Books
“SEKOLAH KENGERIAN”
by Gitty Daneshvari
Text copyright © 2009 by
Cat on a Leash, Inc.
Penerbit Matahati
Alih Bahasa : Maria M.
Lubis
Editor : Nadya Andwiani
Proofreader : Nani
Layout : MAB
Desain Sampul : Dwi Siti
Aisyah
Cetakan I : Maret 2011 ; 348
hlm ; ISBN 978-602-8590-27-4
Harga Normal : Rp. 55.000,-
~ SEMUA ORANG TAKUT
TERHADAP SESUATU ~
Pernah mendengar sesuatu
yang disebut sebagai ‘fobia’ ? Suatu kondisi khusus yang dialami sebagian besar
manusia, yang mengalami rasa takut berlebihan terhadap hal-hal tertentu. Pada
dasarnya, setiap manusia dipastikan memiliki ‘ketakutan’ tersendiri, namun pada
mereka yang menderita ‘fobia’ – hal tersebut tidak lenyap begitu saja seiring
pertambahan usia atau perjalanan waktu, bahkan ada yang menghabiskan hidupnya
untuk berjuang melawan ‘phobia’ melalui terapi secara rutin, dan beberapa tidak
mampu ‘pulih’ atau disebut ‘sembuh’ dari kondisi tersebut sepanjang hidupnya.
Ini adalah kisah tentang 4
orang anak yang mengalami ‘fobia’ akut sepanjang hidup mereka. Di London, Madeleine
Masterson, gadis berusia 12 tahun ini bisa saja menjalani kehidupan normal,
memiliki paras menarik, ramah, baik hati dan otak cemerlang, serta kedua
orangtua yang sangat menyayanginya. Namun kasus ‘fhobia’ yang membuatnya
senantiasa dihantui oleh serangan serangga, laba-laba, dan kumbang, merubah
dirinya menjadi sosok aneh dengan cadar menutupi kepala dan wajah serta kaleng
aerosol yang selalu siap disemprotkan dimana pun ia berada, untuk menjauhkan
segala jenis serangga, dan makhluk-makhluk menakutkan lainnya.
Sedangkan Theodore
Bartholomew – bungsu dari 7 bersaudara, telah membuat ‘gila’ keluarganya akibat
rasa cemas dan takut akan kematian yang mendadak menjemput keluarganya
sewaktu-waktu. Bocah berusia 12 tahun yang tinggal di Manhattan ini, bahkan
membuat keributan besar saat melaporkan ‘kehilangan’ kedua orangtuanya, hanya
karena ia tak bisa (selalu) menghubungi mereka melalui telepon saat mereka
sedang berlibur. Sekitar 288 km dari Manhattan, dimana Lucy ‘Lulu’ Punchalower
bersama keluarganya tinggal, sifat Lulu yang keras kepala dengan ‘fobia’
terhadap ruang-ruang sempit tertutup, akhirnya memuncak saat kepala sekolah
menjatuhkan ultimatum ‘ketidak-patuhan’ Lulu selama menjalani pendidikan.
Garrison Feldman adalah
remaja tampan dan cukup populer terutama di sekolahnya, sebagai bintang atlet
dan olahraga di usianya ke-13. Namun ada satu rahasia besar yang menghantui
dirinya, ia sangat ‘takut’ pada air (hidrofobia), terutama air dalam jumlah
besar seperti kolam, danau, sungai dan tentu saja laut – hal yang sangat
mengerikan mengingat ia tinggal di kawasan Miami, Florida. Tiada yang
mengetahui kondisinya, hingga suatu saat Gary tanpa sengaja menemukan situs
tentang penyembuhan kasus-kasus fobia akut, dan mendorong dirinya untuk
mengungkapkan kebenaran pada kedua orang tuanya, sekaligus meminta ijin untuk
menjalani terapi khusus di tempat yang disebut sebagai Sekolah Kengerian.
Jauh di pelosok kawasan
Massachusetts Barat Laut, ada sebuah kota kecil bernama Farmington yang tidak
tersentuh dengan kehidupan modern. Dan di bagian terjauh kota ini, terletak di
sebuah plato seluas 4 ekar dengan tebing-tebing granit setinggi 6o meter nan
curam, di bagian tertinggi inilah Summerstone berada. Pemilik Summerstone
adalah Mrs. Wellington – janda Harold Wellington yang sengaja membangun tempat
tetirah bagi istri tercintanya, Edith. Semasa hidupnya, pasangan ini menjalani
kehidupan menyendiri, dan saat Harold meninggal, keunikan dan sifat eksentrik
Mrs. Wellington semakin meningkat. Dan kini bagi kalangan tertentu, Summerstone
adalah Sekolah Kengerian yang dikelola oleh Mrs. Wellington secara rahasia.
“Sekolah Kengerian adalah suatu institusi yang sangat selektif, dikelola oleh Mrs. Wellington yang sangat ahli, ditujukan untuk membasmi ketakutan anak-anak melalui metode-metode yang tidak ortodoks. Segelintir orangtua, dokter, alumni, dan guru yang mengetahui keberadaan kami sangat berhati-hati untuk menjaga anonimitas kami. Maka hanya calon murid yang telah diseleksi dan dipilih yang bisa diterima dalam kursus musim panas di Sekolah Kengerian.”
Apa yang terjadi saat 4
remaja yang asing satu sama lain, berkumpul dalam suatu tempat yang aneh demi
menyembuhkan ‘fobia akut’ yang mereka derita sekian lama ? Sekolah Kengerian
yang menjanjikan pemulihan atau setidaknya mendekati kondisi normal layaknya
remaja seusia mereka, ternyata merupakan bangunan super aneh, menakutkan yang
dimiliki Mrs. Wellington yang ternyata merupakan kepala sekolah, guru sekaligus
mentor dengan metode-metode yang tidak mampu dibayangkan dapat membantu
pemulihan 4 remaja ini. Dalam sekejab
mata, baik Madeleine, Theo, Lulu dan Garrison menyadari bahwa mereka ‘terjebak’
dalam kurun waktu yang cukup lama di tempat yang jauh dari bayangan mereka.
Summerstone adalah
bangunan yang sangat besar, terletak di lokasi terpencil, tanpa satu pun alat
komunikasi modern dengan dunia luar, dihuni oleh Mrs. Wellington beserta
seorang pelayan, merangkap koki dan penjaga, sosok pria tua botak bernama Schmidty
yang ahli dalam menyajikan sandwich Casu Frazigu (terbuat dari keju belatung
yang sangat memuakan) kegemaran Mrs. Wellington dan seekor anjing bernama
Macaroni, yang diakui sangat cerdas dan terlatih sebagai bagian tim pelatihan
di Sekolah Kengerian (walau hal tersebut tidak mampu dibuktikan secara langsung
oleh ke-4 remaja yang terperangkap di sana).
Sekolah Kengerian
dipastikan merupakan tempat yang tidak akan pernah didatangi secara sukarela,
seandainay saja ke-4 bocah itu mengetahui situasi sebenarnya. Sayangnya meereka
terperangkap tanpa mampu keluar begitu saja hingga masa pelatihan usai. Dan
seakan hal tersebut belum cukup mengerikan, situasi bertambah buruk saat
mendadak muncul penyusup di Summerstone, disusul dengan kematian mendadak Mrs.
Wellington. Madeleine, Theo, Lulu dan Garrison dihadapkan pada kenyataan bahwa
mereka harus bersatu padu menyelamatkan Macaroni – anjing aneh sekaligus
pewaris utama harta kekayaan Mrs. Wellington yang diculik oleh oknum serakah
nan keji (setidaknya demikian bayangan yang mereka miliki).
Ok, sejak awal diriku
sudah mengetahui bahwa ini adalah jenis bacaan untuk ‘middle-grade’ namun rasa
penasaran akan tema menyangkut ‘fobia’ membuatku akhirnya melahap kisah ini.
Dan benar sekali, ide dan temanya mengundang rasa penasaran, apalagi ‘fobia’
yang ditampilkan oleh ke-4 remaja tokoh utama kisah ini lumayan ‘aneh’ –
dipastikan diriku ingin tahu bagaimana
cara ‘menyembuhkan’ kondisi-kondisi tesebut. Sayangnya, daya tarik tersebut
tidak mampu bangkit lebih dari sekedarnya akibat penyajian yang membuatku kurang
nyaman. Apakah faktor terjemahannya, well, diriku cukup sering membaca karya
sang penerjemah dan tidak pernah ada keluhan, namun khusus buku ini benar-benar
membuatku mengerutkan dahi berulang kali.
[ source ] |
Jika bukan dari ‘faktor
terjemahan’ maka gaya penuturan yang dipilih sang penulis benar-benar ‘tidak
nyaman’ alias kacau-balau. Bayangkan jika sedang mengikuti serangkaian kalimat
dan membayangkan suatu adegan, mendadak terputus begitu saja tanpa penjelasan
dan beralih pada dialog yang berbeda. Dan ini terjadi berulang kali, bisa
kukatakan seperti mengikuti ‘kelinci yang melompat kesana-kemari’ dan dampaknya
membuatku kelelahan sebelum finish #fyuihh. Faktor lain yang juga terasa kurang
tepat, dialog-dialog langsung yang terangkum dalam percakapan antara ke-4 tokoh
remaja ini, entah mengapa aneh jika membayangkan dialog ini dilakukan oleh
remaja. Singkat cerita, ini merupakan sajian kisah yang super aneh dan kurang
menyenangkan, setidaknya tidak memenuhi bahkan hanya separuh dari imajinasiku
#pembacakecewa \(-__-)/
Judul Asli : SCHOOL OF FEAR
[ book 1 of School of Fear Series ]
by Gitty Daneshvari
Rate : 2.5 of 5
[
more about this author & related works, just check at here : Gitty Daneshvari | on
Goodreads | at Facebook
| at Twitter ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/