Judul Asli : ANYA’S GHOST
Copyright ©2011 by Vera Brosgol
Published by First Second [ an imprint of Roaring Brook Press ]
Cover art & illustration by Collen Af Venable
Penerbit : CV Curhat Anak Bangsa ; Muffin Graphics [ PT. Mizan Pustaka ]
Alih Bahasa : Chris Saxon
Editor : Ahmad Mahdi
Desain Sampul & Isi : Dens
Proofreader : Windy Rachma Jingga
Lay-out Sampul & Isi : Deby Saputra
Cetakan I : April 2013 ; 228 hlm
Rate : 2 of 5 (untuk edisi terjemahan) | 4 of 5 (untuk versi bahasa Inggris)
~ Re-Blogged from Alice's Wonderland ~
~ Re-Blogged from Alice's Wonderland ~
Kisah ini menggelitik rasa penasaranku semenjak awal melihat sajian ‘display’ di salah satu toko buku. Bukan saja mendapat rekomendasi khusus dari penulis sekaliber Neil Gaiman, Scott McCloud hingga Hope Larson, melainkan juga nominasi penghargaan Will Eisner yang prestisius untuk kategori Graphic Novel.
[ source ] |
Sesuai dengan judulnya, tokoh utama dalam kisah ini gadis remaja bernama Annushka Borzakovskaya atau yang lebih memilih dipanggil Anya Brown, salah satu dari keluarga imigran Rusia yang pindah dan menetap di Amerika. Berkat perjuangan sang ibu (tidak terlihat adanya sosok ayah), Anya berhasil masuk dalam Hamilton High School – salah satu sekolah swasta yang termasuk elite, yang tentunya berisikan siswa-siswa dari kalangan kaya dan populer. Bisa ditebak Anya masuk dalam kategori mana. Ditambah dengan konflik pribadi yang berbuntut pada pertengkaran dengan sahabat karibnya Siobhan, serta ketidak-puasan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari yang tak sesuai impiannya (cantik, langsing, berambut pirang, punya pacar keren sekaligus populer), maka suatu hari Anya memutuskan ‘bolos’ sekolah yang mencari tempat menyepi jauh dari siapa pun juga.
[ source ] |
Dan keinginannya terkabul !! Anya terjatuh dalam lubang dalam yang ternyata merupakan sumur kering di tempat yang sepi. Belum lepas rasa terkejutnya, ditambah kesakitan, Anya mendapati ada tulang-belulang berserakan di dasar sumur. Yang lebih manakutkan, ada sosok hantu gadis cilik yang berada di atas tulang tersebut. Hantu yang bernama Emily Reilly itu tewas berabad-abad lampau akibat terbunuh oleh sosok pembunuh mengerikan yang menghabisi keluarganya. Uniknya hantu itu seperti terkena kutukan karena ia tak bisa pergi kemana-mana, terikat pada tulang-belulangnya. Karena itu ia senang sekali mendapat teman baru, Anya dan berharap mereka bisa berteman selamanya (hahaha...disini sudah muncul kelucuan, antara rasa takut Anya bakal menjadi hantu seperti Emily dan kegirangan Emily karena alasan serupa).
[ source ] |
Tapi nasib masih berpihak pada Anya, setelah beberapa lama menunggu hingga tertidur karena kelelahan, akhirnya ia berhasil diselamatkan oleh anak-anak muda yang secara kebetulan lewat di dekat lubang sumur itu. Sebenarnya Anya kasihan melihat penderitaan sang hantu, tapi namanya remaja, setelah kembali ke dunia peradaban dan disibukkan oleh aneka problem, Anya lupa untuk menyampaikan berita tentang tulang-belulang yang ada di dasar sumur. Hingga tanpa ada pertanda khusus, mendadak sosok hantu Emiliy muncul di kamar kecil sekolah Anya, tempat ia bersembunyi sambil merokok (sekali lagi membolos mata pelajaran). Anya shock berat, ternyata ada sepotong tulang kecil bagian kelingking Emily yang terbawa dalam tas sekolah Anya. Semenjak itu, Anya dibayangi hantu Emily yang memohon untuk mengikuti dan menikmati kehidupan baru di jaman yang aneh sekaligus menarik perhatiannya.
[ source ] |
Semula Anya merasa takut dan terganggu, apalagi jika orang-orang di sekelilingnya mendapati ia tampak berbicara sendiri (padahal ia sedang berbicara dengan Emily), namun ketika hantu ini membuktikan ia bisa ‘bermanfaat’ bagi Anya, seperti mencontoh jawaban soal-soal ujian dari teman sekelas Anya yang pintar, mengintip jadwal pribadi cowok yang disukai Anya supaya mereka bisa ‘bertemu’ tanpa sengaja, atau bolos pelajaran dan merokok di tempat persembunyian yang strategis karena ada ‘pengawas-hantu’ yang menjaga kondisi sekeliling. Maka Anya semakin menyukai Emily tanpa menyadari ‘sesuatu’ telah tumbuh pada sosok hantu gadis cilik yang selalu tampak manis ini. Anya yang terbuai dengan kemudahan serta cara-cara ‘curang’ untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tak melihat bahwa Emily memiliki obsesi aneh dengan mengatas-namakan Anya. Kehidupan bersama anak-anak populer, memasuki pesta yang selama ini hanya didengar oleh Anya, semuanya akanmenjungkir-balikan dunia nyata yang ada di benak Anya.
[ source ] |
Didasari keinginan membalas-budi atas kebaikan Emily, Anya berniat menelusuri sejarah masa lampau, untuk mencari kebenaran serta keadilan bagi Emily yang tewas terbunuh tanpa pernah diketemukan jasad atau tulang-belulangnya. Dibantu dengan Dima – cowok kecil, kurus asal Rusia yang sering dijadikan korban ‘bullies’ di sekolah mereka, Anya menemukan fakta mengerikan : bahwa Emily Reilly bukan sosok korban melainkan pembunuh berdarah dingin yang membakar habis rumah kediamannya beserta dua sosok manusia didalamnya. Kini Anya menyadari dirinya telah dimanipulasi oleh hantu Emily yang tak akan pernah puas sampai keinginannya tercapai. Anya harus mencari jalan keluar dan dengan segera, karena Emily yang mulai curiga akan niat Anya, mengancam jiwa orang-orang yang dikasihi oleh Anya. Mulai dari mimpi-mimpi buruk yang dialami oleh Sasha – adik Anya, hingga kecelakaan aneh yang menyebabkan ibu Anya terjatuh dari atas tangga. Bagaimana Anya mampu menyingkirkan dan melenyapkan hantu Emily, jika sepotong tulang kelingking yang menjadi pengikat jiwa hantu itu dengan kediaman Anya, mendadak lenyap dari meja belajar Anya ?
Sejujurnya kisah ini sangat-sangat menarik, dengan ilustrasi yang ‘tidak indah’ tetapi sangat sesuai dengan penggambaran para karakter dalam kisah ini. Sayangnya permasalahan utama yang menjadi sumber ‘ketidak-nyamanan’ diriku dalam menikmati sajian ini terletak pada pilihan kosa kata edisi terjemahan ini. Entah mengapa penerbit yang satu ini acapkali memilih kosa kata yang termasuk ‘alay’ untuk menggambarkan suasana remaja. Jika dibandingkan dengan versi bahasa Inggris-nya, sangat jauh berbeda kesan yang didapat. Bukannya mengajarkan ‘image’ yang baik agar para remaja Indonesia belajar memahami dan menghargai bahasa Indonesia yang baik dan benar, hampir keseluruhan dialog dalam kisah ini ‘dirusak’ dengan permainan kosa kota ‘gado-gado’ yang bisa membuat guru bahasa menjerit hingga sakit kepala. Ini beberapa contoh perbandingan yang sempat membuatku ‘semakin pusing’ sekaligus ‘sakit-hati’ karena buku sebagus ini dengan ‘sengaja’ dirusak keindahannya karena pertimbangan yang salah-kaprah.
Tentang Penulis :
Vera Brosgol lahir Agustus 1984 di Moskow, Rusia, dikenal dikalangan kartunis serta karya-karyanya dalam bidang animasi maupun graphic novel yang memikat. Namanya semakin dikenal ketika memenangkan penghargaan prestisius Eisner Award (kategori ‘Best Publications for Young Adults’ at age 12-17) serta Harvey Award (kategori ‘Best Original Graphic Publication for Younger Readers’) di tahun 2012 untuk karyanya ‘Anya Ghost’. Ia merupakan lulusan Sheridan College Jurusan ‘Classical Animation’ di Canada. Setelah lulus, ia tinggal di Portland, Oregon, Amerika Serikat dan bekerja untuk Laika Entertainment House, dimana ia bertugas membuat ‘story-board’ serta ‘concept-art’ untuk setiap produksi animasi perusahaan tersebut.
Berbagai kolaborasi hasil karyanya menempatkan dirinya bukan saja sebagai artist seni yang brilian, namun sekaligus memikat para pembaca dan penonton. Mulai dari kerjasamanya dengan Shaenon Garrity pada L’il Mell and Sergio untuk penerbit Girlamatic serta rangkaian penulis-tamu untuk John Allison’s ‘Scary Go Round’ ; menyusul kesuksesan film animasi ‘Paranorman’yang merupakan adaptasi dari novel Elizabeth Cody Kimmel, hingga ‘Coraline’yang diadaptasi dari karya Neil Gaiman.
[ more about the author and related works, just check at here : Vera Brosgol | on Goodreads| on Wikipedia | on IMDb | at Twitter | at Tumblr ]
Best Regards,
Hobby Buku
terjemahannya parah ya? aku belum baca versi aslinya sih, tapi aku malah suka versi terjemahannya. Lumayan berhasil buat nangkep feel anak anak sekolah yang memang lagi badung2nya.
ReplyDeleteMengenai pemilihan bahasa yang terlalu 'alay', bukannya realitanya sekarang kayak gitu...imo..
bahasa 'alay' jika digunakan sesuai konteks tdk masalah buatku, bahkan tipikal yg menjurus agak 'kasar' or 'vulgar' masih bisa diterima (contoh novel karya Christian Simamora), menjadi poin tambah bagi novel tersebut.
Deletetapi untuk versi ini sangat kurang pas (apalagi jika sekali lagi melihat versi aslinya).
penggunaan bahasa yg dianggap 'me-remaja' bisa dilakukan dgn cara lain, cara yg dipilih versi terjemahan ini menurutku versi 'kasar' yg menurunkan nilai seni karya penulis yg memperoleh penghargaan prestisius.
normal aja tuh menurutku sebagai remaja -_-
ReplyDelete