Judul Asli : THE YOUNG ELITES
[
book 1 of THE YOUNG ELITES Series ]
by Marie Lu
Copyright © 2014 by Xiwei
Lu
Penerbit Mizan Fantasi
Alih Bahasa : Prisca
Primasari
Editor
: Dyah Agustine
Proofreader
: Emi Kusmiati
Desain sampul : Windu
Tampan
Cetakan I : November 2015
; 428 hlm ; ISBN 978-979-433-909-1
Harga Normal : Rp. 75.000,-
Rate : 3.5 of 5
Beberapa orang membenci kami, menganggap kami pelanggar hukum yang harus digantung.
Beberapa orang takut pada kami, menganggap kami iblis yang harus dibakar hidup-hidup.Beberapa orang memuja kami, menganggap kami anak-anak para dewa. Namun, semua orang mengenal kami – Para Elite Muda.
Aku berbeda. Bisa
dikatakan aku cacat. Tertandai. Sesosok malfetto.
Sebuah ‘julukan’ yang senantiasa membayangi hidupku. Yang berarti tidak
diinginkan oleh siapa pun. Pembawa sial sekaligus ditakuti. Namaku Adelina Amouteru.
Saat berusia 4 tahun, wabah berdarah melanda negeriku, menyebabkan kematian
sekian banyak jiwa. Ibu, diriku serta Violetta, adikku yang baru berusia 2
tahun juga terkena. Ibu meninggal, sedangkan aku dan Violetta pulih. Namun
anak-anak yang secara ajaib ‘selamat’ ternyata berubah menjadi ‘cacat’ dan
sebagian memiliki kemampuan aneh nan mengerikan. Diriku juga berubah, anehnya
Violetta sama sekali tidak terkena dampak buruk dari wabah itu. Penderitaan
yang kualami dimulai semenjak saat itu, terutama karena ibu yang senantiasa
menjadi pelindung telah tiada. Ayahku berubah menjadi sosok mengerikan dan keji
hingga tega menyiksa anak-anaknya, terutama diriku – gadis malfetto.
Sepuluh tahun dalam
penderitaan akhir mencapai puncaknya, tatkala tanpa sengaja diriku mendengar
perbincangan ayahku dengan salah satu tamu asing. Demi mendapatkan sekantong
emas, ayahku ‘menjual’ diriku kepada pria asing yang berniat menjadikan diriku
sebagai simpanan. Rencana kabur ke kota lain nyaris gagal, ketika ayahku
berhasil mengejar diriku sebelum sempat pergi lebih jauh. Dan saat itu sesuatu
yang mengerikan terjadi. Demi membela diri dari deraan siksaan dan paksaan
ayahku, kemarahan serta ketakutan membuatku ‘mengeluarkan’ sesuatu yang
menakutkan, dan hal itu menyebabkan ayahku tewas. Aku-adalah-pembunuh-ayahku.
Melarikan diri lebih jauh tampaknya merupakan satu-satunya jalan. Sungguh sial
beberapa hari kemudian diriku tertangkap pasukan Inkuisitor – Pengawal Kerajaan
yang bertugas menegakkan hukum serta keadilan, sekaligus membasmi para malfetto
yang dianggap pemberontak.
Ditangkap, dijebloskan dalam
tahanan, menanti hukuman. Ketika vonis dijatuhkan, hukuman bakar hidup-hidup di
depan khalayak umum, saat diriku sudah merasakan berada di ambang pintu
kematian, mendadak ada orang-orang yang datang menyelamatkan diriku, setidaknya
demikian yang kulihat sebelum jatuh pingsan akibat rasa sakit nan mengerikan.
Ketika diriku akhirnya sadar, seorang pemuda memperkenalkan diri sebagai Enzo –
Sang Pencabut Nyawa, pemimpin Dagger Society yang merupakan bagian dari
kelompok Elite Muda – kumpulan remaja malfetto
yang berhasil lolos dari jeratan hukum Inkuisitor dan melakukan perlawanan
terhadap pemerintah. Ia menawarkan perlindungan sebagai balasan agar diriku
bersedia berlatih untuk bergabung dengan kelompoknya. Enzo yakin ada kemampuan
luar biasa tersembunyi dalam diriku. Sesuatu yang sangat kuat sekaligus
menakutkan bagai berlian yang belum diasah.
Bertahun-tahun hidup dalam
penderitaan siksaan fisik maupun mental dari ayahku, membuatku tidak mudah
menerima uluran orang asing. Namun seiring dengan proses waktu, diriku mulai
membuka hati terhadap pihak lain, Enzo dan anggota Dagger Society. Ujian berat
hingga pelatihan keras tiada henti harus kujalani. Semuanya demi membuktikan
bahwa aku mampu dan layak menjadi bagian dari para Elite Muda. Ketika diriku
akhirnya menyadari siapa sebenarnya sosok Enzo – Sang Pangeran Muda yang
dikabarkan telah tiada, rencana untuk melawan pemerintahan terasa lebih jelas.
Sayangnya sebelum diriku membuktikan kemampuan serta kesetiaan untuk menjadi
bagian dari kelompok ini, musuh lama datang. Teren Santoro – Kepala Inkuisitor
Kenettra, yang menyaksikan diriku terbakar hidup-hidup sebelum diriku
diselamatkan. Kini ia datang untuk memberikan penawaran – demi keselamatan
nyawa Violetta yang berada dalam tahanannya ...
Karya terbaru dari Marie
Lu yang lebih dahulu dikenal melalui Legend Trilogy. Sedikit berbeda dengan
Legend yang cukup menghentak semenjak buku pertama, The Young Elite mengangkat
tema yang cukup marak seputar manusia-manusia dengan kemampuan khusus namun dianggap
abnormal, cacat atau istilah dalam kisah ini : malfetto (terjemahan
bebas Italia-Inggris = badly- made). . Kurang lebih mirip
dengan tema Marvel’s X-Men ciptaan Stan
Lee, kisah tentang mutan vs manusia normal. Bahkan Taherah Mafi melalui “Shatter
Me Trilogy”, Ransom Riggs yang dikenal dengan “Miss Peregrine’s Chronicles”
atau James Patterson’s Maximum Ride, sedikit banyak juga
mengangkat tema serupa. Lalu apa yang membuat kisah ini berbeda dengan
kisah-kisah yang kusebutkan sebelumnya ? Jujur, saat ini diriku belum bisa
memberikan apresiasi lebih mengingat perkembangan karakter serta alur kisah
dalam buku pertama ini masih bisa dikatakan terasa ‘belum matang’ ...
Banyak hal serta detil
yang belum jelas selain pergulatan batin yang dituturkan melalui sudut pandang
sosok Adelina Amouteru. Namun ada catatan khusus dari penulis yang menyatakan
bahwa ia ‘sengaja’ menulis kisah ini dari sudut pandang karakter non-heroic
alias bukan sebagai pahlawan (heroine), dan hal ini menjelaskan mengapa
perjalanan kehidupan Adelina mirip episode balas dendam karakter Count of
Monter Cristo karya Alexander Dumas atau karakter ValJean dari Les Miserables
karya Victor Hugo (juga merupakan salah satu sumber inspirasi penulis saat
menulis Legend Trilogy). And again, hal ini tak bisa kunilai sebelum membaca
keseluruhan kisah selengkapnya. Maka akan kunantikan kelanjutan kisah ini
dengan pemikiran terbuka serta harapan semoga kisah-kisah selanjutnya bisa
memenuhi ekspektasiku, bahkan melebihi Legend Trilogy <(^_^)> Can’t wait
for the sequels !!!
About the Author :
Marie Lu is
the art director at Online Alchemy, a video game company, and also owns the
children’s brand Fuzz Academy. She was first inspired to write Legend while watching
Les Miserables one afternoon, and wondered how the relationship between a
famous criminal vs. a prodigious detective might translate into a more modern
story. She graduated from the University of Southern California in 2006 and
lives in Los Angeles, California.
[
more about this author & related works, just check at here : Marie Lu |
on Goodreads |
on Wikipedia | at Twitter | at Facebook ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/