Translate

Tuesday, March 3, 2015

Books "GONE"

Books “TIADA”
Judul Asli : GONE
[ book 3 of DREAM CATCHER Trilogy ]
Copyright © 2010 by Lisa McMann
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Rosemary Kesauly
Editor : Diniarty Pandia
Desain sampul : Martin Dima (martin_twenty1@yahoo.co.id)
Cetakan I : Oktober 2010 ; 216 hlm ; ISBN 978-979-22-6286-5
Harga Normal : Rp. 37.000,-
Rate : 4 of 5

Janie Hannagan berhasil mengungkap konspirasi kejahatan seksual yang menimpa teman-teman sekolahnya dan menyebabkan para pelaku diganjar hukuman yang layak. Namun perjalanan panjang proses peradilan serta publikasi dirinya sebagai agen yang menyamar, membuat kebebasan dan waktu pribadinya terusik. Janie terbiasa sepanjang hidupnya menjadi sosok yang ‘tak terlihat’ – sosok yang tidak pernah dianggap, kini harus menjalani hari demi hari menjadi sorotan kemana pun ia berada. Demi meringankan beban pikiran sekaligus usaha memulihkan kondisinya setelah mengalami ‘pertarungan’ melawan pelaku kejahatan, Cabel membawanya berlibur bersama keluarganya di Freemont Lake. Namun belum lama Janie menikmati ketenangan masa liburannya, ia mendapat pesan darurat dari sahabatnya Carrie Brandt tentang ibunya yang harus segera dibawa ke rumah sakit.



Dalam kondisi panik, Janie bergegas pulang hanya untuk mendapati kejutan baru yang mengusik kehidupannya. Ternyata ibunya panik dan histeris setelah meneriam kabar tentang kondisi seorang pria yang menjelang ajal di rumah sakit. Pria yang bernama Henry Feingold merupakan masa lalu Dorothea Hannagan yang berusaha ia lupakan, dan kini ia muncul dalam kondisi yang dimana ia tak mampu berkomunikasi karena koma, dan fakta bahwa ia adalah ayah kandung Janie yang tak pernah ia ketahui bahkan kenali sepanjang hidupnya, menambah masalah baru yang harus dihadapi oleh Janie, terlebih setelah ibunya angkat tangan, tidak bersedia melakukan tindakan apa pun bagi pria yang pernah ia cintai. Janie terbentur antara kemarahan karena perilaku kedua orang tua yang tidak cukup memperdulikan atau bersikap secara layak kepada dirinya, bercampur dengan rasa penasaran untuk mengenal Henry lebih jauh ....

Namun hal yang sangat mendorong keinginan Janie untuk mengetahui perihal Henry, karena pria yang dalam kondisi koma tersebut mengalami mimpi aneh yang sangat menyakitkan dirinya maupun Janie yang tertarik masuk ke dalamnya, begitu ia memasuki kamar rawat Henry. Usaha yang Janie lakukan untuk berkomunikasi melalui dunia mimpi tidak berjalan dengan lancar – hingga muncul sosok wanita misterius dalam mimpi-mimpi tersebut. Wanita yang kemudian dikenali oleh Janie sebagai Miss Stubin – mendorong dirinya untuk melakukan penyelidikan lebih jauh. Karena ternyata Henry Feingold juga memiliki kemampuan sebagai penangkap mimpi – apakah ini berarti bakat tersebut bisa merupakan faktor keturunan ? Jika teori tersebut benar, berarti apakah Janie akan mengalami nasib serupa dengan ayahnya, berada dalam kondisi koma akibat ‘serangan’ penyakit yang tak mampu di-diagnosa oleh para dokter ...

Kisah penutup tentang Janie Hannagan yang memiliki kemampuan sebagai ‘penangkap mimpi’ merupakan salah satu kisah yang sangat kuharapkan berakhir dengan ending yang menarik dan menyenangkan. But then again, seharusnya bisa kuduga dari cara penulis membawa alur kisah serta perkembangan para karakter sepanjang trilogi ini, melalui aneka tantangan berat serta perubahan-perubahan yang mengejutkan. Tanpa bermaksud ‘spoiler’ diriku hanya bisa menyampaikan bahwa kisah buku ketiga ini sama sekali di luar perkiraanku. Apakah berakhir dengan happy-ending ataukah sebaliknya .... itu adalah sesuatu yang tidak bisa kuputuskan, tergantung dari sudut pandang mana yang kau pilih. Yang bisa ku-ungkapkan adalah, penulis memberikan bayangan tentang perjalanan kehidupan di dunia nyata (maupun dunia mimpi) haruslah melalui aneka ragam persimpangan di mana keputusan dan pilihan akan mempengaruhi alur kisah dan masa depan yang akan  terjadi. Melalui ‘ilustrasi’ tentang Morton’s Fork – kondisi saat berhadapan dengan dua / lebih pilihan yang sama-sama buruk, pembaca diajak mengikuti pergulatan Janie dalam menentukan langkah demi masa depannya, mempertimbangkan antara penderitaan satu dengan penderitaan lain yang akan menanti dirinya terkait dengan kemampuan dirinya yang bisa dianggap sebagai karunia sekaligus kutukan sepanjang hidupnya ...
“Tapi hidup terus berjalan. Segala sesuatu terus bergerak ke arah yang satu atau ke arah lain. Hubungan, kemampuan, penyakit, ketidakmampuan. Pengetahuan. Kuliah. Kehidupan baru di tempat tak seorang pun mengenalnya. Di tempat tidak seorang pun akan memanggilnya agen cewek samaran. Tapi di tempat banyak orang akan bermimpi. Menjalani satu hari demi satu hari. Satu mimpi demi satu mimpi. Keputusannya sudah dibuat. Untuk sekarang. Untuk hari ini.”   
[ more about this author & related works, just check at : Lisa McMann | on Goodreads | on Wikipedia | at Twitter | at Facebook ]

Best Regards,

Hobby Buku

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...