Title : “THE SCHOOL FOR GOOD & EVIL”
[
book 1 of THE SCHOOL FOR GOOD & EVIL Series ]
Text copyright © 2013 by
Soman Chainani
Illustrations copyright ©
2013 by Iacopo Bruno
Printed in the United
States of America
Cover art by Iacopo Bruno
Published by
HarperCollinsPublishers (www.harpercollinschildrens.com)
First paperback edition,
2014
paperback ; 488 p + extras
| ISBN 978-0-06-210490-8
Price : IDR 88
Rate
: 2.5 of 5
Childrens of the Gavaldon are familiers with the
bed-time-stories, about shadows who appears at nightime, searching for one good
and one evil boy or girl, kidnapped them into an enchanted world that no one
seem to know exactly where. So before dark, people will hiding in their home,
close their door and locked their windows, although it seems the shadows can
penetrate into wall or sneak into little hole. But for Sophie – it was the only
dream she’s been having lately, being chosen and taken as princesses because
she believe since birth she is a princess.
Stranded in the wrong world, so it’s
her time to back with her kind of people. Just to make sure she will chosen
soon by the School Master who rule the School for Good & Evil, she
dedicated her time to help others who need her goodness. Among of her charity
project is Agatha – a girl just like her age, but with the opposite attitude
and different interest. If Sophie appears like a beautiful-blonde, charming,
sweet girl with good manners, then Agatha with her dark-hair, grumpy face and
bitter tone of voice, always said something horrible about everything ... makes
them both perfectly the right pairs for the choosen Good and Evil pairs.
“In the School for Good, they teach boys and girls like me how to become heroes and princesses, how to rule kingdoms justly, how to find Happily Ever After. In the School for Evil, they teach you how to become wicked witches and humpbacked trolls, how to lay curses and cast evil spells.”
Then one night, something
really happen. The School Master taken two girls from Wood of Beyonds, they are
Sophie and Agatha. Sophie perfectly prepare even having joyful moment being
taken (just to be clear : is not normal response, because others children will
be scare and crying, begging not to be taken from their family). Agatha too ,
did not want to be taken, as horrible it seems her life, she like it and love
every little things about her life in Gavaldon. The taken of her, could be an
accident, since she is on Sophie’s house, trying to help Sophie for being
kidnapped (who will in the right mind willing to be kidnapped, right ?
At least
that what Agatha’s think). Once again the kidnapping of children of the Gavaldon
manage to pick several the chosen-pairs, where everyone at least knew where
they’re headed. Sophie with no doubt knew she will be place in the Good-side,
and even Agatha too always knew she will end-up in the Evil-side. But something
happen – something so weird that makes almost everyone surprise and wonder what
went wrong, when Agatha places in the School of Good and Sophie stranded in the
horrible Evil’s place. Did the School Master makes terrible mistake this time ?
“But there was a difference between her and these villains. Their mouths twisted with bitterness, their eyes flickered with hate, their fistss curled with pent-up rage. They were wicked, no doubt, and Agatha didn’t feel wicked at all.”
“We’re going home ! We can be friends there – on the same side – no Good, no Evil – we’ll be happy forever.”
~ Conclusion in Indonesian ~
Memilih bacaan sejenis
teens fantasy merupakan kesulitan tersendiri bagi diriku, karena tidak semua
bacaan jenis ini mampu kunikmati (lagi) mengingat ‘kedewasaan’ (halah)
perbendaharaan jenis bacaan yang telah berkembang sekian tahun terakhir. Saat
pertama kali melihat edisi perdana karya debut Soman Chainani, satu hal yang
menjadi pendorong utama mengapa akhirny kuputuskan untuk mencoba membaca buku
ini, endorsment khusus dari JK Rowling – maestro fantasi berkat karyanya Harry
Potter. Maka dengan ekspektasi setinggi-tingginya, diriku mulai membuka halaman
pertama kisah ini ...
Dan semenjak awal,
karakter Sophie langsung mendapat tempat ‘khusus’ di benakku : I HATE HER !!!
Sorry, kesannya kasar ya, kuralat sedikit : Benar-Benar Karakter Yang
Menyebalkan !!! Secara garis besar, kisah ini sudah bisa diramalkan, tentang
dua pasang gadis yang memiliki penilaian tersendiri bahwa mereka ‘terlahir’
sebagai sosok ‘Baik’ dan yang lainnya adalah sosok ‘Jahat’ – dan sudah
sewajarnya jika lingkungan sekitar, dimulai dari sekolah khusus nan misterius
(karena para siswa yang bersekolah di sini semuanya diculik dari kediaman dan
keluarga mereka), memasukkan mereka dalam dua kategori yang terpisah sesuai ‘kondisi’
dan ‘status’ masing-masing.
Namun kisah dibuat sedikit
berbeda tatkala Sophie yang sepanjang hidupnya menganggap dirinya bagai ‘Dewi
Kebaikan’ dan Agatha yang senantisa memiliki pemikiran kelam, dipastikan
tergolong ‘Jahat’ – ternyata justru masuk ke sekolah yang berbeda. Apa yang
terjadi saat Sophie yang selalu tampil sempurna harus berkumpul dengan
sekumpulan anak-anak yang digambarkan ‘gelap’ dan ‘suram’ sedangkan Agatha yang
sebal dengan segala aturan, seni memperindah dan mempercantik diri dan latihan
menjadi seorang putri, harus menjalani itu semua karena ia masuk ke Sekolah ‘Baik’
...
Di satu sisi, kisah-kisah
ini menampilkan adegan-adegan yang bisa menggelitik rasa humor. Namun secara
keseluruhan, kisah ini lebih banyak membuatku jengkel, terutama menyangkut
perilaku Sophie, yang bahkan sejak awal kisah sudah bisa kutebak memiliki sifat
dan karakter super egois, semaunya sendiri, semena-mena bahkan bersedia
menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan utamanya, dengan mengatas-namakan
kedok ‘Kebaikan’ sebagai perwujudan dirinya. Agatha, sebenarnya memiliki
karakter yang jauh lebih baik, namun sayangnya berhadapan dengan Sophie, ia
justru kurang bisa memberikan pengaruh positif yang lebih kuat.
Sebagai pembaca ‘dewasa’
jujur keseluruhan kisah ini sangat kekanak-kanakan. Tapi seandainya ini merupakan
bacaan untuk anak-anak, maka satu hal yang menjadi sorotan utama perhatianku :
pelajaran moral apakah yang hendak disampaikan penulis bagi pembaca ‘muda’ jika
nyaris gambaran keburukan moralitas yang justru ditonjolkan sepanjang kisah
ini. Jika menyukai kisah tentang gadis yang menganggap dirinya ‘putri’ yang
harus selalu disanjung dan dipuja-puji, gambaran gadis manja nan egois yang ‘kebetulan’
mengambil latar belakang dongen fantasi, well – ini jenis bacaan yang tepat
bagi Anda. Sedangkan untuk diriku, cukup sekian. Entah apa yang membuat JK
Rowling bersedia memberikan ‘pujian’ khusus untuk kisah ini ... \(-__-)/ Satu-satunya
yang cukup menarik hanya desain cover yang ‘eyecatching’
karya Iacopo Bruno (salah satu ilustrator favoritku), dan hal ini juga yang
menjebak diriku untuk membelinya #sight
~ SPECIAL NOTE ~
Jika Anda masih mencari
bacaan fantasi yang berkualitas, cocok untuk kalangan anak-anak, remaja hingga
dewasa, masih berkutat dengan dunia dongeng, kurekomendasikan serial ‘Land of
Stories’ karya Chris Colfer. Kisahnya penuh dengan karakter-karakter dongeng
dunia yang dibuat ‘sedikit-berbeda’ namun pengembangan karakter, alur kisah dan
tema yang diusung jauh lebih kompleks sekaligus memiliki pesan moral yang
sangat bagus. Walau karakter-karakter antagonis bertebaran sepanjang kisahnya,
dijamin pembaca tidak bakalan bosan atau ‘annoying-with-characters’ sebagaimana
yang kualami dengan sosok Sophie. Menulis karakter ‘villain’ yang tetap
memiliki daya tarik tersendiri merupakan bukti keahlian penulis. Dan perlu
kusebutkan pula, bahwa Chris juga mengawali karirnya sebagai penulis melalui
kisah ini. Bisa dibandingkan karya kedua debut-author ini, dan jangan sampai
salah memilih di kemudian hari (^_^)
[
more about the auntor & related works, just check at here : Soman Chainani | School for Good & Evil | on Goodreads
| on Wikipedia | at Twitter ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/