Judul Asli : DEAD
GIRL WALKING
[ book 1 from The Dead Girl Series ]
Copyright © 2008 Linda Joy Singleton
Penerbit Atria
Alih Bahasa : Maria Susanto
Editor : Diksi Dik ; Dian Pranasari
Desain Sampul : Altha Rivan
Cetakan I : Januari 2012 ; 384 hlm
[ "Resensi buku ini dibuat dalam rangka ikut berpartisipasi dalam Lomba Resensi Buku ReadingWalk.com" | source from Reading Walk's Library ]
Menjadi sosok cantik, langsing , populer serta berasal dari
keluarga berada, sungguh suatu impian bagi setiap gadis remaja. Demikian pula
dengan Amber Borden – yang membentuk HHC ( Halsey Hospitality Club ) di tahun
pertama ia memasuki SMA Halsey, dengan tujuan mencari pertemanan dan membantu
siswa-siswa baru. Karena itu betapa
girangnya ketika akhirnya ia memperoleh undangan pesta dari Jessica Bradley –
sahabat dekat Leah Montgomery, cewek terpopuler di Halsey, meski ia harus
memakai alasan mengantarkan Trinidad Sylvenski – anak baru yang cantik, keren,
kaya, serta memiliki suara ‘emas’.
Kegembiraan Amber semakin meningkat saat akhirnya tiba di
kediaman Jessica (setelah mengalami kecelakaan, tersesat, jatuh dari pagar
kuburan...) dan menikmati sajian permen plus aneka cokelat yang menggiurkan
(membuat liur-ku menetes saat membaca ini hehe), kemudian tanpa sengaja ia
mendengar obrolan kumpulan anak-anak beken nan keren –tentang Dirinya !!!
Betapa menyakitkan mendengarkan cemoohan serta olokan mereka, tentang
penampilannya, tentang kegiatan yang dibanggakan, semua menganggap dirinya
rendah dan tidak layak ikut serta dalam kelompok tersebut. Alasan Amber
diundang kali ini, hanya untuk diperalat sebagai ‘pembantu’ kegiatan kelompok
mereka.
Amber terkesima, terkejut, sekaligus sakit hati. Ketika ia
berhasil keluar dari pesta itu, melarikan mobilnya secepat mungkin kembali ke
rumah, hanya ada perasaan hampa di hatinya. Amber berpikir, adakah hal terburuk
yang akan dialaminya pada hari itu --- tapi ternyata ada kabar gembira yang
menyambutnya di depan halaman rumah,
Amber menerima beasiswa untuk kuliah di universitas pilihannya, dan sewaktu
lagi jingkrak-jingkrak kegirangan, ia ditabrak oleh bus surat yang
‘menggelinding’ tanpa pengemudi ...
Amber tak sadar, ketika terbangun, ternyata ia bertemu
dengan Grammy Greta dan Cola – anjing kesayangannya, tapi mereka khan sudah
meninggal ?? Apakah berarti sekarang ini ia juga sudah di Surga, pikir Amber.
Grammy menjelaskan bahwa saat ini, kondisi Amber ‘mati-suri’ di mana tubuhnya
masih berfungsi tapi tak sadarkan diri, sedangkan jiwanya melayang-layang di
dunia perbatasan, dan karena belum waktunya bagi Amber untuk berangkat ke dunia
lain, ia harus segera kembali ke dunia dimana tubuhnya menanti. Mengikuti
petunjuk Grammy, Amber berjalan mengikuti cahaya, kemudian di persimpangan ia
belok ke Kanan !!!
Ketika akhirnya Amber terbangun, ia merasa ada sesuatu yang
aneh. Dan benar sekali, saat ia menatap wajahnya di cermin, itu bukan wajah
Amber Borden, tetapi wajah rupawan Leah Montgomery !! Celaka tigabelas, rupanya
Amber yang suka bingung soal arah, sekali kali tersesat dalam memilih jalan
keluar. Alih-alih belok ke Kiri sesuai petunjuk Grammy, ia malahan belok ke
Kanan. Lalau bagaimana ia bisa kembali ke tubuhnya semula ? Bagaimana ia bisa
menghubungi Grammy kembali, meminta bantuannya ? Apa ia harus ‘mati-lagi’
supaya bisa kembali ? Dan mengapa ia berada di tubuh Leah Montgomery, apakah
berarti ia juga mengalami ‘kematian’ ....
( source ) |
Kesan :
Hahaha ... kisah ini membuatku tertawa dengan kemampuan
Amber yang sangat parah dalam membaca arah. Percaya atau tidak, memang ada
orang-orang seperti ini, termasuk salah satu saudaraku, dia benar-benar
‘buta-arah’ jadi tidak pernah bisa bepergian seorang diri, karena pasti
tersesat tidak bisa kembali ke tempat semula. Ok, kembali ke kisah Amber,
perjalanan anak remaja selalu penuh dengan gejolak. Mulai dari topik yang
paling populer ‘self-esteem’ yang bisa berkembang ke arah yang positif atau
justru sebaliknya menjadi sangat negatif (ini terutama terjadi para
remaja-remaja yang memberontak dalam kehidupan sehari-hari).
Penggambaran sosok Amber serta Leah, dua karakter yang
berbeda kondisi, ternyata masing-masing memiliki rahasia kelam yang
disembunyikan. Bagaimana ketika selama beberapa saat Amber menjalani kehidupan
Leah yang diam-diam ia kagumi serta sumber iri hati karena Leah begitu sempurna
serta memiliki segala yang Amber inginkan, namun ternyata Leah justru sangat
tidak bahagia hingga memutuskan untuk bunuh-diri (itulah sebabnya mengapa Amber
bisa masuk ke dalam tubuh Leah).
( source ) |
Dan Amber yang memiliki sesuatu yang tak pernah ia sadari
sebelumnya, kebaikan hati, membuat dirinya memutuskan ‘membantu’ Leah sebagai
Penghuni Sementara – sebuah tugas khusus untuk membantu jiwa-jiwa yang ingin pergi
menyendiri merenungkan kehidupannya yang berat (enak juga ya bisa pergi
berlibur, lepas dari keruwetan masalah di kehidupan nyata). Tugas Amber tidak
mudah, sangat berat karena ternyata Leah ‘terpenjara’ dalam istana keluarganya,
diawasi dan dihukum jika tidak mengikuti peraturan. Maka Amber harus mencari
bala bantuan, yang muncul dalam sosok tak terduga. Pemuda menarik yang
dijumpainya di pesta Jessica, Eli – adik Chadwick ‘Chad’ Rockingham, Jr , cowok
paling keren di Halsey, pacar Leah Montgomery.
Amber yang secara fisik tidak tampak sempurna seperti Leah,
pada akhirnya menyadari kebenaran serta kejujuran jauh lebih baik daripada
kepura-puraan, dan ketika ia sadar bahwa kehidupan sehari-hari yang semula dianggap tidak
menyenangkan, ternyata kini menjadi sesuatu yang sangat ia rindukan. Kasih
sayang, kehangatan, penerimaan dari keluarga serta sahabat-sahabatnya, semuanya
jauh lebih berharga daripada gemerlap dunia yang glamour, karena di balik itu
semua hanya ada kehampaan. Akan tetapi masihkah Amber mampu menikmati hal-hal
tersebut ? Jika bukan hanya musuh dunia manusia yang harus ia hadapi, tetapi
Penghuni Kegelapan yang mampu menyusup dalam tubuh manusia, mencari mangsa
seperti dirinya. Dan ia harus berburu dengan waktu, karena tubuhnya yang koma sewaktu-waktu
bisa tak pernah kembali ...
Sebuah kisah menarik, lucu, sekaligus menyentuh, mengajarkan
pada kita untuk senantiasa bersyukur atas keadaan serta kondisi yang kita
jalani. Sesuatu yang tampak berlebihan belum berarti mampu membawa kebahagiaan
pada diri kita. Karena kebahagiaan itu datangnya bukan dari luar melainkan dari
dalam diri kita sendiri, dari hati serta pikiran ....
Tentang Penulis :
Linda Joy Singleton tinggal di bagian utara California. Dia
memiliki dua anak yang sudah beranjak dewasa dan suami yang sangat mendukung,
yang suka membantunya menemukan cerita-cerita tidak biasa. Dia telah
menerbitkan lebih dari 30 judul buku, termasuk di antaranya serial
Regeneration, My Sister the Ghost, Cheer Squad, Strange Encounters dan The
Seer. Kunjungi situs webnya di : www.LindaJoySingleton.com.
Best Regards,
* Hobby Buku *
Belum ada yang mengalahkanku dalam perkara buta arah. Bukannya bangga, sekadar pasrah karena sudah terlalu sering nyasar, bahkan sempat salah masuk rumah pas pulang ke rumah.
ReplyDelete