Books
“TIADA”
Judul Asli : GONE
[
book 3 of DREAM CATCHER Trilogy ]
Copyright © 2010 by Lisa
McMann
Penerbit Gramedia Pustaka
Utama
Alih Bahasa : Rosemary
Kesauly
Editor : Diniarty Pandia
Cetakan I : Oktober 2010 ;
216 hlm ; ISBN 978-979-22-6286-5
Harga Normal : Rp. 37.000,-
Rate : 4 of 5
Janie Hannagan berhasil
mengungkap konspirasi kejahatan seksual yang menimpa teman-teman sekolahnya dan
menyebabkan para pelaku diganjar hukuman yang layak. Namun perjalanan panjang
proses peradilan serta publikasi dirinya sebagai agen yang menyamar, membuat
kebebasan dan waktu pribadinya terusik. Janie terbiasa sepanjang hidupnya
menjadi sosok yang ‘tak terlihat’ – sosok yang tidak pernah dianggap, kini
harus menjalani hari demi hari menjadi sorotan kemana pun ia berada. Demi
meringankan beban pikiran sekaligus usaha memulihkan kondisinya setelah
mengalami ‘pertarungan’ melawan pelaku kejahatan, Cabel membawanya berlibur
bersama keluarganya di Freemont Lake. Namun belum lama Janie menikmati
ketenangan masa liburannya, ia mendapat pesan darurat dari sahabatnya Carrie
Brandt tentang ibunya yang harus segera dibawa ke rumah sakit.
Dalam kondisi panik, Janie
bergegas pulang hanya untuk mendapati kejutan baru yang mengusik kehidupannya.
Ternyata ibunya panik dan histeris setelah meneriam kabar tentang kondisi
seorang pria yang menjelang ajal di rumah sakit. Pria yang bernama Henry
Feingold merupakan masa lalu Dorothea Hannagan yang berusaha ia lupakan, dan
kini ia muncul dalam kondisi yang dimana ia tak mampu berkomunikasi karena
koma, dan fakta bahwa ia adalah ayah kandung Janie yang tak pernah ia ketahui
bahkan kenali sepanjang hidupnya, menambah masalah baru yang harus dihadapi
oleh Janie, terlebih setelah ibunya angkat tangan, tidak bersedia melakukan
tindakan apa pun bagi pria yang pernah ia cintai. Janie terbentur antara
kemarahan karena perilaku kedua orang tua yang tidak cukup memperdulikan atau
bersikap secara layak kepada dirinya, bercampur dengan rasa penasaran untuk
mengenal Henry lebih jauh ....
Namun hal yang sangat
mendorong keinginan Janie untuk mengetahui perihal Henry, karena pria yang
dalam kondisi koma tersebut mengalami mimpi aneh yang sangat menyakitkan
dirinya maupun Janie yang tertarik masuk ke dalamnya, begitu ia memasuki kamar
rawat Henry. Usaha yang Janie lakukan untuk berkomunikasi melalui dunia mimpi
tidak berjalan dengan lancar – hingga muncul sosok wanita misterius dalam
mimpi-mimpi tersebut. Wanita yang kemudian dikenali oleh Janie sebagai Miss
Stubin – mendorong dirinya untuk melakukan penyelidikan lebih jauh. Karena
ternyata Henry Feingold juga memiliki kemampuan sebagai penangkap mimpi –
apakah ini berarti bakat tersebut bisa merupakan faktor keturunan ? Jika teori
tersebut benar, berarti apakah Janie akan mengalami nasib serupa dengan
ayahnya, berada dalam kondisi koma akibat ‘serangan’ penyakit yang tak mampu
di-diagnosa oleh para dokter ...
Kisah penutup tentang
Janie Hannagan yang memiliki kemampuan sebagai ‘penangkap mimpi’ merupakan
salah satu kisah yang sangat kuharapkan berakhir dengan ending yang menarik dan
menyenangkan. But then again, seharusnya bisa kuduga dari cara penulis membawa
alur kisah serta perkembangan para karakter sepanjang trilogi ini, melalui
aneka tantangan berat serta perubahan-perubahan yang mengejutkan. Tanpa
bermaksud ‘spoiler’ diriku hanya bisa menyampaikan bahwa kisah buku ketiga ini
sama sekali di luar perkiraanku. Apakah berakhir dengan happy-ending ataukah
sebaliknya .... itu adalah sesuatu yang tidak bisa kuputuskan, tergantung dari
sudut pandang mana yang kau pilih. Yang bisa ku-ungkapkan adalah, penulis
memberikan bayangan tentang perjalanan kehidupan di dunia nyata (maupun dunia
mimpi) haruslah melalui aneka ragam persimpangan di mana keputusan dan pilihan
akan mempengaruhi alur kisah dan masa depan yang akan terjadi. Melalui ‘ilustrasi’ tentang Morton’s
Fork – kondisi saat berhadapan dengan dua / lebih pilihan yang sama-sama buruk,
pembaca diajak mengikuti pergulatan Janie dalam menentukan langkah demi masa
depannya, mempertimbangkan antara penderitaan satu dengan penderitaan lain yang
akan menanti dirinya terkait dengan kemampuan dirinya yang bisa dianggap
sebagai karunia sekaligus kutukan sepanjang hidupnya ...
“Tapi hidup terus berjalan. Segala sesuatu terus bergerak ke arah yang satu atau ke arah lain. Hubungan, kemampuan, penyakit, ketidakmampuan. Pengetahuan. Kuliah. Kehidupan baru di tempat tak seorang pun mengenalnya. Di tempat tidak seorang pun akan memanggilnya agen cewek samaran. Tapi di tempat banyak orang akan bermimpi. Menjalani satu hari demi satu hari. Satu mimpi demi satu mimpi. Keputusannya sudah dibuat. Untuk sekarang. Untuk hari ini.”
[
more about this author & related works, just check at : Lisa McMann | on Goodreads
| on Wikipedia | at Twitter | at Facebook ]
Best Regards,
Hobby Buku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/