[
book 3 of THE BOURBON KID Series ]
Text copyright © 2014 by
Anonymous
Cover illustration copyright
© 2014 by Owen Richardson
Cover design by Jessica
Handelman
Interior design by Hillary
Zarycky
Printed in the United
States of America
Published by Aladdin (an
imprint of Simon & Schuster Children’s Publishing Division)
First Aladdin paperback
edition November 2015
paperback ; 472 p | ISBN
978-1-4814-3001-2
Price
: IDR 75 (Bargain Sale)
Rate
: 5 of 5
Buku
ini kutemukan dalam timbunan buku-buku obral akhir tahun di salah satu toko
buku. Sayangnya buku ke-2 tidak kutemukan, alhasil sembari menunggu, kubaca
buku ke-3 seri Bourbon Kid yang jujur nyaris kulupakan karena buku ke-1 tuntas
kubaca entah beberapa tahun silam. Membaca buku edisi bahasa Inggris ini
ternyata jauh lebih menyenangkan, sekaligus menggelitik karena penuh ‘makian’
dan kata-kata ‘mutiara’ sepanjang adegan full adrenalin tanpa jeda. Jangan
terburu berpikiran negatif, karena dijamin membaca buku ini bakal ketawa habis
termasuk adegan-adegan perburuan zombies melawan vampir.
Buku
pertama tuntas saat Bourbon Kid berhasil meloloskan diri dari kejaran Miles
Jensen yang diutus oleh pemerintah, namun benda yang menjadi perebutan ‘Mata
Rembulan’ (Eye of the Moon) jatuh ke tangan pihak lain. Sayangnya diriku tidak
dapat mengomentari bagaimana akhir perburuan antara manusia dan vampir, karena
ini buku ke-3 yang mengambil lokasi jauh dari perburuan ‘Mata Rembulan’.
Bourbon Kid yang mengalami masa lalu mengerikan, harus membunuh ibu kandungnya
pada usia 16 tahun karena berubah menjadi vampir dan berusaha ‘menggigitnya’ –
menghabiskan hidupnya untuk berburu dan membasmi makhluk-makhluk supranatural
yang berkeliaran di Bumi.
Kini,
tepat 10 tahun kemudian pada hari pertama perayaan Hallowen, ia berada di
padang gurun yang terletak di belahan Amerika Utara, tempat yang dikenal
sebagai ‘The Devil’s Graveyard’ – dimana sesuai perhitungan peredaran bulan,
akan muncul ‘makhluk-makhluk mengerikan’ dari Neraka. Tiada penghuni di gurun
tersebut, kecuali Hotel Pasadena – satu-satunya bangunan mewah nan megah dimana
tempat perjudian terbesar serta kompetisi menyanyi dengan tema ‘Back From The Dead’ akan diselenggarakan. Finalis kompetisi akan
berlomba memperebutkan hadiah yang sangat besar serta kontrak bernilai jutaan,
dengan meniru bintang-bintang tenar yang sudah tiada.
Dari
tiruan Elvis Presley, Michael Jackson, Frank Sinatra hingga Judy Garland,
semuanya bersaing dengan ketat memperebut ‘suara’ terbanyak hasil voting
penonton. Tiada yang mengetahui bahwa kontes ini telah direkayasa oleh
penyelenggara, bahkan finalis yang lolos telah dipersiapkan terlebih dahulu.
Sayangnya bukan pihak penyelenggara yang memiliki agenda tersendiri, karena ada
finalis yang bertekad memenangkan kontes itu dengan menghalalkan segala cara,
termasuk menyewa pembunuh bayaran untuk melenyapkan para saingannya. Siapa
mengira bahwa event ini diatur oleh kaki-tangan Iblis yang terikat kontrak
untuk menyerahkan ‘korban’ sebagai pembayaran bunga pinjaman terkabulnya
‘wishlist’ tertentu ...
Di
antara konflik tersebut, muncul Sanchez Garcia – masih ingat ? Bartender dari
Bar Tapioka yang nyaris tewas dalam pertarungan sengit (baca : The Book With No
Name), bahkan ketika ia bertemu dengan Elvis – pembunuh bayaran yang juga
berbakat menyanyi (sesuai dengan penyamarannya sebagai peniru Elvis Presley)
dan menjadi sahabatnya sekaligus penyelamat untuk kesekian kalinya saat vampir
berusaha menyerang Sanchez. Karakter ini sangat cocok sebagai tokoh komedi yang
selalu muncul di saat yang tidak tepat, menjengkelkan tetapi anehnya selalu
saja ‘beruntung’ lolos dari cengkeraman malaikat maut hingga Iblis sekali pun.
Sanchez
sengaja datang jauh-jauh dari Santa Montega yang dianggap membawa ‘sial’ dan ia
memenangkan undian gratis untuk berlibur di Hotel Pasadena. Keberuntungan
tersebut secepat kilat berubah menjadi serangkaian malapetaka. Dimulai dari
teman seperjalanannya Annabel de Frugyn yang lebih suka dipanggil ‘Mystic Lady’
– peramal yang bersedia memberikan ramalan sesuai bayaran, wanita yang juga
salah satu pemenang undian ini berusaha keras untuk ‘mendekatinya’ – sesuatu
yang hanya ada dalam mimpi buruk Sanchez. Kemudian, namanya tidak dapat
ditemukan dalam database hotel (yang berarti bisa jadi ia tidak benar-benar
memenangkan undian gratis). Untunglah Elvis muncul menyelamatkan kemalangannya.
Karena
Hotel Pasadena sudah ‘full-booked’ maka Sanchez mendapat kamar salah satu tamu
yang terlambat dari jadwal kedatangannya. Girang mendapat kamar eksklusif,
masih ditambah dengan adanya kejutan berupa amplop yang ‘ditinggalkan’ di kamar
tersebut. Isi amplop itu ternyata penuh dengan uang. Dasar Sanchez yang memang
agak ‘kurang beres’ maka alih-alih menyerahkan amplop berisi uang kepada pihak
hotel (jelas-jelas uang itu bukan ditujukan pada dirinya), ia menyimpan dan
menggunakannya untuk berjudi. Bisa ditebak apa yang terjadi kemudian.
Tamu
yang namanya tercantum dalam daftar sebelumnya, akhirnya muncul (walau memang
terlambat dari jadwal), dan ia sangat mengerikan sekaligus menakutkan, ditambah
dengan fakta kemarahannya bertambah mendapati ada ‘seseorang’ yang mengambil
uang jasa miliknya. Invisible Angus – julukan yang diberikan pada sosok
pembunuh bayaran yang selalu berhasil dalam setiap tugasnya. Namun kini ia
mendapati sang penyewa yang tidak sabaran, telah memanggil jasa pembunuh
bayaran lain, ada bisa jadi orang tersebut yang juga ‘mencuri’ uang pembayaran
yang seharusnya menjadi miliknya. Malangnya nasib Sanchez, diburu-buru pembunuh
bayaran yang murka.
Namun
itu sebelumnya ia dan Elvis terperangkap di gurun pasir untuk dibunuh oleh anah
buah pemilik hotel dan kasino. Untungnya, atau celaka dua belas, sebelum mereka
dibunuh, mendadak gerombolan zombie bangkit dari kubur mereka di gurun. Maka
kali ini mereka harus melarikan diri dari kejaran zombie-zombie kelaparan.
Sekali lagi untungnya (benar-benar beruntung) saat itu muncul Gabriel Locke (masih
ingat, pembunuh bayaran dari New Age Diciple yang pernah bentrok dengan The
Kid) yang kebetulan lewat dan hendak menuju Hotel Pasadena. Sebagaimana Bourbon
Kid mendapat informasi tentang keanehan Hotel Pasadena, Gabriel juga mendapat
kisikan bahwa buruannya akan muncul di sana.
Seriously
... this whole story so damn hillarious. I could not pinned-point which one I
like more. Biasanya cerita zombie, vampir dengan bumbu romansa dan komedi bukan
jenis bacaan yang kusukai, tapi khusus karya penulis yang satu ini, layak untuk
dinikmati, dijamin stress hilang. Kesan spooky hingga nuansa dark-gothic
benar-benar terasa, namun di sisi lain, dialog-dialog yang mengalir sangat
‘hidup’ dan penuh dengan aneka kosakata makian dan hinaan hahahaha. Forget
about Captain Haddock, this talking-s*** really dirty and occasionally quite
vulgar. Makanya jangan perbolehkan anak-anak membaca buku ini ya, bukan saja
serem tapi juga bisa menambah vocabulary yang tidak diharapkan muncul di benak
mereka.
Membaca
buku ini ibarat ‘menonton’ adegan live-action, perang dan pertempuran antara
zombie, vampir, pembunuh bayaran, dan tentu saja iblis. Manusia-manusia yang
terjepit dalam suasana mengerikan ini bisa dikatakan ‘collateral damage’ bagi
kawanan haus darah. Walau demikian, masih tersisa ‘kebaikan’ yang langka,
bermunculan di sana-sini. Saksikan saja kontes antara Dorothy (dari Wizard of
Oz) yang diwakili Judy Garland, Michael ‘Jacko’ Jackson (yang ternyata semacam
malaikat pelindung), Janis Joplin yang menderita sindrom ‘tourette’ (kosa katanya penuh dengan makian), James Brown
(pembunuh bayaran yang juga misionaris ‘gila’), Johnny Cash, Freddie Mercury
hingga Kurt Cobain.
[ more about this author & related
works, just check at here : on Goodreads | on Wikipedia | at Twitter | at Facebook ]
Best
Regards,
@HobbyBuku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/