Judul Asli : ORANG-ORANG TANAH
Copyright
© by Poppy D. Chusfani
Penerbit Gramedia Pustaka
Utama
Editor : C. Donna
Widjajanto
Desain Sampul &
Ilustrasi Isi : Anne M. Oscar
Cetakan I : Agustus 2013 ;
200 hlm ; ISBN 978-979-22-8398-3
Rate
: 3.5 of 5
Saat
melihat buku ini pada display sebuah toko buku, desain sampul yang cantik dengan pilihan warnanya
langsung menarik perhatianku, apalagi ketika melihat nama penulis yang
tercantum di sampul depan buku ini, tak pelak lagi, rasa penasaran tingkat
tinggi membuatku segera mengambil (dan membayar tentunya) buku ini untuk
menjadi salah satu koleksi bacaanku (meski diriku bukanlah penggemar kisah
berupa kumpulan cerpen).
[ source ] |
Dibuka
dengan kisah ‘Jendela’ tentang gadis cilik bernama Dinah, yang menemukan
sebuah jendela ajaib – sumber cahaya dalam kehidupannya yang senantiasa
bernuansa kelabu, kelam dan menakutkan. Sebuah kisah tentang keterpurukan serta
kehidupan manusia yang rusak, bobrok, mental dan pikiran. Namun ditengah
hal-hal yang busuk dan menakutkan itu, secuil kekuatan serta pengharapan
muncul, untuk berjuang melawan ketidak-adilan dan kezaliman. Dan ketika tiba
saatnya, sebuah jendela cahaya akan membebaskan makhluk yang tersiksa, dimulai
dari gadis cilik bernama Dinah.
Lara
– seorang gadis yang tak pernah diterima oleh lingkungan sekelilingnya, bahkan
ibu kandungnya selalu menjauhi dan tampak sangat membenci dirinya. Ia dibenci
dan dilecehkan secara mental maupun fisik hanya karena dirinya berbeda. Namun
semakin keras deraan yang dialaminya, semakin kuat tekadnya untuk melawan,
dengan cara memperkuat diri serta mental, untuk tak pernha menyerah dalam
menghadapi semua rintangan. Takdir membuatnya terasing dan dimanfaatkan oleh
pihak-pihak tertentu, hingga sebuah kenyataan menghentak dirinya, memaksanya
memilih jalan kehidupan serta masa depan apa yang akan dilakukannya. Dan ia
akhirnya memilih ‘Pelarian’ untuk menyelamatkan nasib banyak orang, melawan
Takdir.
[ deviantart by katmary ] |
Kisah
berikutnya benar-benar sangat mencekam sekaligus menakutkan, ditambah dengan
kondisi yang tak menguntungkan, ketika diriku membaca tepat menjelang tengah
malam buta, seorang diri di dalam kamar ... Bayangkan adegan seorang wanita,
berusaha mencari inspirasi untuk menuntaskan tulisannya, di sebuah pondok
terpencil di tengah hutan, jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk. Sunyi,
senyap, tenang, dan damai, sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh sang penulis.
Hingga ia mengalami aneka peristiwa aneh. Dimulai dengan pemandangan pohon yang
dipenuhi ribuan ulat bulu, bergerak-gerak mengusik pemandangan. Disusul dengan
mimpi buruk serta suara-suara dalam benaknya. Sebuah kisah horor di ‘Pondok
Paling Ujung’ yang membuatku terngiang akan suara ‘Aku Di Sini’ – yang mampu membuat bulu kuduk dan bulu roma berdiri
sekaligus meremang....
...
untuk menghadapi sosok pemuda yang terjerat kegelapan malam. Dunianya bernuansa
kelam, hingga tepat menjelang ‘Bulan Merah’, ketika ia melihat
malaikat jatuh, membisikan sebuah ramalan akan kehidupan yang akan segera berakhir.
Sekali lagi Takdir bermain-main dengan benak serta pikiran makhluk fana. Apakah
sebuah ramalan mampu merubah pilihan serta keputusan untuk memperpanjang masa
kehidupan, atau justru menyongsong kematian sebagai pilihan kehidupan baru ?
Tepat saat bulan purnama tiba, malaikat akan turun dan kegelapan abadi
menjemput.
[ source ] |
Dan
bagaimana jika dirimu belum siap menyambut kegelapan untuk meraih cahaya
kehidupan baru ? Maka kisahnya akan menyerupai sosok wanita bernama Venus, yang
terbangun dalam kondisi tak memiliki tubuh fisiknya yang menawan, tak memiliki
harta benda, hanya cabikan serta kilasan ingatan yang bercampur-aduk dalam
benaknya. Kehancuran serta deraan yang menyiksa dirinya terjadi dalam waktu
yang panjang, tanpa kekuatan untuk melawan, ia terpuruk di suatu tempat, hingga
seseorang yang mampu ‘melihat’ dirinya, membebaskan jiwanya yang telah berada
di dalam genggaman ‘Dewa Kematian’.
Memiliki
kebebasan untuk memilih dan menentukan jalan mana yang hendak ditempuh bisa
saja tidak terjadi pada semua makhluk. Bagaimana jika dirimu terjebak dalam
labirin menakutkan, yang menyekap dirimu dalam lingkaran tiada henti, berisikan
mimpi-mimpi buruk dan pengalaman menakutkan setiap saat ? Seperti perjalanan
panjang yang harus ditempuh oleh Kiran – bocah yang terombang-ambing dalam dua
dunia, hingga ia berhasil menemukan ‘Pintu Kembali’ kepada orang-orang
yang ia kasihi, selamat dari incaran iblis berupa serigala jahat.
Perjuangan
melawan kegelapan yang disebabkan oleh kejahatan dan kebusukan makhluk fana,
seringkali harus dilakukan seorang diri, yang cukup menakutkan terutama saat
dirimu dalam kondisi lemah dan putus asa. Namun doa serta pengharapan terkadang
terwujud melalui cara yang sama sekali berbedda. Terkadang muncul sosok
penyelamat yang sama sekali tak terduga. Seperti sosok penjaga kaum tersesat
sekaligus algojo yang menghukum mereka yang tak bermoral dan keji, busuk hingga
ke setiap bagian tubuhnya. Jika dirimu mengalami kesulitan dalam kehidupan,
carilah ‘Lelaki Tua dan Tikus’ di sudut sunyi di dekatmu, ia akan
membereskan ‘mereka’ dari kehidupanmu.
[ source ] |
Namun
hati-hati dalam mengungkapkan rahasia hidupmu, karena tidak semua makhluk yang
tampaknya menaruh perhatian pada dirimu, akan mengambil tindakan tegas untuk
menyelamatkan dirimu. Mereka yang memohon-mohon bantuanmu di kala kesulitan,
dan memaling muka bahkan turut menghujat dirimu karena takut mengajui kebenaran
di antara kaum tersesat. Kekuatan dan bakat yang terkandung dalam diri Keira,
yang selalu digunakan untuk kebaikan, dibalas dengan siksaan dan deraan
makhluk-makhluk yang pernah ditolongnya. Maka berhati-hatilah jika kekuatan
asli ‘Sang
Penyihir’ muncul untuk mengutuk mereka yang telah berbuat keji.
[ cover art & inside illustration by Anne M. Oscar ] |
Sebuah
sajian menarik tentang dunia yang absurb, rentan dan penuh gejolak. Pertarungan
tiada henti antara kegelapan dan cahaya, kehidupan serta kematian, tiada
batasan yang memisahkan dua dunia yang berbeda, seakan-akan makhluk fana
terwujud dalam selubung serta belitan dua nuansa. Bernafas, bergerak, dan
senantiasa bergulat dengan pilihan langkah demi langkah memasuki dunia tanpa
batasan. Perjalanan waktu yang tak bisa dihitung secara logika, membebaskan
diriku sebagai pembaca untuk melakukan eksplorasi lebih dalam akan makna serta
‘pembelajaran’ dalm setiap kisahnya. Bukan hasil akhir yang menjadi tujuan utama,
melainkan proses selama perjalanan tersebut yang akan memberikan nilai
tersendiri (^_^)
[
more about the author and related works, just check at here : Poppy D. Chusfani
| on Goodreads |
at Twitter | at Facebook ]
~ This Post are include in
2014 Reading Challenge ~
246th Book in
TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/