Translate

Wednesday, April 30, 2014

Books "THE LEFT HAND OF GOD"

Books “THE LEFT HAND OF GOD”
Judul Asli : THE LEFT HAND OF GOD
[ book 1 of THE LEFT HAND OF GOD Trilogy | THOMAS CALE Series ]
by Paul Hoffman
Copyright © 2010 by Paul Hoffman
Penerbit Elex Media Komputindo
Alih Bahasa : Renny
Cetakan I : Maret 2014 ; 452 hlm ; ISBN 978-602-02-2985-0
Rate : 3.5 of 5

Kuil Penebus di Lereng Shotover merupakan salah satu dari kuil-kuil yang masih berdiri kokoh meski tiada seorang pun mengetahui bagaimana kehidupan para penghuninya. Dikelilingi oleh dinding tembok tinggi nan tebal, Kuil Penebus tersembunyi dan terpencil dari lingkungan pemukiman atau peradaban lainnya. Tiada tanda-tanda kehidupan yang muncul di permukaan, karena sebuah peradaban hidup dan berkembang jauh di bawah permukaan tanah, terbentuk dari penggalian bukit-bukit serta batu-batuan, gua-gua yang diperbesar, dan disanalah sebuah rencana besar dijalankan selama bertahun-tahun.



Mayoritas penghuni Kuil ini terdiri dari kumpulan bocah laki-laki, dari usia sangat kecil (rata-rata dibawah 10 tahun) hingga remaja, mereka dibawa dari dunia luar memasuki dunia yang diharapkan menjadi pilihan kehidupan baru yang lebih menyenangkan, namun justru berhadapan dengan aneka mimpi buruk yang tak pernah lenyap sepanjang kehidupan mereka. Anak-anak ini harus menjalani rutinitas kehidupan yang penuh dengan doktrinasi kehidupan jauh dari kesenangan duniawi, kepentingan pribadi, hak-hak asasi, serta disiplin tinggi ala militer yang dengan mudah menjatuhkan hukuman siksaan dan deraan terhadap mereka yang melanggar, membangkang, atau sekedar lalai ...

Jati diri mereka dilucuti semenjak memasuki Kuil Penebus, masing-masing diberikan nama baru, dan dilarang keras mengingat masa lalu mereka. Tak heran banyak sekali yang melupakan siapa sebenarnya mereka, terutama yang dibawa masuk semenjak masih kanak-kanak. Thomas Cale – salah satu bocah yang berusaha sekeras mungkin bertahan dalam siksaan setiap harinya. Ia tak pernah lagi mengingat masa lalu atau nama aslinya. Hanya satu hal yang menjadi tujuannya. Selamat menjalani kehidupan selama satu hari penuh, tanpa siksaan atau aneka percobaan yang diperintahkan oleh para Penebus terhadap dirinya.

Thomas Cale menyadari satu hal, ia tahu, dirinya ‘sangat-berbeda’ dengan anak-anak lainnya. Karena itu pula ia selalu menjadi sasaran siksaan dan deraan yang sangat mengerikan, namun anehnya ia bukan hanya mampu bertahan, tetapi juga mengembangkan pengetahuan dan pemikiran, tentang strategi militer, mengalahkan musuh dan bertarung melawan siapa pun hingga salah satu diantara mereka tewas ... sejauh ini, ia masih hidup !! Thomas Cale menjalankan perannya sesuai peraturan, jika ia melanggarnya dengan sengaja, ia memastikan tidak satu pun para Penebus yang mengetahuinya.

Dan suatu hari, saat menjalankan perintah Penebus Bosco – Lord Militan, agar ia segera menghadap Penebus Picardo – Lord Disiplin yang sangat ditakuti akibat kegemarannya melakukan aneka siksaan mengerikan, Thomas Cale melihat ‘sesuatu’ yang begitu menakutkan, membuat dirinya langsung mengambil langkah untuk mencegah perbuatan Lord Disiplin berlangsung lebih lama. Maka Lord Disiplin tewas di tangan Thomas Cale, saat ia berusaha menyelamatkan seorang gadis remaja dari meja siksaan yang mengerikan. Membayangkan resiko yang akan ia terima, maka Thomas Cale memutuskan melarikan diri membawa serta gadis bernama Riba, disertai kedua sahabatnya Kleist dan si Samar Henri.

Maka dimulai petualangan baru di dunia luar, yang sama sekali tak pernah diketahui atau dibayangkan oleh ketiga bocah laki-laki serta gadis remaja yang tampaknya telah hidup dalam kenyamanan dan kenikmatan suaka para gadis terpilih untuk menjadi pengantin Penebus yang Agung (meski berdasarkan kenyataan dan pengalaman Riba serta Cale, gadis-gadis itu berada di atas meja operasi, dibedah hidup-hidup oleh Lord Disiplin). Dari usaha menyembunyikan diri dari kejaran pasukan para Penebus, hingga tersesat dalam badai dan bertemu dengan pasukan kota Memphis, mereka menempuh perjalanan panjang dan mendapati dunia luar sangat aneh, unik, menarik, menakutkan sekaligus penuh tantangan berat.

Dari status buronan, gelandangan hingga tawanan, akhirnya atas perlindungan Lord Vipond – duta besar Memphis yang ‘bertemu’ tanpa sengaja dengan rombongan ini kala nyaris tewas akibat serangan gelap musuh, Thomas Cale, Henri dan Kleist serta Riba, berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang cukup pelik. Ternyata di dunia luar, mereka harus berurusan dengan manusia-manusia yang beraneka ragam, yang takut akan keberadaan mereka, yang mencemooh, menghina hingga berusaha melenyapkan mereka. Terlatih akan siksaan, deraan serta disiplin yang dijalani sepanjang di Kuil Penebus, terutama bagi Thomas Cale, gangguan-gangguan tersebut masih bisa ia atasi. Hingga ia bertemu dengan anggota keluarga Materazzi – Penguasa Kota Memphis.
“Sudah lama kita hanya dipersiapkan untuk memikirkan pembelotan para Antagonis ini dan perang kita terhadap mereka. Kita sudah melupakan bahwa mereka hanya kepentingan sekunder bagi tujuan kita untuk tidak memperkenankan tuhan selain Satu Tuhan Sejati, dan tidak ada kepercayaan selain Satu Keyakinan Sejati. Kita adalah perwakilan Tuhan di bumi ini melalui Penebus-Nya. Ada satu tujuan akan keberadaan kita, dan kita sudah melupakannya karena kita takut. Jadi keadaannya harus berubah : lebih baik jatuh sekali daripada jatuh selamanya. Entah kita percaya atau tidak bahwa Tuhan ada di sisi kita. Kalau itu yang benar-benar kita percayai, dan bukannya apa yang kita rasa untuk kita percayai, maka itu dipahami bahwa kita harus mengejar kemenangan mutlak atau tidak sama sekali.” [ p. 52 – 53 ]
Kisah ini merupakan salah satu bacaan yang bisa kukatakan masuk kategori ‘unik’ secara keseluruhan. Dari segi tema yang memadukan legenda dan unsur supranatural, latar belakang yang bercampur antara dunia mideveal dengan modern, lebih mirip dunia antah berantah bagai kisah 1001 malam, unsur mistis dengan pengetahuan serta tehnologi, semuanya berbaur dalam alur yang berjalan cukup lambat. Karakter yang muncul tak kalah uniknya, penuh dengan misteri dan menimbulkan sekumpulan tanda tanya yang semakin lama semakin membesar hingga menjelang akhir kisah buku pertama ini.

Hal ini tidak dipermudah dengan gaya penulisan yang ‘mirip’ dengan bacaan klasik, penuh dengan penjabaran serta detil yang panjang, hingga tiadanya  penggalan / perpindahan paragraf yang membedakan perpindahan karakter atau latar belakang. Perubahan sudut pandang orang pertama, bisa mendadak beralih menjadi untaian narasi oleh narator, yang terkadang tidak jelas siapa gerangan, atau berubah menjadi sudut pandang orang kedua, ketiga, dst-nya. Jika Anda memutuskan hendak membaca kisah ini, siapkan kesabaran tingkat tinggi untuk mengikuti alur kisah yang ‘tidak nyaman’ dan meloncat-loncat tanpa aturan.

Secara keseluruhan, terlepas dari ide serta keanehan yang muncul dan adegan brutal hingga vulgar pada beberapa bagian (mungkin bisa jadi mirip Games of Thorne) ... kisah ini cukup ‘melelahkan’ untuk dituntaskan meski hanya 400 halaman (ohhh, jangan dilupakan, unsur ‘font huruf’ yang digunakan untuk versi terjemahan ini sangat kecil dan rapat-rapat ... just imagine of that !!). Untuk versi atau kategori kebrutalan, well, bayangkan saja segerombolan anak-anak yang dilatih semenjak usia 10 tahun untuk menjadi pasukan tempur dengan ilmu bela diri dengan tujuan bukan sekedar untuk menang melainkan juga menghabisi lawan dengan cepat dan sebanyka mungkin. Yang jelas, hingga akhir kisah, diriku tak bisa menentukan, manakah yang termasuk golongan protoganis, dan mana karakter-karakter antagonisnya.

[ more about this author & related works, just check at here : Paul Hoffman | on Goodreads | on Wikipedia ]

~ This Post are include in 2014 Reading Challenge ~
32th Book in Finding New Author Challenge
90th Book in TBRR Pile

Best Regards,

Hobby Buku

2 comments:

  1. aakk.. pertama kali lihat cover bukunya langsung keinget sama Prince of Thorns-nya Mark Lawrence. agak mirip-mirip soalnya, terus tokoh utamanya pun hampir seumuran. dan sepertinya genre ceritanya hampir mirip-mirip, and I like it :), reviewan ini bener-bener buat saya tertarik banget dengan novel ini ><, saya selalu suka semua cerita dengan unsur supernatural, ditambah dengan latar-latar semi kolosal, and I swear I will like this novel so bad. walaupun diakhir review sedikit membuat saya down dengan informasi tentang jumlah halaman dan of course, font! But, I would like to challange my self to enjoy reading this novel, aakk.. thank you for the review :) tambah lagi buku fantasy yang masuk ke list wajib di baca. oke sip.
    #p.s: sudah pernah mereview trilogy broken empire nya Mark Lawrence? kalau boleh request saya ingin hobby buku mereview nya juga, he, soalnya saya tertarik banget saya novel-novelnya Mark Lawrence, dan review-annya bisa langsung di link-kan ke beliau, saya yakin, beliau bakal appreciated banget! (ini hanya masukan aja+request, hehe ._.)
    soalnya saya juga suka review-review novel di alice's wonderland :) apalagi cerita fantasy dengan genre-genre seperti novel-novel ini :).
    sukses terus me-review-nya :D!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Mia, iyaaa nih, belum sempat baca buku Mark Lawrence, banyak yg rekomendasi malahan. Smg bisa sempat deh dalam tahun ini bacanya :D

      Delete

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...