Judul Asli : SHATTERED
[
book 3 of SLATED Trilogy ]
Copyright © 2014 by Teri
Terry
Penerbit PT. Bhuana Ilmu
Populer (BIP)
Alih Bahasa : Wahyu
Nugroho
Editor : Agatha Tristanti
Lay-out : Angga Gusniardi
Re-desain sampul : Yanyan
Wijaya
Cetakan I : Januari 2015 ;
504 hlm ; ISBN 978-602-249-826-1
Harga Normal : Rp. 75.000,-
Rate
: 4 of 5
Pemerintahan
Britania Raya sedang dalam kehancuran akibat revolusi dan pemberontakan yang terjadi
dimana-mana. Para pelaku pemberontakan yang hampir sebagian besar adalah kaum
remaja, menghadapi masa depan yang suram, terutama ketika mereka tertangkap dan
dijebloskan dalam tahanan. Hal ini memunculkan sebuah gagasan untuk
menyelamatkan kaum muda dari kerusakan lebih lanjut. Penawaran program
‘Penghapusan’ bagi mereka yang ingin melepas masa lalu dan menjalani suatu
kehidupan yang sama sekali baru, nama, identitas, hingga keluarga baru tanpa
ingatan akan masa lalu yang mengerikan. Program ini mendapat aneka reaksi,
namun pada akhirnya suara mayoritas membawa pada kelanjutan program Penghapusan
secara permanen dalam pemerintahan. Ditangani oleh para pengawas, kehidupan
masyarakat serta ketenangan Britania Raya mulai kembali ... atau setidaknya demikian
yang dipercayai oleh masyarakat umum dan dunia luar.
Aku
adalah salah satu dari remaja yang menjalani Penghapusan. Namaku menjadi Kyla Davis
dan putri bungsu keluarga Davis yang cukup dikenal, karena ibuku, Sandra
Armstrong adalah putri Perdana Menteri Armstrong yang tewas bersama istri dalam
kerusuhan bom oleh kaum pemberontak yang dikenal dengan TAP. Kehidupan berjalan
dengan nyaman dan lancar, bahkan Amy – kakak angkatku yang juga menjalani
program Penghapusan, sangat menyayangi diriku. Hingga aku berkenalan dengan Ben
– cowok yang mampu mengguncang duniaku, dan kemudian memilih jalan yang merubah
total masa depan dan kehidupan yang semestinya kujalani sesuai program pemerintah.
Serangkaian peristiwa yang mengejutkan, menakutkan sekaligus membawa kengerian
muncul silih berganti. Masa lalu yang seharusnya kulupakan, muncul satu demi
satu bagaikan ‘gambaran’ yang kacau-balau di benakku.
Sosok-ku
sebagai kanak-kanak sebagai Lucy Connor muncul, dan penyelidikan menunjukkan
bahwa diriku dinyatakan ‘hilang’ oleh orang tua kandungku. Apakah berarti
program Penghapusan tidak dilakukan dengan sukarela, jika diriku dinyatakan
‘hilang’ tanpa penjelasan oleh keluargaku ? Lalu mengapa diriku bisa terlibat
sebagai anggota TAP dalam asuhan Nico – pria menakutkan yang juga melakukan
program ‘cuci-otak’ hingga diriku berubah menjadi sosok bernama Rain ? Kenyataan
dan fakta-fakta baru yang harus kuhadapi, kematian Ben yang ternyata selamat
namun telah menjalani program Penghapusan, hingga rahasia yang disimpan oleh
Dr. Lysander – dokter dari agen Pengawas yang justru ‘menyembunyikan’ kondisiku
sebenarnya dari agen-agen pemerintah. Apa yang sebenarnya terjadi selama
bertahun-tahun dalam kehidupannya ?
Kini
diriku kembali melarikan diri dari Pengawas maupun TAP, karena kedua belah
pihak sama-sama tidak kupercayai. Dibantu oleh DOH (Daftar Orang Hilang) –
organisasi rahasia yang melacak, menemukan dan menyelamatkan anak-anak hilang
di penjuru Britania, diriku harus menjalani kehidupan baru sebagai Riley Kain
di kota Keswick – tempat dimana Stella Connor, ibu kandungku masih hidup dan
mengelola Waterhouse Fall bagi remaja putri. Kuharap lembaran baru yang akan
dimulai di Keswick memberikan penjelasan dan kelegaan bagi diriku. Sayangnya
justru muncul hal-hal aneh yang memicu kenangan yang sama sekali berbeda,
hal-hal yang tak mampu kupahami atau dijabarkan dengan gamblang. Apa yang
terjadi jika masa lalu yang kupercayai sebagai Lucy Howarth / Connor ternyata
juga semu – bahwa fakta dan kebenaran jauh lebih kelam daripada yang bisa
kubayangkan ?
Buku
terakhir trilogi Slated ini bisa dikatakan pamungkas yang sangat menarik
sekaligus menakjubkan. Terus terang awalnya diriku agak skeptis dengan kisah
distopia yang akhir-akhir ini marak di kalangan pembaca (maupun penulis) hingga
nyaris kisah-kisahnya terjebak dalam konflik stereo-type yang bisa ditebak (dan nyaris membosankan). Melalui
karakter utama, seorang gadis yang memiliki banyak ‘nama’ – pembaca dibawa
menelusuri perjalanan hidupnya yang terdiri dari lapisan demi lapisan ‘kebohongan’
melalui rekayasa penciptaan identitas baru bagi siapa saja yang berminat, atau
siapa saja yang dianggap sebagai penghalang dalam rencana besar oknum tertentu.
Proses ‘cuci-otak’ yang dikenal melalui kisah-kisah tawanan perang dari kamp
Hitler, hingga isu-isu penanganan mata-mata negara asing, sedikit banyak
memnuhi benakku dalam menelaah kisah ini.
Hanya
manusia yang memiliki tekad kuat dan disertai latihan keras, akhirnya bisa
mendobrak tembok penghalang yang menutupi pintu ingatan masa lalu. Walau
perjalanan proses tersebut tidak terlalu diungkapkan oleh sang penulis,
karakter sosok utama yang akhirnya menggunakan nama Riley Kain ini terasa
sangat kuat dari awal hingga akhir kisah. Sebagaimana sosok Tris dalam serial
Divergent, atau Katnis dalam serial The Hunger Games, hingga Juliette dalam
Shatter Me Trilogy ... tokoh utama kisah ini merupakan perpaduan unsur kekuatan
mental sekaligus sisi emosi yang cukup rentan dalam menghadapi realita yang
berubah-ubah sepanjang pencarian jati dirinya. Meski sosok pendamping yang tak
kalah menarik juga muncul sepanjang kisahnya (ciri khas kisah distopia yang
tidak bisa lepas dari dram romansa), perkembangan kekuatan karakter ‘female’
tetap terjalin semakin kuat dan tidak terjebak dalam drama yang berlarut-larut.
Jika
ada sedikit kekurangan hanya pada detil-detil pada perubahan alur dan konflik
yang tidak terlalu berpengaruh besar untuk menikmati kisah ini. Kehadiran
karakter antagonis yang bermunculan (dan membuat surprise sepanjang kisah ini)
anehnya justru membuat kenikmatan membaca semakin bertambah (^_^) bisa jadi
karena alur yang cepat dan adegan-adegan yang agak mirip Hunger Games muncul
membuat rasa kantuk hilang (bukan berarti diriku penggemar kisah kekerasan lho
hahaha). Dari sebagian besar serial distopia yang kubaca (termasuk yang dalam
daftar populer hingga favorit pembaca), rata-rata berakhir dengan ending yang
bikin frustasi atau justru jengkel tidak keruan (dengan perkecualian seri
Hunger Games, still my number uno most favorite), maka ending Trilogi Slated
ini bisa kukatakan berakhir dengan ‘Sangat PAS’ dan cukup ‘memuaskan’ tanpa
embel-embel ‘what if ...’ – so Teri Terry, I love you for making this closure
so perfectly enjoyable (at least for myself hohoho).
[ more about the author & related
works, just check at here : Teri
Terry | on
Goodreads | at Twitter ]
Best
Regards,
Hobby
Buku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/