Judul Asli : THE MYSTERIOUS HOWLING
( book 1 of The Incorrigible Children of Ashton Place Series )
Copyright © 2010, Maryrose Wood
Alih Bahasa : Nina Setyowati
Editor : Natasya Ayu & Nur Sofiyani
Desain & Illustrasi Cover & Isi : Roni Setiawan | Apung Donggala |
Husni Kamal | Ufukreatif Design
Cetakan I : Februari 2012 ; 296 hlm
“Dibutuhkan segera : Pengajar Energik untuk
Tiga Anak Bersemangat. Menguasai ilmu pengetahuan tentang Prancis, Latin.
Sejarah, Etiket, Menggambar, dan Musik. Lebih Disukai Jika Berpengalaman dengan
Binatang !” ( from The Mysterious
Howling | p. 13 )
Miss Penelope Lumley meski baru berusia lima belas tahun, namun ia adalah
salah satu lulusan terbaik dari Akademi Swanburne untuk Para Perempuan Cerdas
yang Miskin. Karena itu Miss Carole Mortimer – sang kepala sekolah, tidak
segan-segan memberikan rekomendasi serta dorongan penuh pada Miss Penelope
Lumley untuk menerima wawancara pekerjaan sebagai pengasuh anak Keluarga
Ashton, apalagi ia seorang penyayang binatang, sebuah persyaratan utama yang
diajukan oleh keluarga tersebut.
Maka berangkatlah Miss Penelope Lumley, menempuh perjalanan jauh yang tak
pernah dilakukannya (seumur hidup yang
bisa diingatnya, ia selalu tinggal di Akademi Swanburne semenjak keberadaan
kedua orang tuanya tidak dapat dipastikan
lagi). Tanpa pendamping, ia berusaha menikmati perjalanannya sembari membayangkan
bagaimana keadaan di kediaman Keluarga Ashton.
Pada akhirnya ketika ia tiba di kediaman Ashton, yang merupakan suatu lahan
luas dengan perkebunan, hutan serta pondok-pondok mungil, hingga sampai pada
istana Ashton yang megah dan anggun. Sang pemilik Lord Fredrick Ashton sedang
bepergian, maka ia hanya bertemu dengan Lady Constance Ashton – wanita muda nan
cantik dengan rambut pirang dan mata biru besar bak boneka, usianya sekitar
19-20 tahun ( usia yang wajar pada jaman tersebut untuk menikah dan berkeluarga
dengan pria mapan yang sering kali berusia jauh lebih dewasa ).
Wawancara itu berlangsung sangat singkat dan intinya, Miss Lumley diterima
saat itu juga sebagai tenaga pengajar. Meski demikian, ia tak diperbolehkan
bertemu dengan ketiga anak yang akan menjadi anak asuhnya hingg ‘saat yang
tepat’. Ia segera dipersilahkan beristirahat di kamar pribadi yang sangat luar
biasa bagi gadis muda yang seumur hidup tinggal di asrama dan selalu berbagi
dengan yang lain. Kediaman yang sangat besar dan luas itu hanya didiami oleh
Lord dan Lady Ashton, dan tentu saja ketiga anak yang belum boleh dilihatnya,
serta para pelayan dalam rumah. Ia hanya sempat bertemu dengan si Tua Timothy –
kusir dan pengikut keluarga Ashton turun temurun, sosok yang aneh, kasar serta
penuh misteri, serta Mrs. Clarke – kepala pengurus rumah tangga yangbaik hati.
Jika saja Miss Penelope Lumley segera beristirahat di kamarnya, bukannya
berusaha menyelidiki keanehan di kediaman itu, dimulai dengan berbagai
suara-suara aneh yang tampaknya tidak dipedulikan / atau disembunyikan oleh
para penghuni yang lain. Suara-suara seperti : “Auuuuuuuuuw ! Auuuuuuuw ! Guk !
Guk ! Auuuuuuuuuuw ! Auuuuuuuuuuw ! Guk ! Guk !” – suara-suara yang memilukan
dan menyayat hatinya sebagai penyayang binatang, dan ia bergegas ke arah
gudang, tempat sumber suara-suara tersebut, tanpa menghiraukan larangan dari
Mrs. Clarke, yang ada di benaknya, binatang-binatang itu pasti sangat
menderita, dan ia dalam misi penyelamatan penting .... dengan penuh tekad
dibukanya pintu gudang, dan Miss Penelope Lumley bertemu pertama kalinya dengan
‘anak-anak Keluarga Ashton’ : Alexander, Beowulf dan Cassiopeia !!
Kesan :
Kisah tentang anak-anak yang dibesarkan oleh serigala? Membuatku teringat akan kisah Tarzan atau
kisah klasik Jungle Book karya Rudyard Kipling... dan memang ada beberapa
kemiripan, terutama bagaimana Miss Lumley harus berusaha keras mengajarkan tata
cara berlaku seperti layaknya manusia pada ketiga anak yang dianggap liar dan
tidak beda dengan binatang buas – anggapan kebanyakan orang termasuk Lord
Ashton dan Lady Ashton, hingga seorang gadis muda yang memiliki jiwa penyayang
mampu mendekati anak-anak yang justru sangat polos dan jujur.
|
"Alexander & Beowulf trying on pants at the first time " |
Kisah ini ditujukan sebagai bacaan anak-anak, namun melihat gaya penulisan
serta penuturan yang mengingatkan diriku akan penulisan novel-novel klasik
(dengan kalimat-kalimat panjang dan kosa kata yang tidak biasa digunakan oleh
anak-anak pada jaman sekarang ini), kemungkinan lebih cocok bagi anak-anak
tingkat lanjutan dan juga sebagai bacaan dewasa. Apalagi dengan berbagai pesan
moral yang terselip lewat penuturan kalimat-kalimat ( yang juga lumayan
panjang), maka sebagai bacaan anak-anak, layaknya merupakan bacaan pendamping
bagi para orang tua atau guru yang mampu membantu penyampaian maksud
pesan-pesan ini.
Penuturan dengan gaya ala novel klasik ini agaknya juga mempengaruhi cara
penerjemahan buku, karena pada beberapa bagian, diriku menemukan ‘sedikit’
kejanggalan hingga harus kembali-membaca kalimatnya untuk mengetahui maksudnya.
Dan karena sedikit penasaran, kucoba mencari referensi tulisan dalam bahasa
aslinya, ternyata memang benar, terjemahannya tidak salah secara kata per kata,
tetapi padanan yang pas dengan maksudnya tidak terpenuhi ( dan memang bukan hal
yang mudah ).
|
" Alexander, Beowulf & Cassiopeia at the first time shooping at town ... " |
Terlepas dari beberapa kejanggalan yang’kualami’ kisah ini sungguh sangat
menarik. Penulis menyampaikan lewat sudut pandang karakter Mis Penelope Lumley,
yang banyak bercerita semacam menulis buku harian tentang berbagai pengalaman
serta pemikiran-pemikiran yang memenuhi benaknya...mirip dengan gaya penuturan kisah
Anne of Green Gables. Disertai humor berupa sindiran halus, atau boleh
dikatakakan ‘speak on your mind’ tanpa menyampaikan maksudnya secara
blak-blakan, disertai kelucuan serta kepolosan pemikiran anak-anak, ini,
sungguh --- satu lagi bacaan wajib yang layak Anda miliki dan Anda baca
tentunya (^_^)
‘“You,”
she said, looking at the eldest boy, “are to be called Alexander. Can you say
it? Alexander,” she prompted again, clearly.
“Alawoooooo,” he repeated.
“Very good!” She glanced at the card, “It says here, you are named after
‘Alexander the Great, the legendary commander who mercilessly conquered the
Persian Empire and was said to drink too much wine.’ Hmm. That is an odd
choice.”
“Alawooooo!” he said, with feeling.
“As for you,” she said, turning to the smaller boy, “you are to be called
Beowulf. ‘Beowulf was a fearless warrior of old, who slew monsters and dragons
until he met a bloody and violent end.’ A most unsavory namesake, in my
opinion, but that is what Lord Ashton has written here. Can you say Beowulf?”
“Beowoooooo,” the boy said proudly.
“Excellent,” Penelope praised. “And now for our littlest pupil. Heavens! It
appears that Lord Ashton has named you—well, let me read it. ‘Cassiopeia, after
the vain and arrogant queen of the ancient Greeks who tried to sacrifice her
own daughter to the sea gods.’ How dreadful! But it will have to do.” She was
about to ask the little girl to repeat her name, but the clever child had been
watching the other and beat Penelope to the task.
“Cassawoof!” she yelped. “Woof! Woof!”’
( from The Mysterious Howling | p. 54-55 )
Sedikit tambahan sebelum menutup ‘kisah’ ini, penulis juga menambahkan
unsur misteri yang mengundang rasa penasaran serta ketegangan yang juga
menambah daya tarik kisah ini. Dan yang pasti membuatku semakin penasaran akan
kelanjutan buku kedua dan buku ketiga yang telah rilis tahun ini. Apa
sebenarnya rahasia di balik dinding yang terlihat oleh Mis Lumley dan anak-anak
? Sebuah ruang rahasia yang aneh sekaligus menakutkan, dengan suara-suara serta
pemandangan yang sangat tidak biasa. Dan apakah latar belakang serta asal-usul
ketiga anak yang misteriurs ini segera terungkap ?
Tentang Penulis :
Maryrose Wood tidak dibesarkan oleh sekawanan serigala, tetapi ia menjalani
masa kecilnya di wilayah suburbia yang masih cukup liar di Long Island, New
York, suatua pengalaman yang cukup untuk mengingatkan dirinya akan petualangan
yang yang mengasyikan.
Pada usia 17 tahun, ia yang sangat suka dengan berbagai hal yang
berhubungan dengan teater, memutuskan
pindah ke kota New York untuk mendalami bidang akting. Bahkan ia memutuskan
berhenti dari kuliah untuk menjadi bagian dalam drama musikal Broadway – yang
ternyata tidak berjalan seperti Impiannya, ia mengalami kegagalan ! Hal ini
yang menimbulkan ide akan pepatah yang akan menjadi bagian petuah karakter
Agatha Swanburne : “You win some, you lose some.”
The
Incorrigible Children of Ashton Place merupakan serial novel yang dibuat
sebagai bacaan anak-anak tingkat menengah. Buku pertama ‘The Mysterious
Howling’, dipublikasikan pada tahun 2010 dan menerima pujian dari Booklist,
Kirkus, SLJ dan Publishers Weekly, bahkan mendapat penghargaan sebagai Best
Children’s Book of 2010 by the Christian Science Monitor, Kirkus. Buku kedua
segera menyusul dengan judul ‘The Hidden Gallery’ rilis pada tahun 2011.
Sedangkan buku ketiga ‘The Unseen Guest’, rilis pada Maret 2012. Ketiga buku
ini masuk dalam daftar pilihan Junior Library Guild.
Maryrose Wood
juga mengajarkan bagaimana menulis fiksi serta kegemaran menulis, dan menjadi
pembicara yang populer di berbagai sekolah, perpustakaan serta seminar maupun
konferensi. Selain menulis, ia juga memiliki kegemaran berkebun, berkeliling
naik sepeda, mengarungi sungai dengan kayak, serta mencoba berbagai resep
vegetarian.
Untuk info
selengkapnya tentang Maryrose Wood, silahkan kunjungi situs resminya di : www.maryrosewood.com atau mengikutinya via
Twitter lewat akun @Maryrose_Wood
Best Regards,
* Hobby Buku *
woaaa jadi semakin penasaran :D
ReplyDeleteAyo masih sempat ke PBJ khan *LOL*
Deletembak baca terbitan ufuk atau aslinya? enakan mana bacanya?
ReplyDeleteBaca yang terjemahan Ufuk, sebetulnya bukan masalah besar jadi tidak terlalu menggganggu, tapi aq jadi penasaran lalu browsing jadi versi aslinya, jadi sedikit paham ada beberapa perbedaan konteks. Baca yang versi mana ? Sama saja ya, tapi setelah baca terjemahan aq terus terang penasaran dgn versi aslinya, mungkin humor-humornya bisa lebih terasa dlm konteks aslinya.
Delete