Books
“ENDER’S GAME”
Judul Asli : ENDER’S GAME
[
book 1 of THE ENDER’S QUINTET ]
by Orson Scott Card
Copyright © 1977, 1985,
1991 by Orson Scott Card
Penerbit Mixan Fantasi
Alih Bahasa : Kartika
Wijayanti
Editor : Nunung Wiyati
Proofreader : Pritameani
Lay-out : Adfina Fahd
& Arya Zendi
Desain sampul : OddLot
Penata sampul : Tri
Raharjo & Arya Zendi
Cetakan
I : Oktober 2013 ; 484 hlm ; ISBN 978-979-433-747-9
Rate : 4 of 5
Aku terlahir dengan nama
Andrew Wiggin. Namun lebih sering dikenal sebagai Third – julukan yang diberikan
karena diriku adalah anak ke-3 dari kedua orangtuaku. Ini juga sebagai pertanda
bahwa kelahiranku bagaikan ‘aib’ karena pemerintah telah mencanangkan peraturan
bahwa setiap keluarga hanya diperbolehkan memiliki dua orang anak. Bahkan bagi
Peter – kakak tertuaku, keberadaan diriku tidak lain sebagai sarana pelampiasan
rasa bosan, hingga kemarahan dan target bulan-bulanan. Terbiasa dengan
perlakuan Peter, diriku terlatih untuk waspada dan mampu men-tolerir perlakuan
teman-teman sekolahku. Jika semuanya tak tertahankan, selalu ada Valentine –
kakak perempuanku yang sangat mengasihi dan melindungi diriku dalam kondisi apa
pun.
Kini menginjak usia enam
tahun, keluar perintah untuk ‘mengangkat’ monitor dari dalam tubuhnya. Hal ini
memicu perilaku teman-teman sekolahku, terutama anak-anak lelaki yang lebih
besar dan sok berkuasa. Mereka tidak tahu kemampuan diriku yang tersembunyi dan
terlatih berkat pengalaman menakutkan bersama Peter. Akibatnya, salah satu
diantara mereka tewas. Secera hukum, diriku bisa menjalani masa hukuman yang
mengerikan. Tetapi sebuah penawaran muncul, Kolonel Hyrum Graff dari Battle
School di Belt, memberikan solusi bagi masa depanku, sekaligus ancaman bahwa
The International Fleet dipastikan akan
memasukan diriku dalam tahanan, meski baru berusia 6 tahun, jika tidak bersedia
masuk Battle School dan menjadi tentara untuk berperang melawan Bugger.
Aku tidak suka bertempur,
atau seperti Peter yang selalu menindas yang lemah, dan meninggalkan ayah, ibu serta
Valentine, namun ini satu-satunya jalan. Dengan menguatkan hati dan tekad
bulat, aku memasuki Battle School dan berharap akan menjalani kehidupan yang
jauh lebih tenang, tanpa gangguan atau siksaan dari mereka yang suka menindas.
Kolonel Graff telah memberikan janji bahwa ini adalah langkah yang tepat untuk
kuambil. Namun kemudian kusadari, usia 6 tahun tampaknya dianggap sebagai bocah
polos yang bisa dibohongi. Karena keseharian di Battle School sangat
mengerikan. Musuh di mana-mana, deraan akan muncul setiap saat. Tiada seorang
pun yang bisa dipercaya. Hanya mengandalkan diriku seorang, untuk berjuang
setiap menit demi keselamatan nyawaku.
Karena permainan di Battle
School bukan sekedar simulasi belaka, melainkan pertarungan antara hidup dan
mati, antara anak-anak yang bengis, penakut, kuat dan lemah, semuanya bercampur
baur hingga tereliminasi satu demi satu. Awalnya aku berusia 6 tahun. Kini aku
berusia jauh lebih tua, bukan secara fisik melainkan karena beban pikiran dan
pengalaman mengerikan yang kualami. Namaku adalah Ender Wiggin. Militer yang
berkuasa dalam pemerintahan telah membuat sebuah permainan berbahaya, merenggut
nyawa anak-anak, demi mendapatkan sosok yang cukup tangguh untuk melampaui
semua siasat dan tipu-muslihat. Semuanya menuruti aturan main, meski tahu tiada
jalan keluar untuk lolos hidup-hidup. Namun mereka salah memperkirakan diriku.
Karena kini aturan berubah. Mereka harus mengikuti aturan main-ku. Ini adalah
Ender’s Game !!
Dari rasa penasaran akibat
maraknya perbincangan seputar novel ini (ditambahkan dengan kemunculan film
adaptasinya), akhirnya kuputuskan untuk membaca buku ini terlebih dahulu
sebelum menonton filmnya. Dannnn... saat adegan awal bergulir halaman demi
halaman, terus terang diriku mulai skeptis akan premis kisah yang bagus.
Dimulai dengan munculnya ‘karakter-karakter’ yang tidak jelas asal-usulnya,
dengan deskripsi yang sangat minim, menyulitkan ‘pengenalan’ atau sekedar
identitas siapa gerangan tokoh-tokoh tersebut. Disusul dengan penggambaran
kehidupan Andrew “Ender” Wiggin yang jelas-jelas menggambarkan suasana dunia
dystopian, dan masih ditambah ke-absurb-an hubungannya dengan keluarga terutama
kedua kakaknya. Penjelasan yang serba minim, situasi dan latar belakang yang tak
kalah anehnya, semakin bertambah saat pembaca digiring menuju lokasi Battle
School.
Semenjak awal diungkapkan
bahwa masyarakat (baca : manusia di dunia Ender) sedang dalam peperangan dengan
Bugger – yang sama sekali tidak jelas apa, siapa, bagaimana wujud Bugger, dan
ketika akhirnya sebuah pencerahan muncul, kisah ini telah berjalan setengahnya
(jadi bisa dibayangkan membaca separuh buku dengan bayangan samar-samar).
Kondisi semakin membingungkan dengan ‘munculnya’ halaman-halaman adegan tokoh
di balik layar yang terus terang membuatku semakin pusing, sehingga akhirnya
harus ku-skip, dan baru membaca ulang setelah menjelang akhir kisahnya
(ternyata cara ini lumayan lebih efektif). Sisi lain dari kebingungan dan
ketidak-nyamanan dalam menikmati kisah ini, perkembangan karakter Ender Wiggin
sendiri sangat menarik.
Jika dalam kisah Hunger
Games atau Maze Runner, pembaca disuguhi sajian pertarungan nan sadis dan
brutal di kalangan remaja, well, jangan terkejut saat membaca kisah ini, karena
membuat anak-anak (baca : dibawah 15 tahun) bertarung dan menjalani kehidupan
militer yang sangat keras sekaligus nyaris bisa dikatakan tidak
berperikemanusiaan. Diriku nyaris terenyuh kala membaca penderitaan Ender, yang
terjebak dalam situasi bak buah simalakama, didesak sedemikian rupa hanya demi
mewujudkan impian pimpinan militer untuk mencetak pemimpinan perang yang luar
biasa. Sistim doktrinasi (yang bisa dikatakan mirip cara-cara Nazi) untuk
mengajar arti peperangan pada anak-anak, melawan musuh yang keji disebut
Bugger, sungguh mengerikan.
Apalagi saat menyadari ada
sisi lain yang tak terungkap, ketika Ender menemukan kebenaran yang
disembunyikan dalam propaganda perang, ini adalah salah satu poin yang sangat
bagus, menyentuh dan mengandung makna dalam selain kisah fantasi tentang
anak-anak yang terlatih sebagai prajurit tempur. Maka diriku tak meragukan
bahwa Ender’s Game memenangkan penghargaan prestisius di kalangan penulis.
Pesan moral yang cukup kuat mewarnai sepanjang kisah ini. Hanya satu hal yang
patut disayangkan, cara penulisan yang ‘melompat-lompat’ serta penjabaran
karakter-karakter untuk tokoh dibalik layar yang cukup memusingkan, ini
seharusnya bisa ‘diakali’ dalam edisi terjemahan. Sebagai contoh, dalam bahasa
Inggris, perbedaan kata ‘wanita’ (she) dan ‘pria’ (he) bisa memudahkan
identifikasi, yang mana tidak akan terlihat pada versi bahasa Indonesia.
Contoh lainnya,
perpindahan narasi antar satu sama lain, seharusnya bisa dibedakan dengan ‘bold’
atau ‘italic’ – yang sekali lagi akan sangat membantu. Meski buku ini ditulis
jauh sebelum tahun 1977, penggambaran Perang Bintang (Star Wars) dan kedatangan
makhluk asing (aliens) ke Bumi, digambarkan sangat unik dan berbeda dengan
novel fiksi ilmiah sejenis pada masa tersebut. Terlepas dari kerumitan dan gaya
penulisan yang cukup aneh ini, mau tidak mau diriku berpikir, bahwa kan lebih
mudah memahami kerumitan kisah ini melalui adegan film (karena kebingungan dan
kerancuan bisa di-identifikasi lebih mudah melalui wujud nyata) ... apakah ini berarti
sang penulis memang sengaja menciptakan sebuah karya tulis yang menuntut adanya
perwujudan visual dari imajinasi pembacanya ? So far, kuberikan 4 bintang untuk
ide dan kreatifitas sang penulis, walau untuk penyajian sebenarnya cukup 3
bintang.
Tentang Penulis :
Orson Scott Card, telah
malang melintang di dunia tulis-menulis selama bertahun-tahun. Beberapa karyanya
telah singgah di hati para pembaca dan penggemarnya. Namun salah satu novel
fiksi ilmiah yang melambungkan namanya, Ender’s Game dan kelanjutannya Speaker
for the Dead, yang memenangkan penghargaan Hogo Awards dan Nebula Awards. Kemenangan
tersebut mengukuhkan namanya sebagai satu-satunya penulis yang meraih dua
penghargaan bergengsi di Amerika Serikat dalam waktu yang berurutan. Ender’s
Game juga meraih Hamilton-Brackett Award dan Science Fiction Chronicle Readers
Poll di tahun 1986. ( sumber : Mizan Fantasi )
[
more about this auntor and relates works, just check at here : Orson Scott Card | on Goodreads
| The Ender’s
Quintet | on Wikipedia
| on IMDb ]
~ This Post are include in
2014 Reading Challenge ~
24th Book in
What’s A Name Challenge
29th Book in
Finding New Author Challenge
86th Book in
TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/