Books
“THEODOSIA & PASUKAN ULAR PENGACAU”
by
R.L. LaFevers
Illustrations copyright ©
2007 by Yoko Tanaka
Penerbit POP (imprint
Penerbit KPG) | IceCubePublisher
Alih Bahasa : Utti
Setiawati
Editor : Yessy Sinubulan
Layout : Deborah Amadis
Mawa
Desain sampul : Vanessa
Josephine
Cetakan I : April 2016 ; 368
hlm ; ISBN 978-602-6208-76-7
Harga Normal : Rp. 75.000,-
Satu lagi kisah yang
mengangkat tema seputar mitologi Mesir – yang jauh lebih kusukai dibandingkan
mitologi Yunani, terutama karena mitologi Mesir penuh dengan ‘kabut’ misteri,
unsur supranatural yang lumayan ‘spooky’ dan berbicara tentang sihir Mesir
dipastikan penuh dengan ‘kutukan-kutukan’ yang dijamin membuat bulu kuduk
berdiri (^0^). Nah, jangan terburu kabur, karena kisah kali ini tidak terlalu
‘menakutkan’ (setidaknya menurut penilaianku), apalagi tokoh utama kisah ini
merupakan sosok gadis cilik berusia 11 tahun bernama Theodosia Elizabeth Thorckmorton.
Theo – panggilan akrabnya,
bukan sekedar gadis ‘normal’ berusia 11 tahun karena ia hidup bersama kedua
orang tua yang disibukkan dengan pekerjaan mereka, sebagai pengelola sekaligus
Kurator Museum Sejarah dan Benda Purbakala – museum kedua terbesar di London,
Inggris. Alih-alih tinggal di rumah dan bersekolah, ia acapkali harus tinggal
di museum, tidur dalam sarkofagus (peti mati batu mumi Mesir) dan menyantap
roti lapis selai, karena ayahnya, Alistair lupa untuk pulang, begadang di
museum, sedangkan ibunya, Henrietta berkeliling di penggalian-penggalian Mesir
untuk menemukan artefak-artefak menarik bagi museum mereka.
Namun jangan salah menduga
kemampuan Theodosia, karena ia sangat cerdas, mampu memahami seluk-beluk budaya
maupun artefak Mesir Kuno. Dan kelebihan lain yang ia sembunyikan, Theodosia
memiliki ‘kepekaan’ untuk merasakan hingga melihat kutukan-kutukan mengerikan
yang menyertai artefak-artefak Mesir Kuno yang berdatangan di museum. Karena
hal itu pula, ia menguasai pengetahuan untuk membuat jimat pengusir kutukan
hingga penangkal marabahaya. Untuk kutukan-kutukan ringan, sejauh ini, berbekal
pengetahuan yang ia miliki, Theo mampu melindungi penghuni museum termasuk
dirinya sendiri serta kucingnya, Isis – yang juga mampu merasakan ‘sesuatu’
yang tidak benar ...
Hingga suatu hari, kiriman
artefak baru dari ibunya, benar-benar membuat Theodosia kalang-kabut. Dimulai
dari usaha Theo mengatasi kutukan yang menyertai patung Bastet – dewi kesuburan
Mesir, berbuntut pada kesalahan mengalihkan kutukan pada kucingnya, Isis.
Disusul dengan kepulangan sang ibu dari Kairo, membawa artefak yang sangat
berharga (dan seharusnya terlarang untuk dibawa keluar Mesir) yang dikenal
sebagai ‘Jantung Mesir’ – jimat jantung besar milik Thutmose III yang tidak
pernah ditemukan oleh para arkeolog sebelumnya. Sebelum Theo sempat melakukan
penyelidikan lebih lanjut, benda yang sangat berharga itu mendadak ‘hilang’
dari tempat penyimpanan museum.
Hanya Theodosia yang
menaruh kecurigaan pada Lord Snowthorpe – direktur British Museum, tempat
dimana Alistair Throckmorton pertama bekerja. Saat ia berusaha menguntit Lord
Snowthorpe, tanpa diduga Henry, adik Theo yang menjalani masa liburan sekolah,
diam-diam mengikuti dirinya. Berdua, mereka menyaksikan peristiwa aneh dan
menakutkan, saat pria bernama Tetley yang diketahui berurusan dengan Snowthorpe
di British Museum, diserang oleh pria yang mengambil sesuatu dari Tetley.
Anehnya, kemudian muncul kelompok penguntit lain yang menghajar pria asing itu
dan mengambil ‘benda’ yang semula di tangan Tetley. Apa sebenarnya yang sedang
terjadi ?
“Siapa pun yang mengambil Jantung Mesir dari makam akan membawa bencana kelaparan, penyakit menular, wabah terhadap bangsanya sendiri. Kehancuran akan menimpa mereka semua.”
Theodosia bersama Henry
dan Sticky Will – bocah pencopet yang sempat ‘berurusan’ dengan Theo
sebelumnya, tanpa sadar akhirnya terlibat dalam petualangan mendebarkan
sekaligus sangat berbahaya. Mereka terlibat dalam aksi perebutan ‘Jantung Mesir’
yang dipercaya memiliki kekuatan yang mampu menghancurkan sebuah negara. Ketika
Lord Wigmere dari kelompok rahasia Antique
Society meminta dirinya untuk membantu merebut kembali sekaligus mengembalikan
‘artefak’ itu ke tempat asalnya, demi mencegah perang besar yang akan terjadi
antara Inggris dan Jerman, sejauh mana bahaya yang harus dihadapi Theodosia,
terlepas dari kecerdasan serta kemampuan mendeteksi ‘kutukan’ – tetap hanya
gadis cilik berusia 11 tahun ...
Ini merupakan pengalaman
pertamaku menikmati karya R.L. LaFevers, dan harus ku-akui, detil seputar
mitologi Mesir Kuno, terutama menyangkut penanganan kutukan-kutukan, mampu
membuatku terpaku sepanjang cerita. Unsur misteri dibalut unsur suspense dan
nuansa supranatural yang kelam, menambah daya tarik kisah ini. Walau jujur,
penokohan bocah 11 tahun yang berperan ala ‘agen rahasia’ berhadapan dengan
manusia-manusia dewasa yang menakutkan dan sangat berbahaya (mereka tak segan
menyakiti atau melenyapkan siapa saja yang menjadi penghalang), lumayan absurb
dan sedikit tidak masuk akal. But, then, it’s like mostly ‘juvenile mystery /
adventure’ books, still enjoyable to read. For starter, I gave 3.5 Star for
Theodosia first adventures (^_^)
[ source ] |
Note :
untuk edisi terjemahan ini, penerbit menggunakan ilustrasi asli karya Yoko
Tanaka, yang kukenal pertama kali melalui The
Witch’s Guide To Cooking With Children dan The
Witch’s Curse karya Keith McGowan, dan The Magician’s Elephant karya Kate
DiCamillo. Karyanya sangat unik hingga mudah dikenali, bahkan dalam nuansa
hitam-putih, suasana yang terjalin dalam sebuah kisah mampu dirangkum dan
disajikan dengan keindahan tersendiri. Demikian pula dengan ilustrasi kisah
Theodosia, hanya saja yang sedikit kusayangkan, edisi terjemahan ini kualitas
yang ditampilkan kurang bagus, cenderung gelap dan kabur yang membuat keindahan
karya Yoko Tanaka tidak muncul secara maksimal bagi penggemar maupun pembaca
buku ini.
Judul Asli : THEODOSIA & THE SERPENT OF CHAOS
[ book 1 of THEODOSIA THORCKMORTON Series ]
Text copyright © 2007 by R.L. LaFevers
Illustrations copyright © 2007 by Yoko Tanaka
Rate : 3.5 of 5
Tentang Penulis :
R.L. LaFevers (Robin
Lorraine kalau dia sedang berada dalam masalah besar) sejak kecil sudah
menghabiskan waktunya di museum dan perpustakaan. Dia sangat meyakini kalau di
sanalah tempat-tempat berbagai misteri sejarah kuno duduk manis di antara rak
demi rak, menunggu ditemukan. Dia telah menghabiskan hampir separuh hidupnya
hanya untuk mendengarkan bahwa dia hanya mengkhayaldan tak ada apaun di sana,
yang akhirnya membuatnya membuktikan banyak hal lewat cerita-cerita fiksinya.
Saat dia tidak sedang meneliti artefak-artefak dan tidak tenggelam dalam
teks-teks tua yang hampir terlupakan, dia menyibukkan diri mengurus dua anak
laki-laki remajanya. Dia hidup dengan dua anak, suami dan seekor kucing galak
di California Selatan. ( sumber :
penerbit BIP )
[
more about this author & related works, just check at here : R.L. LaFevers | on Goodreads
| on Wikipedia | at Twitter ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/