Translate

Thursday, October 10, 2013

Books "PLANETES"

Judul Asli : PLANETES – MEMBURU TONGKAT SILX LUMINAR
by Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Penerbit Laksana [ imprit Penerbit Diva Press ]
Editor : Aya Sophia
Desain Sampul : Febri | sumber : www.deviantart.com
Cetakan I : Juli 2013 ; 200 hlm ; ISBN 978-602-7933-42-2
Rate : 2 of 5
~ Re-Blogged from Alice's Wonderland ~

Pertama-tama, jenis novel seperti ini sebenarnya tidak bakalan kupilih sebagai bacaan, karena sudah terbayang tema serta alur kisah yang mudah ditebak, serta aneka jenis ketidak-puasan yang bakal muncul setelah selesai membacanya. Namun karena ‘panggilan-tugas’ (biar sedikit keren julukannya <(^_^)/ ...) untuk menjadi salah satu penilai lomba resensi buku ini, tentu perlu dong membaca juga agar punya gambaran lebih jelas apa isi (dan inti kisahnya).

Kesan pertama yang muncul, nama-nama karakter, tempat dan julukan yang cukup sulit di-ingat (dan dilafal secara langsung).  Sebenarnya sebuah kisah fantasi tidak harus menggunakan nama-nama ala kisah Lord of The Ring, apalagi jika periode waktunya jelas-jelas tidak pada era Middle-Earth. But, let’s move on to the main-subject : the story – dan bagaimana hasil akhir kisah ini ...



Tokoh dalam kisah ini bernama Agni Sagbaer – bocah laki-laki yang semenjak usia 6 tahun tinggal bersama keluarga pamannya semenjak kematian kedua orang tuanya, di suatu tempat bernama Salvsigr – negeri di wilayah Tenggara dunia Terra. Ada 3 dunia dalam kisah ini, Caelum – tempat kaum nirwana, Atyra – tempat makhluk kegelapan dan Terra – dunia kaum fana. Dan Agni yang telah berusia 13 tahun, mengalami peristiwa aneh ketika sedang berburu di hutan, sebagai balas jasa bagi keluarga Paman Alder, Bibi Holly serta kedua putra-putrinya, Alviss dan Kassia, yang menyayangi dirinya sebagai bagian keluargamereka.

Alih-alih mendapatkan hasil, ia justru melihat sesuatu jatuh dari langit dan menimpa dirinya, ketika berusaha menyelamatkan makhluk tersebut. Makhluk yang tampak seperti manusia itu ternyata seorang gadis cilik. Ia bernama Asmaer, dan dari penampilannya, bisa diduga ia bukanlah berasal dari wilayah di sekitar Salvsigr. Meski demikian, keluarga Sagbaer menerima kehadiran gadis asing ini dengan tangan terbuka. Hingga Maer – nama panggilan gadis ini, meminta Agni membantu dirinya mencari ‘lampion-nya’ yang hilang saat ia terjatuh. Keanehan Maer membuat Agni teringat sosok asing lainnya, yang tinggal di dekat kediamannya.

Ketika Agni membawa Maer bertemu dengan Eoraed – pemuda penyendiri yang memiliki pengetahuan dan kemampuan sihir. Dari Eoraed pula terbongkar dari mana Maer berasal : Caelum – dan ia kehilangan tongkatnya yang disebut Silex Luminar. Maer memiliki tugas penting yaitu melipat dunia Terra, agar tidak disusupi dan diserang makhluk penghuni Atyra. Dunia Terra bukanlah berupa bola dunia yang bulat, melainkan datar dan luas, dengan tepi-tepi yang tak terlihat, menjebak penghuni Terra yang tak waspada untuk terjatuh dalam Atyra. Karena itu penting sekali tugas untuk melipat Terra, dan celakanya satu-satunya alat yang bisa digunakan untuk tugas itu, hilang ....

Petualangan berlanjut ketika Eoraed, Maer disertai Agni, bertekad menjelajah Terra, untuk menemukan Silex Luminar. Ketika rencana itu diketahui oleh Alviss, ia memaksa untuk ikut demi menjaga keselamatan Agni. Kepergian rombongan yang serba rahasia  dan tak diketahui siapa pun (kecuali Kassia), akan berhadapan dengan aneka halangan dan rintangan, serta bahaya besar yang mengancam nyawa masing-masing. Mulai dari pertemuan dengan kaum siren yang menyebabkan perubahan wujud pada diri Maer, menjadi sosok bocah laki-laki bernama Lapendrengr, pertemuan dengan Rosabel Dremmel – penyihir dari Anleifr, sekaligus kakak kandung Eoraed, hingga menuju wilayah Utara, dimana kaum peri berada. Mampukah rombongan ini menemukan Silex Luminar dan mengambilnya kembali dengan selamat ?

Secara keseluruhan, ide kisah ini menarik dan mengundang rasa ingin tahu lebih lanjut. Namun seiring dengan perjalanan para tokoh dalam kisah ini, berbagai kejanggalan muncul yang sedikit banyak mengurangi kenikmatan-ku dalam menuntaskan kisah ini. Dimulai saat Alviss (tidak sengaja) membunuh Shari – siren yang telah membantu mereka, tidak ada kejelasan akan peristiwa itu (meski kubaca ulang halaman demi halaman pada adegan pertempuran kisah tersebut). Kemudian munculnya sosok Lapendrengr dan Rosabel, dimana kisah tidak lagi bercerita dari sudut padang Agni, melainkan dua karakter ini (pergantian alur yang tidak jelas, sedikit membingungkan), yang berhasil ditutup dengan adegan seru, berbagai pertempuran yang menarik.

Dari pertempuran seru, adegan bergulir kepada kisah romansa yang seharusnya bisa lebih menarik, sayangnya sekali lagi terjadi cukup pendek bagai cuplikan adegan di tengah-tengah peristiwa lain. Kemudian kisah berbalik pada alur yang berbeda dan menyoroti karakter lainnya. Semuanya ini tidak menjadi masalah besar, seandainya dikemas dalam kisah yang terdiri dari awalan-tengah-akhir seperti pembahasan setiap bab untuk kisah, alur dan karakter yang berbeda. Karena tiada batasan jelas serta perpindahan yang meluncur bagaikan kereta kencang dengan rem ‘blong’ – alhasil membuatku takjub, tercengang dan kebingungan disana-sini. Dan yang paling membuatku terheran-heran (kembali) saat akhir kisahnya berputar 180 derajat dengan ‘adegan’ yang tidak masuk akal ...

Ini bukan pertama kalinya diriku membaca karya sang penulis, dimana kesempatan pertama membaca Irine Shilling, kesan serupa muncul terutama saat menemui ending yang tidak memuaskan. Dari sekian banyak ide serta karakter-karakter yang menarik untuk ditampilkan secara lebih maksimal, kisah ini bagaikan sebuah masakan dengan terlalu banyak ‘bumbu’ (atau lebih tepatnya, ditangani oleh koki yang berbeda-beda) hingga tiada jalinan yang menghubungkan antara satu adegan dengan adegan lainnya. Seandainya saja, kisah ini dibuat lebih panjang, dengan meluangkan waktu mengembangkan masing-masing karakter, bukan tidak mungkin akan menjadi sebuah sajian kisah fantasi yang tak kalah dengan karya penulis luar. Sungguh sayang ... diputus dengan paksa dan ending yang - well it’s really absurb and a little-bit nonsense for me.

Note : judul kisah ini juga berkesan dipaksakan dengan adanya penjelasan yang berusaha dirangkum dalam sekelumit kalimat menjelang akhir kisahnya, dan sama sekali tak berhubungan dengan ide seputar planet ... kenapa tidak menggunakan judul ‘Perburuan Silex Luminar’ yang lebih masuk akal ? Well, seharusnya pihak penerbit juga memperhatikan hal seperti ini (^_^)

Tentang Penulis :
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, adalah salah satu dari beberapa nama pena yang digunakan oleh penulis muda yang menyukai genre romance, fantasy serta detektif ini. Nama pena lainnya yang sering ia gunakan adalah Ginger Elyse Shelley. Karya-karyanya yang telah diterbitkan diantaranya : Irine Shilling (Diva Press, 2012) ; Au dessus de la tour Eiffel (Diva Press, 2012) ; My Name Is Lucca (Laksana, 2013) dan Comedy Apparittion (Diva Press, 2012).
Untuk mengenal lebih lanjut tentang penulis  serta karya-karyanya, ia dapat dihubungi melalui email : kiwi.kuma@yahoo.com atau langsung berkunjung ke situs penerbit di : www.divapress-online.com | akun Facebook Penerbit Diva Press.

Best Regards,
Hobby Buku

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...