Translate

Wednesday, April 22, 2015

Books "HALF BAD"

Judul Asli : HALF BAD
[ book 1 of HALF LIFE TRILOGY ]
Copyright © by Sally Green, 2014
Penerbit Mizan Fantasi
Alih Bahasa : Reni Indardini
Editor : Rina Wulandari
Proofreader : Nunung Wiyati
Layout : Axin Makruf
Desain sampul : Fahmi Ilmansyah
Cetakan I : Maret 2015 ; 432 hlm ; ISBN 978-602-1606-98-8
Harga Normal : Rp. 74.000,-
Rate : 3 of 5

Namaku Nathan. Aku memiliki 3 orang kakak, Jessica, Deborah dan Arran. Aku tak pernah mengenal Ayah, Dean Byrn – yang dikatakan telah meninggal sebelum diriku lahir. Ibuku Cora Byrn – menyusul wafat saat diriku masih kanak-kanak. Kemudian kami berempat diasuh oleh nenek dari ibu, Elsie Ashworth. Ketika diriku sudah cukup besar, satu hal yang kuketahui dengan jelas, bahwa diriku sama sekali berbeda dengan ketiga kakakku. Keluargaku semuan adalah Penyihir Putih dengan bakat dan karunia kemampuan Sihir yang luar biasa. Sedangkan diriku, tampaknya juga memiliki kemampuan khusus – yang justru membuatku dijauhi oleh siapa pun. Ternyata Aku adalah putra ibu namun memiliki ayah yang berbeda. Ayah kandungku bernama Marcus  Edge – Penyihir Hitam yang sangat menakutkan, dan ia juga membunuh Ayah – Dean Byrn, sebelum ‘mengambil’ kemampuan sihirnya. Jessica – kakakku sangat membenci diriku dan selalu mengingatkan bahwa diriku sebagai penyebab kematian ibu, yang melakukan bunuh diri mendapati masa depan yang mengerikan dengan melahirkan diriku – anak keturunan Penyihir Hitam, seorang Bastar !!


Sebuah sajian kisah fantasi yang tidak biasa !! Saat pertama kali versi Inggris muncul di salah satu toko buku import, terus terang diriku tertarik pada sinopsis dan desain sampulnya yang unik. Ditambah dengan adanya rekomendasi sebagai salah satu ‘Bestselling YA Fiction Debut 2014’ – maka saat edisi terjemahan ini muncul, diriku tak sabar untuk segera mengetahui apa keistimewaan karya Sally Green. Dari awal pembuka, tema seputar kehidupan dan konflik berkepanjangan antara kelompok Penyihir Hitam dan Penyihir Putih selama berabad-abad, menarik untuk disimak, terutama dari sudut pandang karakter yang tidak biasa. Nathan Byrn terlahir sebagai ‘Bastar’ – kaum terbuang karena memiliki ayah Penyihir Hitam dan ibu Penyihir Putih, sesuatu yang terlarang bagi masyarakat Penyihir. Hal ini semakin memburuk karena ayah kandungnya membunuh suami ibu kandungnya sekaligus ayah kandung bagi ketiga kakaknya. Dan beban penderitaan Nathan bertambah tatkala mengetahui ibunya meninggal akibat bunuh diri tak lama setelah kematian suaminya. Semenjak kecil, Nathan dikucilkan oleh masyarakat termasuk anggota keluarganya. Hanya Deborah dan Arran, dua orang kakaknya beserta sang nenek yang mengambil alih pengasuhan ketiga cucunya, yang tetap mengasihi Nathan apa adanya.

Sekedar membayangkan kehidupan sehari-hari Nathan tidak pernah cukup tanpa membaca uraian yang ditulis dengan sangat gamblang. Jika ada yang pernah mengatakan kisah Harry Potter sangat kelam untuk bacaan anak-anak, maka siksaan dan deraan yang dialami oleh Nathan bisa dikatakan melampaui batas manusiawi. Ia bukan sekedar menjadi korban ‘bullying’ tetapi juga mengalami siksaan fisik yang menimbulkan bekas luka mengerikan sepanjang hidupnya, hanya karena menyukai persahabatan yang ditawarkan oleh satu-satunya gadis menarik di sekolahnya. Ia harus menjalani kehidupan bagaikan hewan, dikurung dalam kerangkeng di udara luar, menjalani latihan fisik yang melampai batas rasa sakit, dan tentu saja sama sekali tak memiliki kebebasan atau hak untuk menentukan pilihan apa pun. Penggambaran kisah sosok Nathan, mengingatkan diriku akan gaya penulisan Mark Lawrence melalui kisah Prince of Thorns (yang juga tidak kalah dalam penyajian adegan-adegan brutal nan sadis penuh kekerasan, selengkap tentang kisah ini silahkan simak reviewnya di SINI), walau tidak se-ekstrim kisah Thomas Cale karya Paul Hoffman (selengkapnya tentang kisah ini, silahkan simak reviewnya di SINI).

Sebagaimana versi YA yang marak akhir-akhir ini, kisah ini juga ditulis dalam perpaduan antara tema ‘magic’ dengan seting abad pertengahan hingga era modern, namun menghadirkan sedikit unsur ‘time-travel’ yang digambarkan sebagai kemampuan ‘membekukan waktu’ hingga ‘membuat robekan lintasan waktu’, disertai beberapa unsur ilmiah seperti gelang belenggu yang berisi asam sulfat, tampak jelas penulis berusaha menyajikan kisah yang ‘fresh’ dan ‘berbeda’ – dan patut diacungi jempol atas ide-ide tersebut. Tetapi dalam proses ‘menyimak’ untuk mendapatkan kesan khusus, entah apakah diriku mengalami ‘kebosanan’ hingga nyaris tertidur pada beberapa bagian, sehingga ada detil-detil yang ‘hilang’ tanpa penjelasan lebih lanjut. Munculnya karakter-karakter baru secara tiba-tiba pada suatu adegan (tanpa penjelasan) dan baru kupahami setelah ‘berusaha’ membaca halaman-halaman berikutnya, dan terjadi berulang kali, cukup mengganggu proses kenyamanan (karena kusangka telah terlewatkan hingga kubalik-balik lagi halaman-halaman sebelumnya untuk mencari kejelasan, dan ternyata justru muncul belakangan).  Bahkan penggambaran beberapa karakter membuatku ‘salah-duga’ tentang jenis kelamin mereka, yang awalnya kusangka pria ternyata wanita, dan sebaliknya, bahkan ada unsur ‘sedikit’ menyukai ‘sesama-jenis’ yang tersirat di dalamnya (kecuali, sekali lagi diriku salah persepsi tentang penggambaran sang penulis).

Jangan salah sangka bahwa diriku tidak menyukai jenis kisah LGBT, hanya saja penjabaran dan deskripsi yang diberikan oleh penulis seakan sengaja mengarah pada hal yang berbeda, atau berputar-putar tanpa kejelasan hingga akhir. Salah satu adegan yang cukup mengganggu, ketika Nathan digambarkan ‘menyusul’ sekutu barunya untuk menjalankan sebuah misi, ia hanya perlu ‘berlari’ dan dalam sekejab tiba di tujuan, anehnya saat ia berusaha kembali, hal itu memakan waktu berhari-hari (0_0) – sekali lagi, apakah memang diriku tertidur saat membaca adegan-adegan tersebut, atau memang penjabaran penulis ‘sedikit’ di luar logika secara normal. Sesuai dengan judul kisah ini, “HALF BAD” – maka pengalamanku dalam menikmati perjalanan kisah Nathan Byrn benar-benar ‘Half-Bad’ ... separuh awal kisah cukup bagus dan mengundang rasa penasaran, separuh kisahnya hingga akhir justru banyak kebingungan (dan kebingungan) yang membuatku pusing untuk bisa menikmati kisahnya hingga tuntas. Apakah ada pengaruh dengan pilihan kosa kata yang terkadang terasa janggal ? Mmm... memang agak mengganggu, walau secara keseluruhan tidak terlalu ‘parah’ sebagaimana kasus edisi terjemahan lain. Terus terang diriku mempertanyakan apakah kategori ‘Bestselling YA Fiction Debut’ ini berkaitan dengan (lumayan) banyaknya adegan unsur kekerasan (baca : penyiksaan) sepanjang kisah ini ? Seperti juga karya Mark Lawrence melalui Prince of Thorns ? Mmmm ... again, tampaknya label (rekomendasi) tersebut tidak sesuai dengan seleraku ... dan bagi pembaca lain yang belum ‘menikmati’ kisah ini, silahkan saja dicoba, semoga saja pengalaman Anda sama sekali berbeda dengan yang kualami (^_^)

Book Trailer “Half Bad” by Sally Green

[ more about the author & related works, just check at here : Sally Green | on Goodreads | on Wikipedia ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...