Judul Asli : SHADOW KISS
[ book 3 of VAMPIRE ACADEMY Series ]
Copyright © 2008 by Richelle Mead
Penerbit Matahati
Alih Bahasa : Harisa Permatasari
Editor : Lulu Fitri Rahman
Proofreader : Mery Riansyah
Layout : MAB
Desain Cover : vbi_djenggotten
Cetakan I : Februari 2011 ; 508 hlm ; ISBN 978-602-8590-24-2
Harga
Normal : Rp. 75.000,-
Rate : 4.5 of 5
“Semua orang dikelilingi cahaya, kecuali dirimu. Kau memiliki bayangan. Kau mendapatkannya dari Lissa.”
Rose Hathaway akan menginjak usia 18 tahun dalam beberapa hari.
Namun sebelumnya ia telah dianggap pahlawan terutama di kalangan novis lainnya.
Ia berhasil memenggal dan membunuh dua Strigoi seorang diri, dan berhak
mendapatkan tanda molnija yang
di-tattoo-kan sebagai bagian dari dirinya. Dan ia juga kehilangan orang yang
sangat dikasihi. Perkenalannya dengan Adrian Ivashkov – sepupu jauh Lissa,
sekaligus pemuda yang memiliki reputasi ‘gemar hura-hura’, membawa pemahaman
atas perubahan besar yang terjadi pada dirinya. Bahwa ia adalah ‘shadow-kissed’ – gadis yang dicium
bayangan, karena Rose Hathaway bangkit dari kematian berkat kemampuan Lissa
memanggil Roh, perbuatan yang tanpa disadari mengikat keduanya sebaagi satu
kesatuan yang saling berhubungan tanpa bisa dihindari.
Adrian ternyata juga memiliki kemampuan ‘melihat’ dan ‘membaca’
aura yang dipancarkan oleh Roh pada makhluk hidup. Kemampuan yang berdampak
buruk karena membuat pemiliknya terombang-ambing dalam dunia yang berbeda,
mulai nampak pada Lissa tatkala kemampuan sihirnya berkembang. Dunia kegelapan
dan terang saling beradu kekuatan, Lissa mudah mengalami ‘mood-swing’ yang
membuat cemas orang-orang terdekatnya. Hanya Rose yang bisa menolong Lissa,
sebagaimana legenda mengenal sosok ‘shadow-kissed’
Anna – pengawal St. Vladimir yang disebut-sebut sebagai penyelamat hidup serta
masa depan cikal bakal kaum Moroi. Pertanyaannya, mampukah Rose mengatasi sisi
kelam yang ia serap dari Lissa dalam jangka waktu yang lebih lama ?
Jika hubungan antara Rose dan sang ibu mulai
membaik, maka perasaan Rose terhadap Dimitri demikian pula sebaliknya, harus
mengalami masa-masa sulit. Bukan saja Rose harus mengatasi perasaan bersalah
yang menggelayuti hati serta pikiran akibat kematian Mason, situasi semakin
memburuk tatkala ia mendapati munculnya ‘hantu’ Mason beberapa kali di sekolah.
Celakanya, ia tidak bisa bercerita tentang hal ini tanpa dianggap gila oleh
orang lain. Bahkan Rose tidak berani mengungkap pengalaman ini pada Lissa. Belum
selesai Rose memikirkan solusi atas hal ini, rangkaian program pelatihan baru
memaksa dirinya berinteraksi lebih sering dengan Christian Ozera, karena ia
ditugaskan sebagai ‘pengawal’ Christian selama periode waktu tertentu di
sekolah.
Rose terbiasa mampu ‘menyelami’ benak Lissa
untuk mempermudah tugasnya. Kini ia harus menyesuaikan dengan kebiasaan dan
perilaku Christian. Hubungan antar keduanya selama ini mengalami proses
‘naik-turun’ lebih karena Lissa berhubungan erat dengan Christian, hingga Rose
mau tidak mau terlibat di dalamnya. Christian yang gemar melakukan sesuatu
secara impulsi hingga cenderung serampangan, bukan sesuatu yang mudah diikuti.
Ditambah sikap melindungi yang tiba-tiba muncul pada sosok Eddie Castile –
sahabat karib Mason, yang berniat mengganti posisi Mason menjaga Rose, acapkali
mengusik dirinya. Di sisi lain, Rose menyadari perasaan bersalah yang
menghantui Eddie atas kematian Mason, kurang lebih serupa dengan yang ia alami.
Sementara Lissa berusaha keras berlatih
mengendalikan kekuatannya yang meningkat secara menakjubkan, tanpa menyadari
bahwa kegelapan yang mengerikan turut menyertai kekuatan tersebut, dan hanya
bisa dibantu oleh Rose yang merupakan ‘shadow-kisses’ Lissa, dengan menyerap
kekuatan negatif itu. Sayangnya itu hanya mengalihkan penderitaan Lissa pada
diri Rose – yang sedang berjuang menyelesaikan tahapan ujian-ujian berat agar
ia bisa dinyatakan layak menjadi pengawal resmi keluarga Dragomir. Lebih celaka
lagi, kehadiran hantu Mason ternyata memberikan petunjuk pada Rose akan bahaya
besar yang mengancam para penghuni St. Vladimir. Sebuah ramalan tak diduga,
tentang kehilangan besar yang akan dialami oleh Rose, sama sekali tidak
mempersiapkan dirinya berhadapan dengan maut, kematian dan penderitaan
berkepanjangan ...
Sorry for quite-long-delay writing this
review, simply because after reading this (ending) book, I’m soooo upset and
having book-hangover for awhile. Dan sampai sekarang masih terngiang di benak
ending yang bikin devastating banget <(-___-)> ... why you took my
favorite one this time huhuhu. Sudahlah, yang jelas walau bikin mewek, sekali
lagi penulis berhasil membuktikan kepiawiaannya mengolah dan mengocok emosi
pembaca. Tak pernah lagi iri dengan kondisi Rose, dihadapkan pada dua pilihan
yang sama sulitnya, yang akan menentukan nasib serta masa depan mereka
sekaligus dirinya, dan KEBETULAN keduanya sama-sama menempati posisi khusus di
hatinya. Talk about ‘buah simalakama’ deh. Let’s move-on to the sequels,
sembari berharap ada ‘kecerahan’ dibalik awan gelap gulita ini...
[ more about
this author & reletd works, just check at here : Richelle
Mead | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb | at Twitter ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/