Books
“THEODOSIA & TONGKAT OSIRIS”
by
R.L. LaFevers
Illustrations copyright ©
2008 by Yoko Tanaka
Penerbit POP (imprint
Penerbit KPG) | IceCubePublisher
Alih Bahasa : Utti
Setiawati
Editor : Yessy Sinubulan
Layout : Deborah Amadis
Mawa
Desain & ilustrasi sampul
: Vanessa Josephine
Cetakan I : Mei 2016 ; 407
hlm ; ISBN 978-602-424-058-5
Harga Normal : Rp. 75.000,-
~ WARNING : SPOILER ALERT
(terutama bagi yang
belum membaca buku pertama) ~
Theodosia Elizabeth Thorckmorton
– gadis berusia 11 tahun, putri Kepala Kurator Museum Sejarah dan Benda
Purbakala di London, Inggris, memiliki identitas rahasia sebagai anggota
kehormatan Persaudaraan Penjaga-Penjaga Terpilih, organisasi rahasia yang
diam-diam bekerja untuk memulihkan situasi berkaitan dengan aneka ragam artefak
yang mengalami penyalah-gunaan. Keterlibatan Theo hanya diketahui dan disetujui
oleh Lord Wigmere – pemimpin Antique Society, selain tentu saja adiknya, Henry
dan Sticky Will – bocah pencopet yang terlibat dalam kasus perdana menyangkut
‘Jantung Mesir’ ( baca : Theodosia
& The Serpent of Chaos ).
Masalah ‘Jantung Mesir’
berhasil diatasi. Perang yang dikhawatirkan akan pecah antara Jerman dan
Inggris berhasil dihindari. Musuh berhasil dikalahkan ... atau setidaknya
demikian pengharapan Theodosia. Karena menurut Lord Wigmere, muncul berbagai
aktifitas mencurigakan yang menandakan pergerakan (kembali) Pasukan Ular
Pengacau – kelompok manusia yang berniat mengambil alih kekuasaan dunia dengan
melakukan serangkaian kekacauan, kejahatan termasuk mencetuskan perang demi
tercapainya tujuan mereka. Sebagian anggotanya telah berhasil diketahui berkat
Theodosia, walau dua pelaku penting tidak diketahui kabarnya usai pertemuan
terakhir di Mesir yang nyaris merenggut nyawa Theo.
Namun sebelum terlibat
dalam kasus terbaru, Theo harus berhadapan musuh yang lebih menakutkan : Nenek
Throckmorton, yang kali ini berhasil mendatangkan guru pembimbing bagi cucunya.
Selama ini Theo berhasil menghindar dari keharusan menjalani sekolah secara
formal (atau dimasukkan dalam asrama ...amit-amit deh) sekaligus meyakinkan
kedua orang tuanya bahwa ia mendapat lebih dari cukup pengembangan wacana
pengetahuan (terutama menyangkut serba-serbi Mesir Kuno). Sayangnya, lawan yang
harus ia hadapi adalah Nenek Throckmorton, bahkan putranya (ayah Theodosia) tak
mampu melawan niatnya.
Berbagai cara dan muslihat
digunakan untuk menakut-nakuti dan membuat satu demi satu gurunya mundur,
hingga kedatangan Miss Elizabeth Sharpe. Pusing menghadapi situasi yang tak
mampu ia hindari, Theo harus memutar otak mencari jalan agar ia tetap mampu
menjalankan penyelidikan rahasia, apalagi hal ini menyangkut keselamatan
ayahnya. Diawali dengan pengumuman penemuan mumi terbaru oleh Lord Chudleigh –
salah satu anggota dewan museum, yang berbuntut pada bencana berita
memalukan, karena mumi yang dimaksud bukan peninggalan Mesir Kuno melainkan
‘tubuh’ Mr. Tetley dari British Museum.
Theo mengenalnya secara
‘kebetulan’ karena ia salah satu anggota Pasukan Ular Pengacau yang mengejarnya
hingga Mesir. Perjumpaan terakhir mereka berakhir dengan pingsannya Mr. Tetley
akibat Theo (itu merupakan aksi membela diri), terperangkapnya Von Braggenschnott
dalam tempat penyimpanan ‘Jantung Mesir’ dan terungkapnya Nigel Bollingsworth
sebagai pengkhianat sekaligus mata-mata. Lalu mengapa Mr. Tetley bisa menjadi
‘mumi’ yang dikirim kembali ke Inggris ? Tampaknya Pasukan Ular Pengacau
sengaja mengirim pesan bagi lawan mereka, bahwa aksi terbaru untuk membuat
kekacauan di dunia tidak mudah terhenti begitu saja.
Anehnya, justru perbuatan
Theo-lah kali ini yang memicu aksi terbaru Pasukan Ular Pengacau. Saat
menuntaskan tugas inventaris timbunan artefak di ruang bawah tanah, tanpa sadar
Theo melakukan ‘sesuatu’ yang memicu serangkaian peristiwa menggemparkan
sebagian besar masyarakat London. Bisakah kau bayangkan saat mumi-mumi yang
tersimpan di berbagai museum dan intasi terkait mendadak raib dari tempat
penyimpanannya untuk kemudian muncul di satu tempat : Museum Sejarah dan Benda
Purbakala. Dari dugaan pencurian oleh pihak yang usil, berubah menjadi
kecurigaan menyangkut mitos kutukan dan penangkalan menggunakan emas, hingga
penyalah gunaan artefak langka.
Dan satu-satunya tersangka
adalah Alistair Throckmorton, ayah Theodosia, sekaligus Kepala Kurator Museum.
Apalagi saat mumi-mumi yang lenyap, ditemukan dan dikembalikan, kembali lenyap
di kemudian hari untuk didapati berada (kembali) di Museum Sejarah dan Benda
Purbakala. Mengapa mumi-mumi itu berbondong-bondong kembali ke lokasi yang sama
? Tiada seorang pun yang mengetahui penyebabnya, kecuali Theodosia, yang
terlambat menyadari bahwa ia-lah yang membuat hal itu terjadi (tanpa disadari
tentunya). Kejadian itu berhubungan dengan penemuan Tongkat Osiris yang
dipercaya memiliki kemampuan memanggil (kembali) dan mengendalikan
‘makhluk-makhluk’ dari dunia kematian, termasuk sekawanan mumi.
Kasus ini mudah
diselesaikan, jika saja Theodosia bisa segera mengamankan Tongkat Osiris.
Sayangnya, pihak lain juga menaruh minat besar terhadap benda itu. Theodosia
harus berhadapan dengan musuh lama, yang berniat membalas dendam atas kekalahan
sebelumnya, termasuk melenyapkan gadis berusia 11 tahun yang menghalangi
rencana mereka. Saat Tongkat Osiris berhasil ‘dicuri’ dari persembunyiannya,
Theo tahu musuh akan segera mengincar Bola Ra – artefak yang merupakan kunci
pemicu agar Tongkat Osiris berfungsi. Berburu dengan waktu, sekaligus berusaha
keras membagi waktunya yang penuh dengan aneka halangan, satu lagi misi
berbahaya yang harus dihadapi Theodosia Throckmorton !!
Kasus yang menghadang
Theodosia kali ini cukup kompleks, melibatkan ‘banyak’ sekali pihak-pihak yang
memiliki agenda-agenda tersendiri. Dari situasi menyangkut kehidupan rumah
tangga keluarga Throckmorton, yang tidak bisa dikatakan ‘normal’ sungguh
mengherankan Theodosia mampu berpikir secara mandiri dan penuh kreatifitas
tanpa melibatkan keluarganya. Pasukan Ular Pengacau sudah lumayan menakutkan,
ditambahkan dengan campur-tangan pihak berwajib yang mengejar pelaku pencurian
mumi dan koleksi emas. Menambah rasa pusing, muncul kelompok penggemar fanatik
yang menyebut diri Ordo Matahari Hitam, yang memuja Theodosia sebagai titisan
Isis hahahaha.
Lalu ada sosok Grim Nipper
yang ditakuti Sticky Will dan Snuffles, adik Will yang ‘dikaryakan’ sebagai
calon mata-mata, setidaknya menyangkut tugas pengamatan. Tapi entah mengapa, di
tengah ‘keriuhan’ suasana, alur yang berjalan cukup cepat, konflik yang semakin
memuncak, justru diriku merasa kehilangan daya tarik kisah ini jika
dibandingkan dengan buku pertama. Ibarat masakan yang terlalu banyak ‘bumbu dan
bahan’ menyebabkan cita rasanya berkurang ... Dan sekali lagi karakter
Theodosia digambarkan mampu bahkan tampak cukup ahli berhadapan dengan lawan
tanding yang usianya berkali-kali lipat, agak kurang realistis akibat
‘tampilan’ yang super-fantastis (secara sederhana = berlebihan)
Satu-satunya adegan yang
cukup memikat adalah terlibatnya sosok ‘Anubis’ dalam penyelamatan Tongkat
Osiris dan Bola Ra. Tanpa merubah wujud aslinya (yup benar ... bayangkan jika
sosok menyerupai anjing hitam menakutkan, mampu menyelinap dalam kapal pesiar
yang dipenuhi serdadu pengawal), misi Theo yang nyaris gagal, diselamatkan oleh
makhluk tersebut, walau tentu saja masing-masing memiliki tujuan yang berbeda.
Again, secara keseluruhan kisah petualangan Theodosia dan kawan-kawan
(sekaligus lawan-lawan yang unik) mampu menyajikan sekelumit sejarah mitologi
Mesir berbalut nuansa misteri yang lumayan intens. Walau tidak dapat kuberikan
rating lebih tinggi, yang pasti kelanjutan serial ini masih kunantikan (^_^)
Judul Asli : THEODOSIA & THE STAFF OF OSIRIS
[ book 2 of THEODOSIA THORCKMORTON Series ]
Text copyright © 2008 by R.L. LaFevers
Illustrations copyright © 2008 by Yoko Tanaka
Rate : 3 of 5
Tentang Penulis :
R.L. LaFevers (Robin
Lorraine kalau dia sedang berada dalam masalah besar) sejak kecil sudah
menghabiskan waktunya di museum dan perpustakaan. Dia sangat meyakini kalau di
sanalah tempat-tempat berbagai misteri sejarah kuno duduk manis di antara rak
demi rak, menunggu ditemukan. Dia telah menghabiskan hampir separuh hidupnya
hanya untuk mendengarkan bahwa dia hanya mengkhayaldan tak ada apaun di sana,
yang akhirnya membuatnya membuktikan banyak hal lewat cerita-cerita fiksinya.
Saat dia tidak sedang meneliti artefak-artefak dan tidak tenggelam dalam
teks-teks tua yang hampir terlupakan, dia menyibukkan diri mengurus dua anak
laki-laki remajanya. Dia hidup dengan dua anak, suami dan seekor kucing galak
di California Selatan. ( sumber :
penerbit BIP )
[
more about this author & related works, just check at here : R.L. LaFevers |
on Goodreads |
on Wikipedia | at Twitter ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/