Translate

Monday, October 5, 2015

Books "THE KILL ORDER"

Title : “THE KILL ORDER”
Text copyright © 2012 by James Dashner
Cover design by Stephanie Moss
Cover art copyright © 2012 by Philip Straub
Printed in the United States of America
Published by Delacorte Press (an imprint of Random House Children’s Books | www.randomhouse.com/teens)
First Paperback Edition 2013 | ISBN 978-0-385-74289-4 | 330 p + new materials “Teresa” + sneak-peak on ‘The Eye of Minds’
Rate : 3 of 5

Before WICKED are formed, before Glade were build, and before Thomas enter the Maze – there is something happening to our earth, a disaster, catastrophies that change the entire living things, changing the universe too. This story taken few years back – when disaster starting to attack human being, chausing chaos and an annihililation that destroy everything, it all started among innocent peoples, because several others wants to rule the Earth, by eliminate others. Like predator, human preying on human – involving an experiment with fatal virus who no one knew the cure ... at least in the beginning.   
 
~ The Story ~

Tiga belas tahun silam, sebelum Thomas memasuki Maze dan hidup serta berjuang bersama para Glader, sebuah bencana berupa ledakan sinar matahari menyebabkan perubahan total pada Bumi beserta isinya. Selain kehancuran dan kematian, mereka yang selamat justru terserang penyakit aneh, yang menyebabkan kegilaan hingga satu demi satu korbannya tewas secara mengerikan. Mark dan Trina adalah dua remaja yang selamat dari ledakan pertama, namun kehilangan semua keluarga, kerabat dan kenalan mereka, dan harus berjuang untuk mempertahankan diri demi menjalani hari-hari baru di dunia yang sama sekali baru dan tak terbayangkan. Di saat hampir seluruh kawasan Amerika Serikat hancur, dibawah pimpinan Alec – pria mantan anggota militer yang menyelamatkan beberapa orang untuk membentuk tim khusus, mereka membangun komunitas yang mampu bertahan hidup dalam kondisi sulit itu.

Hingga muncul serangan aneh dari pihak tak dikenal. Pesawat-pesawat Berg datang menyerang pemukiman para pengungsi, dan menembakkan panah yang ternyata berisi virus mematikan. Kematian mengerikan terjadi tiada henti. Ada yang langsung tewas, ada yang harus mengalami penderitaan dan kegilaan sebelum akhirnya juga tewas. Alec dan Lana, Mark dan Tina termasuk yang mampu bertahan dan berusaha melacak asal pesawat-pesawat Berg tersebut. Karena jika ada virus tentu ada pula anti-virusnya. Namun perjalanan menuju kawasan di luar pemukiman mereka yang hancur ternyata sangat berbahaya. Karena banyak pengungsi lain yang juga diserang, dan mereka yang terjangkit virus berkeliaran mencari mangsa. Di sinilah mereka bertemu dengan Deedee – gadis cilik yang ditinggalkan di pemukiman penuh mayat, karena dirinya tampak ‘kebal’ terhadap serangan virus tersebut ...

Kisah ini ditulis usai kehebohan Trilogi Maze Runner (TMR) yang juga telah diadaptasi ke layar lebar. Bagi yang pernah membaca reviewku ( baca : The Maze Runner, The Scorch Trials, The Death Cure ) tentu tahu bagaimana ‘reaksiku terhadap serial ini. Karena itu, jujur diriku tidak terlalu tertarik membaca ‘buku baru’ karya sang penulis yang dimaksudkan sebagai prekuel untuk melengkapi kisah perjalanan karakter Thomas dan kawan-kawannya. Tapi karena akhirnya ada teman yang mau berbaik hati meminjamkan bukunya (dan kupinjam lama banget karena belum menemukan mood untuk membaca ... duh dasar pemalas emang ini) akhirnya usai juga kubaca (dan kukembalikan pada empunya, thanks ya Stef hihihi), ada beberapa poin yang hendak kusinggung untuk kisah The Kill Order (TKO) ini.

Yang pertama, sesuai pendapatku di awal, bahwa Maze Runner cukup ditulis satu buku saja (atau dua buku, tidak perlu berpanjang-panjang hingga 3-4 buku), karena penulis tampaknya memiliki ide-ide brilian dalam menuangkan sebuah kisah menakjubkan, namun tidak mampu memberikan eksekusi yang memuaskan pada akhir kisah (salah satu efek jika kisah yang aslinya tidak perlu diperpanjang, jadi melebar ke hal-hal yang justru membuat bingung pembaca). Demikian pula TKO ini, yang memang bertujuan sebagai pelengkap, namun menurutku tidak mampu memberikan kontribusi lebih yang bisa mengangkat kisah TMR ke level yang lebih tinggi. Jika pada TMR, unsur ketegangan, suspense dan latar belakang yang disajikan sangat kuat dan melambungkan imajinasi, maka TKO malah mengingatkan diriku akan pada kisah The Walking Death – semacam kisah zombie-zombie yang memburu manusia hidup yang masih normal. 

Satu-satunya adegan yang cukup menarik dan orisinal, bukan sekedar pengulangan atau pelebaran dari TMR justru muncul di awal kisah, ketika bencana ledakan matahari melanda New York City, gambaran tentang situasi yang dialami oleh Mark dan Tina hingga mereka bertemu dengan orang-orang asing yang kelak menjadi teman seperjuangan, sangat intense, horror sekaligus mencekam. Sebenarnya diriku setengah berharap petualangan di New York City bisa bertahan lebih lama dan berkembang menjadi adegan-adegan yang seru, namun peralihan menuju kawasan pemukiman yang kemudian dibangun oleh mereka yang berhasil selamat dari kekacauan di kota, hingga perburuan baru oleh oknum-oknum pemerintah, menjadi sorotan yang dipilih oleh penulis.

Sebagai pembaca, tentu saja diriku tak bisa ‘pilih-pilih’ menurut kemauanku, hanya saja rasa greget yang sempat muncul di awal, perlahan-lahan menghilang seiring dengan berakhirnya kisah ini. Bahkan sampai pada ending pun, penulis masih tidak memberikan sebuah kesimpulan atau benang merah yang cukup kuat untuk menghubungkan TKO dengan TMR agar tidak berkesan sekedar tempelan belaka. Dan lucunya, di saat diriku berpikir kisah TKO sama sekali tidak menyumbangkan ‘sesuatu’ pada TMR – ada beberapa lembar tambahan di halaman belakang yang sengaja diberikan usai buku ini dicetak (tidak semua versi ada tambahan khusus ini), yang mengungkap latar belakang Teresa dan apa kaitannya dengan kisah TKO maupun TMR ... VOILA !!! Ini yang menjadi penghubung, walau ‘benang yang terjalin sangat-sangat tipis’ – apakah penulis baru terpikirkan untuk memperkuat kisah TKO hingga bisa dihubungkan dengan kepopuleran TMR ? Entahlah, yang jelas cukup 3 bintang dariku untuk prekuel yang sama sekali tidak menambahkan hal baru pada kisah TMR ini.

[ more about the author & related works, just check at here : James Dashner | on Goodreads | on Wikipedia | on IMDb | at Twitter ]

Best Regards,

@HobbyBuku 

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...