukan serial fantasi
distopia yang seru, menegangkan dan tidak bikin gregetan karena adegan-adegan
yang (seharusnya) romantis but so predictable (and boring too) – I just wanna
kick-ass characters, so fearless and tough. Atau sekalian aja baca kisah humor
yang bikin refresh otak saat cuaca panas
seperti ini (mungkin juga feelingku tidak bisa merasakan ke-romatisan karena
kepanasan dan gerah duluan hahahaha ... #duhalesandeh). So, only 3 star right
now – sorryyy \(-__-)/ #cariesserut
[ more about this author, just check
at here : Veronica Rossi | on Goodreads
| at Twitter ]
~ This Post are include in
2014 Reading Challenge ~
90th Book in
Finding New Author Challenge
226th Book in
TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/