Books
“SIWA : KESATRIA WANGSA SURYA”
by Amish
Tripathi
Penerbit Javanica (an
imprint of PT Kaurama Buana Antara)
Alih Bahasa : Desak Nyoman
Pusparini
Editor : Shalahuddin Gh
Proofreader : Jenny M.
Indarto & I Wayan Sariana
Layout : deenand651
Desain Sampul : Imam Bucah
Cetakan I : Oktober 2016 ;
430 hlm ; ISBN 978-602-6799-15-9
Harga Normal : Rp. 88.000,-
Ia dikenal dengan nama
‘Siwa’ – pemuda yang mendapat tanggung jawab berat untuk memimpin Suku Guna,
yang harus menjalani tantangan demi tantangan nyaris setiap hari hanya untuk
bertahan hidup. Suku Guna hidup di kawasan pegunungan Tibet yang menyediakan
alam liar dengan sedikit keuntungan yang bisa diraih, itu pun harus
dipertahankan dengan nyawa karena adanya pihak lain yang juga mengincar wilayah
pemukiman mereka. Hingga suatu hari datang rombongan asing, yang menawarkan
sebuah janji akan kehidupan yang jauh lebih baik serta menjamin kelangsungan
masa depan Suku Guna, jauh dari ancaman kematian yang saat ini harus mereka
hadapi setiap saat. Singkat cerita, Siwa akhirnya menerima tawaran tersebut dan
membawa rombongan Suku Guna untuk mengikuti rombongan tamu asing yang menyebut
diri sebagai Kaum Meluha.
( edisi cover asli ) |
Kaum Meluha bukan saja
menjalani kehidupan yang ‘tampak’ jauh lebih baik, bukan hanya fasilitas dan
akomodasi yang sangat memadai, pemahaman serta pengetahuan yang lebih luas
memungkinkan mereka memberikan bantuan dan perubahan besar bagi Suku Guna. Misi
mereka untuk ‘membawa’ pihak asing di luar lingkup Meluha, agar bersedia
bergabung dan menikmati banyak sekali keuntungan sebagai bagian dari Meluha,
menunjukkan bahwa mereka memiliki jiwa sosial dan lapang hati demi menolong
pihak-pihak yang membutuhkan ... setidaknya demikianlah pemikiran Siwa beserta
rombongan suku Guna. Sebuah ‘insiden’ yang melibatkan ritual penggunaan
‘Somras’ sebagai bagian dari upaya ‘membersihkan diri’ bagi Meluha, ternyata
membawa dampak perubahan besar bagi Suku Guna, terutama pada diri Siwa, karena
lehernya berubah warna, memancarkan warna ‘nila’ ...
Syahdan sebuah kisah yang
dipercaya sebagai ramalan besar, tentang datangnya ‘sosok asing’ yang akan
membebaskan Wangsa Surya – keturunan raja-raja pengikut Dewa Surya yang kini
sebagian besar menjadi Kaum Meluha, dari ancaman bahaya yang telah lama
mengintai nasib dan kelangsungan masa depan mereka, sosok yang dikenal sebagai
‘Sang Nilakantha’ dengan tanda khusus lehernya ‘berwarna nila’ ... namun
benarkah Siwa – pemuda dari suku asing yang terbilang cukup ‘barbar’ merupakan perwujudan ‘Dewa
Penolong’ bagi Wangsa Surya beserta pengikutnya ? Ini adalah kisah tentang
perjalanan Siwa dalam upaya mencari jawaban di balik serangkaian peristiwa aneh
dalam pilihan kehidupan barunya, tanpa menyadari betapa besar dan berat
tantangan sekaligus pengorbanan yang harus ia terima demi memenuhi takdir yang
telah digariskan pada dirinya.
( edisi cover MF ) |
Ini adalah karya perdana
Amish Tripathi sebagai penulis, dan sebagai pecinta kisah-kisah mitologi Hindu,
bisa dipastikan latar belakang sekaligus karakter yang ia sajikan tidak lepas
dari keberadaan hikayat yang sangat dikenal oleh masyarakat India, terutama
bagi penganut agama Hindu. Walau cukup banyak karakteristik sosok ‘Siwa’ yang
mengambil perwujudan Dewa Siwa, namun kisah ini sendiri bisa dikatakan hasil
imajinasi penulis untuk menuangkan perjuangan pemuda bernama Siwa dalam
menjawab ‘takdir’ sebagai bagian dari keyakinan sekaligus proses
pengejawantahan tentang jati diri. Rangkaian penggalan narasi maupun
dialog-dialog memuat latar belakang sejarah (atau mitos) menjamin pecinta fiksi
sejarah seperti diriku larut dalam kisah ini.
Sayangnya, alur yang
dibangun tidak senantiasa mulus, beberapa bagian berjalan cukup lambat bahkan
tersendat-sendat, ibarat ‘menonton’ sajian film yang mengalami proses edit
cukup kasar. Apakah ini dikarenakan kurang pengalaman dari sisi sang penulis,
mengingat karya ini pun awalnya berhasil ‘diluncurkan’ kepada masyarakat
melalui ‘self-publish’ akibat
penolakan demi penolakan oleh penerbit-penerbit terkemuka. Di sisi lain, bisa
terlihat adanya kualitas tersendiri yang menjamin setidaknya ‘rasa penasaran’
pada diri pembaca (setidaknya itu yang kurasakan) untuk menuntaskan kisah ini
dan tentunya berlanjut pada buku-buku berikutnya. Terutama untuk mengetahui
sejauh mana proses perkembangan karakter Siwa yang tidak terlalu memuaskan
diriku dalam sajian buku pertama ini ...
Ancient India's Map | Meluha |
Buku pertama dari Trilogi
Shiva ini sudah pernah kubaca sekitar 3 tahun lalu, kebetulan dari penerbit
yang berbeda ( baca : The
Immortals of Meluha ). Karena secara garis besar kisah ini telah
kuketahui jujur diriku tidak berharap lebih dari sekedar ‘membaca-ulang’ untuk buku
terbitan Javanica. Anehnya, sebuah pengalaman baru sekaligus beberapa pemahaman
baru ‘muncul’ seiring proses membaca-ulang ini, yang membuatku lebih dari
sekedar penasaran untuk mencari-tahu apakah ada perbedaan antara dua edisi
terbitan ini. Ternyata memang ada ‘perbedaan-perbedaan’ antara keduanya. Yang
paling terlihat adalah istilah-istilah maupun nama yang berbeda. Dari nama ‘Shiva’
berubah menjadi ‘Siwa’ ; julukan ‘Neelkanth’ menjadi ‘Nilakantha’ hingga istilah
Dinasti Suryavanshi / Chandravanshi berubah menjadi ‘Wangsa Surya’ dan Wangsa
Chandra’ atau sebutan ‘Shri Ram’ menjadi ‘Sri Rama’...
[ source ] |
Walau bisa dikatakan
memiliki makna yang serupa, kesan yang muncul cukup berbeda, karena ‘alih
bahasa’ yang digunakan pada edisi Javanica menurutku jauh lebih dikenal dan
memudahkan pemahaman pembaca untuk mendapatkan konsep keseluruhan kisah ini.
Bisa jadi karena diriku terbiasa membaca mitos atau versi wayang purwa karya
R.A. Kosasih – penulis kondang yang mampu ‘menyadur’ rangkaian mitologi Hindu
dalam konsep ‘Jawa’ ... contoh utama penggunakan julukan ‘Shri Ram’ sama sekali
tidak terlintas dalam benakku bahwa penulis merujuk pada mitos Sri Rama yang
lebih dikenal. Bisa dikatakan versi terbitan Mizan Fantasi tidak (banyak) merubah
istilah-istilah asing sepanjang kisah tersebut, menempatkan sajian kisah
layaknya fantasi ala distopia, sebuah dunia imajinasi belaka.
Sedangkan versi Javanica, cukup
berani melakukan ‘perubahan’ yang merujuk pada kebenaran fakta, atau setidaknya
sejarah dan mitos yang lebih dikenal / diketahui penggemar sejarah. Tanpa merubah
garis besar kisah ini, dua pengalaman yang berbeda membawa dua persepsi yang
berbeda pula pada diriku. Hal ini mirip dengan pengalamanku membaca beberapa
versi terjemahan buku kategori sastra / klasik, dimana ada perbedaan ‘persepsi’
yang ditangkap oleh sang penerjemah yang berdampak pada sajian versi
terjemahan, yang pada akhirnya membawa pembaca pada pemahaman yang ‘berbeda’
dengan versi aslinya. Beberapa hal tidak terlalu berpengaruh besar, namun ada
bagian-bagian yang sebenarnya cukup berbeda jauh, seperti istilah ‘rokok /
tembakau’ yang dihisap oleh Shiva, disebut sebagai ‘ganja’ yang dihisap Siwa
pada versi Javanica, menurutku lebih mendekati kebenaran mengingat keberadaan ‘candu’
lebih dulu masuk menilik latar belakang sejarah kisah tersebut.
~ Shiva Trilogy Complete Set ~ |
Jika Anda sekedar penikmat
bacaan yang mengandung unsur petualangan dengan bumbu mitos yang mampu
menggugah rasa penasaran, terbitan terdahulu cukup memadai untuk menghibur,
namun jika Anda termasuk pembaca yang gemar akan detil, keakuratan latar
belakang dan sejarah dalam sebuah kisah, maka kusarankan untuk memilih edisi
terbitan Javanica. Atau jika masih tidak puas, silahkan mencoba membaca versi
bahasa Inggris supaya lebih ‘sreg’ untuk mendapatkan persepsi yang lebih
akurat. Akan tetapi perlu kuingatkan terlebih dahulu, walau memiliki (beberapa)
kesamaan, karakter Siwa dalam kisah ini bukanlah Dewa Siwa (Shiva) sebagaimana
tertera dalam mitos, jadi jangan terlalu kecewa jika perkembangan karakter yang
muncul dari imajinasi penulis, cukup jauh berbeda dari catatan sejarah – karena
ini lebih merupakan kisah fantasi daripada fiksi sejarah (^_^)
Judul Asli : THE IMMORTALS OF MELUHA
[ book 1 of SHIVA Trilogy ]
Copyright © 2008 by Amish Tripathi
Rate : 3.5 of 5
Saat novel
ini selesai, beliau berusaha menawarkan ke beberapa penerbit yang hampir
semuanya menolak untuk mencetak dan menerbitkan kisah ini.
Hingga akhirnya agen
bukunya memutuskan untuk menerbitkan buku tersebut melalui self-publishing.
Rilis pada bulan Februari 2010, di luar dugaan mendapat tanggapan positif dari
kalangan pembaca dan menduduki posisi bestseller dalam waktu seminggu.
Kesuksesan buku pertama disusul dengan terbitnya buku kedua ‘The Secret of The
Nagas’ pada tanggal 12 Agustus 2011. Buku ketiga ‘The Oath of The Vayuputras’
rilis pada tanggal 27 Februari 2013. Ketiga buku yang terangkum dalam Trilogi
Shiva ini menduduki posisi Top Bestseller sebagai Buku Tercepat dalam penjualan
sepanjang sejarah penerbitann buku di India, dengan pencapaian tidak kurang
dari 1,7 juta kopi telah terjual.
Majalah Forbes India bahkan memberikan posisi
no. 85 dalam daftar 100 Celibrity di tahun 2012. Kesuksesan novel ini
mengundang daya tarik berbagai pihak, diantaranya penerbit Jo Fletcher Books
dari Inggris telah mengambil hak cetak untuk edisi cetak versi Inggris. Selain
itu Dharma Production telah membeli hak cipta untuk pembuatan film adaptasi
pada awal tahun 2012, dan kini tengah dibicarakan untuk pembuatan versi
Internasional yang diwakili oleh pihak Creative Artists Agency, salah satu agen
film terbesar di Hollywood.
[
more about the author & related works, just check at here : Amish Tripathi | on Goodreads
| on Wikipedia | at Twitter ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/