Translate

Thursday, February 12, 2015

Books "THE LAST FOUR THINGS"

Judul Asli : THE LAST FOUR THINGS
[ book 2 of THE LEFT HAND OF GOD Trilogy | THOMAS CALE Series ]
Copyright © Paul Hoffman, 2011
Penerbit Elex Media Komputindo
Alih Bahasa : Mila Hidajat
Cetakan I : Januari 2014 ; 456 hlm ; ISBN 978-602-02-5725-9
Harga Normal : Rp. 62.000,-
Rate : 3.5 of 5

Masih ingat dengan petualangan Thomas Cale dan kawan-kawan sesama pelarian dari Kuil Sang Penebus ? Buku pertama seri ini yang berjudul The Left Hand of God (baca di SINI)meninggalkan kesan tersendiri bagi diriku, karena ide dan tema kisah yang tidak biasa, ditambah dengan gaya penulisan yang tidak bisa dikatakan mudah dinikmati, hingga adegan konflik serta penggambaran yang cukup absurb sekaligus bisa dikatakan masuk kategori vulgar dan sadis. Sejujurnya, buku pertama harus diselesaikan dengan susah payah, namun anehnya tetap meninggalkan tanda tanya besar yang akhirnya membuatku memutuskan untuk melanjutkan ‘membaca’ kisah buku berikutnya, sekedar melampiaskan rasa penasaran yang mau tidak mau bagaikan rasa ‘gatal ‘ yang cukup mengusik benakku ...



Pertama-tama yang masuk dalam perhatianku adalah desain sampul yang menarik, pilihan warna serta detil yang memikat, yang bisa jadi mengundang pembeli untuk meraihnya dari deretan buku-buku di rak toko buku <(^_^)? Sembari berharap dengan cemas, diriku mulai membuka halaman pertama, dan kisah tentang sosok Thomas Cale kembali memenuhi pikiranku. Klan Materazzi terpandang kini hancur, tercerai-berai akibat peperangan melawan Kaum Sang Penebus. Demi menyelamatkan keluarga dan anggota Materazzi yang masih tersisa, Arbell Materazzi – satu-satunya keturunan penguasa yang masih hidup, membuat perjanjian dengan Penebus Bosco dan menyerahkan pria yang mencintai sekaligus telah menyelamatkan nyawanya, Thomas Cale. Pengkhianatan Arbell sangat mengguncang Thomas dan ia bersiap-siap menghadapi siksaan dan kematian yang mengerikan di tangan Bosco – mentor yang selalu membuat Thomas menderita sepanjang hidupnya ...

Di luar dugaan, Penebus Bosco justru memiliki rencana tersendiri memanfaatkan kemampuan Thomas yang telah berkembang pesat melebihi perkiraannya. Ia sengaja mengangkat pamor Thomas sebagai ‘pahlawan’ yang membuat kemenangan atas Materazzi terwujud. Tiada yang mengetahui kebenaran di balik pembunuhan Penebus Picarbo yang dilakukan Thomas di Kuil Penebus yang membuatnya melarikan diri bersama Si Samar Henri dan Kleist, karena Penebus Bosco telah membungkam dan menutup rapat peristiwa yang bisa mengundang skandal mengerikan bagi kaum Penebus. Dengan memanfaatkan kemarahan dan kemurkaan Thomas terhadap orang-orang yang menyakiti hatinya, ia mulai melancarkan serangkaian strategi yang akan membawa dirinya pada cita-cita tertinggi : menjadi penguasa setara Paus untuk membuat dunia yang lebih baik bagi manusia di dunia. Bukan hal yang mudah, karena Thomas Cale bukan lagi bocah kurus yang selalu ketakutan akibat hajaran demi hajaran yang diterimanya selama dibawah bimbingan Bosco saat di Kuil Penebus.

Di sisi lain, keberangkatan rombongan kaum Penebus yang membawa Thomas Cale ternyata diikuti oleh rombongan kecil yang dipimpin oleh Idris Pukke bersama Si Samar Henri dan Kleist. Ide awal mereka adalah membebaskan Thomas sebelum dibawa masuk kembali ke dalam Kuil Penebus. Alangkah terkejutnya mereka ketika mendapati rombongan Bosco justru tidak segera menuju Kuil, dan perjalanan panjang serta petualangan menegangkan, menghadang maing-masing dari mereka. Thomas Cale, Si Samar Henri dan Kleist yang pernah bersatu-padu menggabungkan kekuatan fisik serta pikiran saat menghadapi bahaya dan musuh-musuh yang mengintai, kini dihadapkan pada pilihan jalan yang berbeda-beda. Permasalahannya, manakah jalur yang akan mereka pilih demi masa depan masing-masing, dan bagaimana jika nantinya jalur mereka kembali bersimpangan yang memaksa mereka untuk berhadapan sebagai musuh ? Siapakah yang berada pada sisi kebenaran dan apa yang disebut sebagai kejahatan jika tiada satu pun ‘hakim’ yang layak untuk menentukan nasib dan masa depan manusia – selain Tuhan ...

Buku kedua ini kembali menimbulkan reaksi yang membingungkan bagi diriku. Alih-alih menarik garis tegas antara batas hitam dan putih atau kebenaran dan kebohongan, hingga kebaikan dan kejahatan, semuanya bercampur-baur menggoyahkan keyakinan maupun pemahaman pada sisi mana kita akan berpihak, atau dalam kasus ini, pada sisi mana para karakter akan menentukan pilihan kehidupan masa depan mereka. Jika pada buku pertama, hanya ada dua pihak yang berlawanan, maka kisah kali ini memberikan aneka ragam pilihan, masing-masing memiliki tingkat kesulitan dan resiko yang sama besarnya. Tiada kejelasan tentang latar belakang dan seting waktu kisah ini, kecuali bahwa ini terjadi pada masa setelah Putra Allah turun ke dunia sebagai Penebus, tidak mempermudah pemahaman akan konsep waktu bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan bacaan fantasi ala sci-fi. Apalagi penulis bukannya mengambil waktu di masa depan, justru mundur berabad-abad lampau, menciptakan periode waktu dan komunitas hingga pemerintahan yang sama sekali baru dan unik.

Sebagai pecinta genre historical fiction, terus terang diriku lebih menyukai kisah dengan fokus pada periode tertentu dan detil akan peristiwa atau karakter yang bisa dikembangkan menjadi sebuah kisah tersendiri. But then again, I’m not the writer, just a reader ... yang mau tidak mau berusaha menyesuaikan pemahaman konsep yang diberikan oleh sang penulis. Ibarat gado-gado (sejenis masakan dengan mencampur-adukkan aneka ragam bahan), maka ‘racikan’ ini membuatku terkejut, asing, bingung, sekaligus penasaran. Dari awal hingga akhir, aneka kejutan muncul satu demi satu, hingga tak dapat kutebak, ke mana arah dan tujuan sang penulis membawa perkembangan karakter melalui sudut pandang sosok Thomas Cale. Ia adalah sosok yang tak pernah meminta di lahirkan di dunia yang kacau-balau, dimana kebangkitan Putra Allah yang menebus dosa manusia, meninggalkan warisan yang diputar-balikkan oleh oknum-oknum yang memilih ‘kebenaran’ yang dirancang sebagai keyakinan yang wajib dianut oleh manusia-manusia lainnya.

Mengetahui fakta dirinya dijual oleh kedua orang tuanya semenjak kanak-kanak untuk dibawa ke Kuil Penebus, menjalani lebih dari sepuluh tahun kehidupan penuh siksaan, derita dan ujian tiada henti yang dilakukan oleh mentornya, Penebus Bosco, sebagai eksperimen untuk menciptakan manusia super, serdadu yang tangguh, tidak kenal takut terutama pada kematian, alat pembunuh yang efektif yang ditempah semenjak usia dini ... bisa dibayangkan bagaimana wujud nyata sosok Thomas Cale. Sekian lama terkurung dalam kehidupan terisolasi, hingga melihat kehidupan dunia nyata semasa pelarian, jatuh cinta pada sosok dewi yang akhirnya mengkhianati kepercayaannya. Dunia yang ada di benak Thomas Cale merupakan neraka dan ia tak mampu keluar dari lingkaran setan yang membuat dirinya menjadi Pembunuh bengis berdarah dingin, pahlawan bagi pihak teretentu, monster bagi pihak lainnya. Tiada kawan atau sahabat, nyaris tidak mampu memahami kasih sayang karena lingkungan sekitar tidak mengijinkan dirinya untuk sekedar bersantai atau menikmati berkah dalam kehidupan.

Menjelang akhir, terbelah antara rasa kasihan akan jalan kehidupan Thomas Cale harus bercampur dengan rasa jijik dan muak akan detil dan deskripsi yang muncul sepanjang kisah ini. Jika Anda menyukai segala kebejatan moral seperti kehidupan bebas era Kerajaan Romawi hingga kebrutalan keluarga Borgia dalam mengambil kekuasaan penuh melalui Vatikan, well, kisah ini sedikit banyak menyoroti hal-hal yang membuat sejarah bisa dikatakan ‘menarik’ karena penuh skandal yang acapkali sangat absurb bagi benak ‘normal’ ... Di sisi lain, harus kuakui daya imajinasi dan kreatifitas sang penulis hingga mampu menciptakan dunia yang sama sekali berbeda dari kenyataan, namun tetap terasa surreal karena bagian-bagian yang muncul merupakan fakta ‘sejarah’ yang tercatat, meski satu sama lain berbeda periode waktu. Hal yang menonjol, bagaimana sejarah Sang Penebus yang menjadi sebuah keyakinan – agama tersendiri yang mengajarkan manusia untuk hidup dalam ketakutan, tunduk pada aturan, dan berani mengambil nyawa manusia lain demi alasan yang cukup gila. Tanpa pengampunan atau kasih sayang.

Penggambaran Thomas Cale – manusia pembunuh yang beringas namun bisa berbelas kasih pada pelayannya, menepis teori bahwa serdadu super harus dibentuk dari manusia-manusia berbakat yang dipilih, dengan mengambil kaum Purgator (kaum pendosa, terhukum yang dianggap cacat seumur hidup) untuk dilatih menjadi pasukan berani-mati, membuat diriku sekali lagi terbelah antara kagum sekaligus sangat-sangat tidak menyukai ‘the other sideof him’ ... but then again, jika semenjak kanak-kanak telah ditempah menjadi sosok yang tidak menusiawi, mungkin sosok Thomas Cale bisa dimaklumi keberadaannya. Akhirnya, meski tidak mampu memberikan rating yang lebih tinggi karena banyak ketidak-sukaan sepanjang kisah ini, tak bisa kupungkiri, penulis entah cukup gila atau brilian dalam menuangkan aneka ide nan absurb menjadi kisah perjalanan hidup Thomas Cale.

Apa lagi yang bisa dikatakan tentang Penebus yang bereksperimen mengambil organ kewanitaan saat korbannya hidup, atau Paus (yang ternyata wanita) dan telah memerintahkan pembunuhan dan penyiksaan brutal terhadap kaum wanita yang berani berbicara atau melakukan tindakan yang dianggap menentang aturan Gereja. Yang jelas, buku ketiga masih menjadi sumber rasa penasaranku, untuk mencari kebenaran dari kisah ini ... atau sebagaimana penulis sampaikan, kebenaran atau fakta dalam sejarah tidak dapat dipercaya 100% karena tiada seorang pun yang bisa membuktikan. Catatan sejarah yang ditemukan adalah karya pihak-pihak yang menang dalam peperangan, yang terjadi silih berganti selama berabad-abad, satu pemerintahan dengan pemerintahan lainnya. Tanpa adanya keyakinan teguh akan dasar-dasar agama, bisa jadi kisah ini merupakan kebalikan fakta yang ‘normal’nya dipercayai oleh manusia ...

[ more about this author & related works, just check on here : Paul Hoffman | on Wikipedia | on Goodreads | The Left Hand of God's site ]

Best Regards,

HobbyBuku

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...