Translate

Friday, April 25, 2014

Books "ENDER'S GAME"

Books “ENDER’S GAME”
Judul Asli : ENDER’S GAME
[ book 1 of THE ENDER’S QUINTET ]
by Orson Scott Card
Copyright © 1977, 1985, 1991 by Orson Scott Card
Penerbit Mixan Fantasi
Alih Bahasa : Kartika Wijayanti
Editor : Nunung Wiyati
Proofreader : Pritameani
Lay-out : Adfina Fahd & Arya Zendi
Desain sampul : OddLot
Penata sampul : Tri Raharjo & Arya Zendi
Cetakan I : Oktober 2013 ; 484 hlm ; ISBN 978-979-433-747-9
Rate : 4 of 5

Aku terlahir dengan nama Andrew Wiggin. Namun lebih sering dikenal sebagai Third – julukan yang diberikan karena diriku adalah anak ke-3 dari kedua orangtuaku. Ini juga sebagai pertanda bahwa kelahiranku bagaikan ‘aib’ karena pemerintah telah mencanangkan peraturan bahwa setiap keluarga hanya diperbolehkan memiliki dua orang anak. Bahkan bagi Peter – kakak tertuaku, keberadaan diriku tidak lain sebagai sarana pelampiasan rasa bosan, hingga kemarahan dan target bulan-bulanan. Terbiasa dengan perlakuan Peter, diriku terlatih untuk waspada dan mampu men-tolerir perlakuan teman-teman sekolahku. Jika semuanya tak tertahankan, selalu ada Valentine – kakak perempuanku yang sangat mengasihi dan melindungi diriku dalam kondisi apa pun.



Kini menginjak usia enam tahun, keluar perintah untuk ‘mengangkat’ monitor dari dalam tubuhnya. Hal ini memicu perilaku teman-teman sekolahku, terutama anak-anak lelaki yang lebih besar dan sok berkuasa. Mereka tidak tahu kemampuan diriku yang tersembunyi dan terlatih berkat pengalaman menakutkan bersama Peter. Akibatnya, salah satu diantara mereka tewas. Secera hukum, diriku bisa menjalani masa hukuman yang mengerikan. Tetapi sebuah penawaran muncul, Kolonel Hyrum Graff dari Battle School di Belt, memberikan solusi bagi masa depanku, sekaligus ancaman bahwa The  International Fleet dipastikan akan memasukan diriku dalam tahanan, meski baru berusia 6 tahun, jika tidak bersedia masuk Battle School dan menjadi tentara untuk berperang melawan Bugger.

Aku tidak suka bertempur, atau seperti Peter yang selalu menindas yang lemah, dan meninggalkan ayah, ibu serta Valentine, namun ini satu-satunya jalan. Dengan menguatkan hati dan tekad bulat, aku memasuki Battle School dan berharap akan menjalani kehidupan yang jauh lebih tenang, tanpa gangguan atau siksaan dari mereka yang suka menindas. Kolonel Graff telah memberikan janji bahwa ini adalah langkah yang tepat untuk kuambil. Namun kemudian kusadari, usia 6 tahun tampaknya dianggap sebagai bocah polos yang bisa dibohongi. Karena keseharian di Battle School sangat mengerikan. Musuh di mana-mana, deraan akan muncul setiap saat. Tiada seorang pun yang bisa dipercaya. Hanya mengandalkan diriku seorang, untuk berjuang setiap menit demi keselamatan nyawaku.

Karena permainan di Battle School bukan sekedar simulasi belaka, melainkan pertarungan antara hidup dan mati, antara anak-anak yang bengis, penakut, kuat dan lemah, semuanya bercampur baur hingga tereliminasi satu demi satu. Awalnya aku berusia 6 tahun. Kini aku berusia jauh lebih tua, bukan secara fisik melainkan karena beban pikiran dan pengalaman mengerikan yang kualami. Namaku adalah Ender Wiggin. Militer yang berkuasa dalam pemerintahan telah membuat sebuah permainan berbahaya, merenggut nyawa anak-anak, demi mendapatkan sosok yang cukup tangguh untuk melampaui semua siasat dan tipu-muslihat. Semuanya menuruti aturan main, meski tahu tiada jalan keluar untuk lolos hidup-hidup. Namun mereka salah memperkirakan diriku. Karena kini aturan berubah. Mereka harus mengikuti aturan main-ku. Ini adalah Ender’s Game !!

Dari rasa penasaran akibat maraknya perbincangan seputar novel ini (ditambahkan dengan kemunculan film adaptasinya), akhirnya kuputuskan untuk membaca buku ini terlebih dahulu sebelum menonton filmnya. Dannnn... saat adegan awal bergulir halaman demi halaman, terus terang diriku mulai skeptis akan premis kisah yang bagus. Dimulai dengan munculnya ‘karakter-karakter’ yang tidak jelas asal-usulnya, dengan deskripsi yang sangat minim, menyulitkan ‘pengenalan’ atau sekedar identitas siapa gerangan tokoh-tokoh tersebut. Disusul dengan penggambaran kehidupan Andrew “Ender” Wiggin yang jelas-jelas menggambarkan suasana dunia dystopian, dan masih ditambah ke-absurb-an hubungannya dengan keluarga terutama kedua kakaknya. Penjelasan yang serba minim, situasi dan latar belakang yang tak kalah anehnya, semakin bertambah saat pembaca digiring menuju lokasi Battle School.

Semenjak awal diungkapkan bahwa masyarakat (baca : manusia di dunia Ender) sedang dalam peperangan dengan Bugger – yang sama sekali tidak jelas apa, siapa, bagaimana wujud Bugger, dan ketika akhirnya sebuah pencerahan muncul, kisah ini telah berjalan setengahnya (jadi bisa dibayangkan membaca separuh buku dengan bayangan samar-samar). Kondisi semakin membingungkan dengan ‘munculnya’ halaman-halaman adegan tokoh di balik layar yang terus terang membuatku semakin pusing, sehingga akhirnya harus ku-skip, dan baru membaca ulang setelah menjelang akhir kisahnya (ternyata cara ini lumayan lebih efektif). Sisi lain dari kebingungan dan ketidak-nyamanan dalam menikmati kisah ini, perkembangan karakter Ender Wiggin sendiri sangat menarik.

Jika dalam kisah Hunger Games atau Maze Runner, pembaca disuguhi sajian pertarungan nan sadis dan brutal di kalangan remaja, well, jangan terkejut saat membaca kisah ini, karena membuat anak-anak (baca : dibawah 15 tahun) bertarung dan menjalani kehidupan militer yang sangat keras sekaligus nyaris bisa dikatakan tidak berperikemanusiaan. Diriku nyaris terenyuh kala membaca penderitaan Ender, yang terjebak dalam situasi bak buah simalakama, didesak sedemikian rupa hanya demi mewujudkan impian pimpinan militer untuk mencetak pemimpinan perang yang luar biasa. Sistim doktrinasi (yang bisa dikatakan mirip cara-cara Nazi) untuk mengajar arti peperangan pada anak-anak, melawan musuh yang keji disebut Bugger, sungguh mengerikan.

Apalagi saat menyadari ada sisi lain yang tak terungkap, ketika Ender menemukan kebenaran yang disembunyikan dalam propaganda perang, ini adalah salah satu poin yang sangat bagus, menyentuh dan mengandung makna dalam selain kisah fantasi tentang anak-anak yang terlatih sebagai prajurit tempur. Maka diriku tak meragukan bahwa Ender’s Game memenangkan penghargaan prestisius di kalangan penulis. Pesan moral yang cukup kuat mewarnai sepanjang kisah ini. Hanya satu hal yang patut disayangkan, cara penulisan yang ‘melompat-lompat’ serta penjabaran karakter-karakter untuk tokoh dibalik layar yang cukup memusingkan, ini seharusnya bisa ‘diakali’ dalam edisi terjemahan. Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris, perbedaan kata ‘wanita’ (she) dan ‘pria’ (he) bisa memudahkan identifikasi, yang mana tidak akan terlihat pada versi bahasa Indonesia.

Contoh lainnya, perpindahan narasi antar satu sama lain, seharusnya bisa dibedakan dengan ‘bold’ atau ‘italic’ – yang sekali lagi akan sangat membantu. Meski buku ini ditulis jauh sebelum tahun 1977, penggambaran Perang Bintang (Star Wars) dan kedatangan makhluk asing (aliens) ke Bumi, digambarkan sangat unik dan berbeda dengan novel fiksi ilmiah sejenis pada masa tersebut. Terlepas dari kerumitan dan gaya penulisan yang cukup aneh ini, mau tidak mau diriku berpikir, bahwa kan lebih mudah memahami kerumitan kisah ini melalui adegan film (karena kebingungan dan kerancuan bisa di-identifikasi lebih mudah melalui wujud nyata) ... apakah ini berarti sang penulis memang sengaja menciptakan sebuah karya tulis yang menuntut adanya perwujudan visual dari imajinasi pembacanya ? So far, kuberikan 4 bintang untuk ide dan kreatifitas sang penulis, walau untuk penyajian sebenarnya cukup 3 bintang.

Tentang Penulis :
Orson Scott Card, telah malang melintang di dunia tulis-menulis selama bertahun-tahun. Beberapa karyanya telah singgah di hati para pembaca dan penggemarnya. Namun salah satu novel fiksi ilmiah yang melambungkan namanya, Ender’s Game dan kelanjutannya Speaker for the Dead, yang memenangkan penghargaan Hogo Awards dan Nebula Awards. Kemenangan tersebut mengukuhkan namanya sebagai satu-satunya penulis yang meraih dua penghargaan bergengsi di Amerika Serikat dalam waktu yang berurutan. Ender’s Game juga meraih Hamilton-Brackett Award dan Science Fiction Chronicle Readers Poll di tahun 1986. ( sumber : Mizan Fantasi )

[ more about this auntor and relates works, just check at here : Orson Scott Card | on Goodreads | The Ender’s Quintet | on Wikipedia | on IMDb ]

~ This Post are include in 2014 Reading Challenge ~
24th Book in What’s A Name Challenge
29th Book in Finding New Author Challenge
86th Book in TBRR Pile

Best Regards,

Hobby Buku

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...