Books “ SANG RATU DARI ATTOLIA ”
Judul Asli :
THE QUEEN OF ATTOLIA ( book 2 of Eugenedis Series )
Copyright © 2000 by Megan Whalen Turner
Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa
: Zaky Yamani & Reita Ariyanti
Desain Cover
by eMTe
Cetakan I : Oktober 2011 ; 368 hlm
Rate : 4 of 5
Melanjutkan kisah Gen, Sophos, Ambiades dan sang Magus dari Sounis yang
sedang melarikan diri dari kejaran pasukan Attolia, berakhir dengan
pengkhianatan, pertempuran dan pembunuhan. Hanya sebagian dari mereka yang
selamat dan mencapai perbatasan wilayah Eddis, dan di sinilah rahasia sebuah
konspirasi terungkap ...
Eugenedis berhasil lolos dari kejaran pasukan Attolia dan mempersembahkan
Batu Hadiah Hamiathes kepada Ratu Eddis – yang telah memerintahkan dirinya
untuk menyusup dan memata-matai Kerajaan Sounis. Eugenedis bukanlah seorang
pencuri biasa, ia adalah Pencuri Pilihan Ratu Eddis yang terpilih untuk
menjalani tugas-tugas berbahaya. Sebagai orang kepercayaan sekaligus saudara
sepupu Ratu Eddis, Eugenedis menjadi buronan paling dicari sepanjang Attolia
serta Sounis. Maka ketika Ratu Eddis kembali menugaskan Eugenedis untuk
menyusup ke dalam Kerajaan Attolia, berbagai perangkap telah disiapkan,
terlebih karena Ratu Attolia sangat geram dan merasa dipermalukan oleh
tingkah-laku Eugenedenis.
[ source ] |
Sebagai Pencuri Pilihan dan memperoleh perlindungan langsung dari Dewa Para
Pencuri, Eugenedis selalu bertindak sangat hati-hati, kecuali hal yang
berhubungan dengan Ratu Attolia – wanita cantik namun berhati dingin, angkuh
dan cenderung kejam. Dan kali ini Eugenedis salah langkah ... ia tertangkap,
menjadi tawanan, nyaris tewas terbunuh hingga sang Ratu berubah pikiran,
membiarkannya hidup namun mengambil sesuatu yang berharga dari sang pencuri.
Eugenedis dikembalikan kepada Ratu Eddis dengan kondisi terluka parah, tangan
kanannya dipotong atas perintah Ratu Attolia.
Ratu Eddis yang terbilang muda namun memiliki kemampuan memimpin negaranya dalam menghadapi berbagai gempuran, kini harus mencari solusi baru, karena Raja Sounis sudah mengerahkan pasukannya untuk menyerang dan muncul gelagat bahwa ia akan bersekongkol dengan Ratu Attolia. Di sisi lain, Attolia telah mendapat dukungan dan bantuan penuh dari Bangsa Mede. Kekaisaran Mede sudah sekian lama berusaha memperluas kekuasaannya. Dengan memperalat Attolia, mereka bertujuan merambah Sounis dan tentunya Eddis yang terletak dipegunungan antara kerajaan Attolia – kerajaan Sounis.
Jika ketiga kerajaan ini bersatu maka kekuatan penuh akan menjaga
kesejahteraan rakyatnya dari jangkauan kekaisaran Mede yang bertujuan mengeruk
keuntungan lewat monopoli. Namun justru ketiga kerajaan saling berselisih dan
hal ini dimanfaatkan oleh Mede sebaik mungkin. Ratu Eddis menolak ‘lamaran’
Raja Sounis yang jelas-jelas hanya untuk menguasai Eddis agar bisa menyerang
Attolia. Meskipun sang calon pewaris Sounis yakni kemenakan Raja Sounis, pemuda
Sophos – murid sang Magus, tidak sekejam pamannya, ia masih sangat belia dalam
hal pengalaman sebagai penguasa. Kini Eddis berada di ujung tanduk karena
menghadapi serangan dari berbagai sisi. Dulu sang Ratu Eddis mampu berharap
pada sang Pencuri, namun kini kondisinya antara hidup dan mati.
[ source ] |
Ketika akhirnya Eugenedis berhasil ‘selamat’ dari incaran kematian, ia tak
mampu pulih ke kondisi semula. Apa gunanya seorang pencuri dengan satu tangan.
Eugenedis kehilangan kepercayaan diri, kondisi pikirannya terganggu, membuat
Ratu Eddis sangat mengkhawatirkan dirinya, seandainya sewaktu-waktu ia memilih
‘jalan-singkat’ untuk mengakhiri nyawanya. Eugenedis menjalani hari-hari yang
berat, bergulat dengan dirinya sendiri, hingga suatu hari ia ‘melihat
kenyataan’ yang akan menimpa masyarakat, terutama bangsa Eddis. Dan sang
Pencuri dari Eddis akhirnya BANGKIT kembali, melakukan apa yang sudah menjadi
tugas serta tanggung jawabnya. Ia harus mencuri ‘barang-barang berharga’ yang
mampu merubah arah peperangan besar yang bakal menghancurkan masa depan bangsa.
Dimulai dari mencuri Sang Magus dari Sounis – orang yang telah menjadi lawan
sekaligus kawan, dan target selanjutnya adalah mencuri sang Ratu dari Attolia
....
Buku kedua ini jauh lebih menarik daripada buku pertama. Semenjak awal
kisah, berbagai kejutan terjadi, rasa penasaran di akhir buku pertama terjawab
namun tetap memberi peluang bagi teka-teki apa sebenarnya dibalik tindakan
Eugenedis. Ia memang menjalankan tugas dari Ratu Eddis sebagai junjungannya,
namun Eugenedis bukan sekedar pesuruh belaka, ia memiliki otak cerdas serta
tekad bulat dalam mencapai tujuannya. Dalam kisah ini akan terungkap latar
belakang kehidupan Eugenedis, hubungannya dengan Ratu Eddis serta Ratu Attolia.
Jika di buku pertama Eugenedis digambarkan sebagai pemuda pencuri biasa yang
suka bertingkah seenaknya, tak mau mengikuti aturan, maka disini para pembaca
akan mengetahui dibalik penampilan serba urakan dan super cuek, ia adalah sosok
tahu membalas budi, memiliki tanggung jawab besar sekaligus welas-asih terhadap
orang lain, meski orang-orang tersebut telah menyakitinya. Perkembangan
karakter Eugenides sebagai tokoh utama, konflik hubungannya dengan Ratu Attolia
yang terkenal dingin dan kejam, yang diketahui kemudian akibat masa lalunya
yang mengerikan, dan Ratu Eddis yang juga sebatang kara namun nasibnya jauh
lebih beruntung dibandingkan Ratu Attolia. Ketiga sosok yang nyaris sepantaran
ini, terbelit dalam konflik serta hubungan yang rumit.
[ source ] |
Selain kisah Eugenedis-Ratu Attolia-Ratu Eddis, kembali penulis menyajikan
kisah-kisah mitologi yang tak kalah menariknya, kisah keturunan Dewi Meridite
dengan seorang pandai besi, bernama Horreon, yang memiliki keahlian sang ayah
sekaligus bakat dari sang ibu. Meski bukan merupakan mitologi murni, kisah ini
mampu menghidupkan penafsiran akan kehidupan serta kepercayaan para tokoh-tokoh
kisah ini. Termasuk campur-tangan Dewi Moira serta Dewa Eugenedis dalam
kehidupan Eugenedis, sosok yang tak nampak sebagai orang religius tapi menaruh
kepercayaan penuh pada dewa-dewinya. Bertolak belakang dengan keyakinan sang
Magus yang berdalih bahwa logika dan fakta yang mendasari semua kejadian di
sekitar mereka, atau keyakinan Ratu Attolia yang meski memiliki banyak altar
dan kuil persembahan, justru sama sekali tidak peduli dengan urusan para
dewa-dewi (bisa dianggap sebagai ateis).
Horreon memiliki kemampuan istimewa, namun secara fisik sangat tidak
menarik, dan ia terbiasa hidup seorang diri, hingga sang Dewi memutuskan
mencarikan pasangan yang sepadan untuk anaknya. Tiada satu pun gadis yang
dirasa tepat, hingga ia bertemu dengan Hespira – gadis cantik keturunan Calia,
janda dan pendeta wanita Proas (=dewi benda-benda hijau)
Tentang
Penulis :
Megan Whalen Turner, penulis buku Instead of Three Wishes yang masuk dalam
daftar bestseller, dan bukunya The Thief memperoleh penghargaan Newbery Honor,
demikian pula sekuelnya : The Queen of Attolia dan The King of Attolia. Kini
dia tinggal di Ohio. [ more about this author, you can visit her at : http://home.att.net/~mwturner ]
Best Regards,
* Hobby Buku *
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/