Books “ SANG RAJA DARI ATTOLIA ”
Judul Asli :
THE KING OF ATTOLIA ( book 3 of Trilogy )
Copyright © 2000 by Megan Whalen Turner
Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa
: Zaky Yamani & Reita Ariyanti
Desain Cover
by eMTe
Cetakan I : Desember 2011 ; 400 hlm
Rate : 4 of 5
Eugenedis – sang Pencuri dari Eddis yang telah menerima ‘penampakan’ masa
depan mengerikan akan kemusnahan bangsanya, akhirnya memilih jalan yang
dipercaya akan merubah sejarah serta menyelamatkan nasib bangsanya. Eugenedis
yang telah menaruh kepercayaan penuh kepada para dewa-dewi, justru mendapati
dirinya dikhianati oleh mereka yang dijadikan tumpuan hidupnya. Dan pada akhirnya,
ia dihadapkan pada pilihan berat, mengorbankan dirinya atau bangsanya.
[ source ] |
Putri Helen yang dikenal sebagai Ratu Eddis sangat menyayangi sepupunya,
namun ia pun tak berdaya menghadapi kebulatan tekad Eugenedis untuk memecahkan
solusi peperangan antara Attolia-Eddis-Sounis serta campur-tangan Mede. Dan
solusi terbaik adalah kolaborasi Attolia-Eddis, melalui pernikahan Eugenedis
dengan Putri Irene aka Ratu Attolia – wanita yang telah memerintahkan
pemenggalan tangan Eugenedis. Maka sang Pencuri dari Eddis kini berstatus
sebagai Raja Attolia dan memulai hidup baru sebagai warga Attolia.
Meski memiliki status tinggi, hidup Eugenedis tidak mudah, karena para penghuni kerajaan Attolia masih menaruh rasa benci pada dirinya yang dianggap ‘menyengsarakan’ Ratu mereka. Mulai dari para pengawal, para pelayan, para ajudan, para menteri, bahkan hewan-hewan peliharaan, tampaknya semua dengan sengaja mempermainkan serta mempersulit kehidupannya sehari-hari. Makanan yang dibari pasir, ular yang disusupkan di tempat tidur, pakaian yang dinodai tinta, hingga penyerangan yang diatur oleh anjing-anjing berburu. Eugenedis tidak memiliki satu pun sekutu atau kawan di tempat itu. Apakah ia mampu bertahan menghadapi berbagai cobaan dan hinaan, bahkan ketika semuanya meningkat menjadi usaha pembunuhan yang diatur sedemikian rupa ??
[ source ] |
Buku ketiga ini sangat menyentuh, melihat perlakuan yang dialami oleh
Eugedenis demi melindungi orang yang ia cintai. Orang-orang tak mengenal
dirinya, menganggap dirinya tak memiliki kemampuan serta penampilan yang layak
sebagai Raja Attolia. Hanya segelintir orang yang bisa melihat dibalik
kelakuannya yang sekali lagi super cuek, serampangan serta suka bercanda,
sebenarnya ia sangat peka, mudah tersentuh dan tidak menyukai kekerasan.
Dianggap sebagai sosok lemah, apalagi hanya memiliki satu tangan, namun dibalik
itu semua Eugenedis memiliki kemampuan tempur tinggi yang bisa menewaskan siapa
saja yang melukainya.
Melalui karakter Costis – salah satu pengawal Attolia yang tertimpa
‘kesialan’ gara-gara memukul sang Raja Attolia, namun nyawanya justru diampuni
bahkan dijadikan pengawal pribadi, para pembaca diajak melihat Eugenedis secara
lebih dekat lewat pengamatan Costis. Dari lawan yang membenci hingga menjadi
seseorang yang akhirnya menaruh belas-kasihan kemudian rasa hormat terhadap
Eugenedis, perjalanan sosok karakter utama kita ini sedikit mengingatkan diriku
akan kisah Harry Potter. Terutama saat ia harus bertahan seorang diri,
kesepian, tak seorang pun bisa menghibur dirinya, namun justru dipojokkan
hingga batas ketahanan mental, dan yang paling menyentuh, siapa pun yang menyakiti
dirinya, justru diselamatkan nyawanya dari siksaan serta hukuman mati.
“Raja duduk dengan kaki di kursi dan lututnya ditarik ke dada, menatap ke luar jendela. Raja begitu bergeming, dan begitu hening ketika menitikkan air mata, dan hanya sejarak napasnya sebelum Costis menyadari bahwa Raja sedang menangis.”[ from The King of Attolia by Megan Whalen Turner | p. 145 ]
[ source ] |
“Jendela itu terbuka ke arah yang sama dengan jendela Raja, Costis bisa melihat pemandangan yang sama. Ternyata hal yang penting bukanlah apa yang Raja lihat, tapi apa yang tak bisa dia lihat ketika duduk di dekat jendela dengan wajh menghadap Eddis. Hati Costis mencelos karena simpati, ia teringat paa kerinduan akan rumahnya sendiri. Perasaan tersiksa itu perlahan pudar, tapi perasaan itu begitu membekas sampai tak mungkin ia tak mengenali apa yang ia lihat di wajah Raja saat pria itu melihat ke luar jendela dengan begitu putus asa. Seperti apa rasanya mengetahui bahwa dirimu takkan pernah bisa pulang ?”[ from The King of Attolia by Megan Whalen Turner | p. 147-148 ]
Jangan salah mengerti bahwa sosok Eugenedis merupakan perwujudan manusia
sempurna, justru ia bisa berubah setelah mengalami berbagai kesakitan secara
fisik dan mental, mampu melihat kebaikan dibalik kekejaman (kisah masa kecilnya
yang selalu menjadi korban ‘bullying’ para sepupunya – hingga respek yang
diterima saat dewasa, membuat para sepupunya bersedia mengorbankan diri saat ia
ditawan di Attolia), pergulatan batinnya melawan emosi serta amarah yang sering
membuatnya berada dalam masalah besar, kejatuhan akibat hilangnya kepercayaan
serta harga dirinya, hingga kebangkitannya untuk mencapai tujuan hidupnya.
[ source ] |
Ratu Attolia yang cantik, dingin dan kejam, merupakan topeng yang dibentuk
demi melindungi dirinya dari sakit-hati serta rasa takut akan kehilangan yang
lebih besar akibat tragedi masa kecilnya, membuat dirinya mematikan rasa cinta
dan membekukan hatinya, hingga ia bertemu dengan Eugenedis. Sedangkan Eugenedis
yang tak pernah mau menerima tanggung jawab apa pun dalam hidupnya, justru
memutuskan menjadi Raja Attolia bukan karena statusnya, tapi demi menyelamatkan
jiwa wanita yang dicintainya selama bertahun-tahun. Ratu Eddis yang tidak
memiliki kecantikan namun daya tarik tersendiri dengan kemandirian serta rasa
percaya diri, mengetahui dengan persis kelemahan dirinya, dan sangat mengenal
sepupunya Eugenedis. Ia sibuk memikirkan nasib orang lain, sehingga tak terlalu
memperdulikan kehidupan pribadinya, termasuk perhatian Sophos – sang calon
pewaris Sounis yang tampak lemah namun baik hati.
“Basileus adalah pangeran dari rakyatnya, yang sekarang kita sebut sebagai raja,” Komandan Teleus berkata. “Yang satu itu” – sembari menunjuk ke arah pintu dimana Eugenedis berada – “akan memerintah lebih luas dari sekedar Attolia sebelum dia selesai. Dia itu Annux, Raja Diraja.”
Tentang
Penulis :
Megan Whalen Turner, penulis buku Instead of Three Wishes yang masuk dalam
daftar bestseller, dan bukunya The Thief memperoleh penghargaan Newbery Honor,
demikian pula sekuelnya : The Queen of Attolia dan The King of Attolia. Kini
dia tinggal di Ohio. [ more about this author, you can visit her at : http://home.att.net/~mwturner ]
Best Regards,
* Hobby Buku *
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/