Translate

Showing posts with label My Project 2012. Show all posts
Showing posts with label My Project 2012. Show all posts

Sunday, July 1, 2012

Winners of MONTHLY GIVEAWAY CHALLENGE 2012




Hi Fantasy Lover,

saatnya mengumumkan para Pemenang Monthly Giveaway Challenge yang diadakan di blog My Fantasy Dreamland yang bekerjasama dengan Bonmedo Tambunan, penulis kisah Xar & Vichattan yang akan menjadi hadiah bagi para pemenangnya.


Untuk Pemenang Pertama Pilihan Juri adalah : 
 
MANIKMAYA, dengan mantra : 

Wahai Amor, sang makhluk cahaya, lambang cinta kasih manusia.

Wahai Pietas, sang makhluk cahaya, lambang kesetiaan manusia pada Sang Alpha.

Wahai Statera, sang hakim agung, sang pembawa keseimbangan.

Ijinkan aku haturkan puja dan puji pada para dewa.

Guna tercapailah tujuan yang aku panjatkan dalam permohonan hati.

Oleh berkah para dewa, bangunlah Yang Mulia Boru!

Sudah saatnya anda kembali menantang dunia!

Menantang dunia Xar dan Vichatan sekali lagi!

Dalam gelap dan cahaya, kelam dan remang dunia ini sekalipun

tiada satupun yang dapat menghentikan langkah anda!

Untuk Pemenang Kedua Hasil Undian jatuh pada : 

DION YULIANTO, dengan mantra : 

Cao jar ling, ada keong ngejar maling
Siapa nggak bangun dilempar piring
Si Xar berangkat ke kebun
Yang Mulia Boni cepatlah bangun
Penginapan heboh, si Statera punya rumor
Konon dikata, Yang Mulia dipanah Dewa Amor
Buka mata Anda yang mulia, yang penuh akan cahaya
Pietas menunggumu, Vichattan hendak menggelar periksa
Demi memperjelas rumor gelap itu. 

SELAMAT KEPADA PARA PEMENANG (^_^),  harap konfirmasi 1 (satu) buah judul buku yang dikehendaki dari seri Xar & Vichattan, dan jangan lupa sertakan data alamat lengkap untuk pengiriman.


Bagi yang belum menang, jangan khawatir karena setiap bulan pasti ada Giveaway yang menarik di blog ini ... jadi 'pantengin' terus perkembangan dan postingan di blog My Fantasy Dreamland 

Best Regards, 
* Hobby Buku * 
 

Wednesday, June 13, 2012

MONTHLY GIVEAWAY CHALLENGE


Masih dalam program Quest of the Month ( QtM ) untuk bulan Juni 2012, blog My Fantasy Dreamland bekerjasama dengan tamu khusus : Bonmedo Tambunan, hendak memberikan apresiasi bagi bagi pecinta fantasi di seluruh Indonesia. Dan pada kesempatan ini, program Giveaway Challenge June QtM memperebutkan : 

~ 2 ( dua ) buah buku seri Xar & Vichattan bertanda tangan Bonmedo Tambunan ~ untuk dua orang pemenang yang boleh memilih sendiri judul yang diminati (^_^)

Bagaimana cara mendapatkannya ? Ada 2 cara untuk mendapatkan hadiah tersebut. Pertama mengikuti kontes 'Mantra" di bawah ini ; dan Kedua melalui Undian. 

Prolog : 
Alkisah suatu pagi di sebuah toko buku baru di negeri Peri, sang pemilik sedang kebingungan karena hari ini akan ada program launching tokonya untuk umum. Masalahnya pada pintu gudang tempat buku-buku itu tersimpan. Pintu itu merupakan pintu gaib yang hanya bisa dibuka oleh mantra sihir yang sangat kuat. Sang pemilik khusus memesan pintu bermantra itu pada penyihir Luar Biasa di Awang-Awang. 

Supaya tidak terlupa, karena sang pemilik agak sedikit linglung, ia menulis isi mantra itu di selembar perkamen khusus yang disembunyikan di tempat rahasia. Dan pagi ini ia tak bisa mengingat di mana perkamen tersebut disembunyikan. Untuk menghubungi kembali sang penyihir Luar Biasa butuh waktu lama karena ia berada di Awang-Awang yang sangat jauh, dan sebentar lagi toko akan segera dibuka ... 

Ada cara lain untuk membuka pintu itu, dengan meminta bantuan Djinn Raksasa Boni yang memiliki kemampuan sihir untuk membuka pintu apa saja. Permasalahannya, sang Djinn suka tidur, jika sudah tertidur bisa berabad-abad kemudian baru ia terbangun. Yang bisa membangunkannya dengan cepat hanyalah 'mantra-mantra sihir' yang disusun atas beberapa kata kunci. Karena sudah putus asa,  pemilik toko mengadakan sayembara bagi para penyihir muda untuk membuat dengan segera 'mantra' yang mampu membangunkan sang Djinn ... 

Hadiah : 
Pemilik akan menyediakan 2 (dua) buah kitab panduan sihir yang berharga bagi para peserta yang sanggup memenuhi tugas tersebut, nah, bersediakah Anda para penyihir muda melaksanakan tugas ini ??

Syarat : 
Mantra yang harus dibuat harus memiliki kata-kata kunci : Xar ; Vichattan ; Amor ; Pietas ; Statera ; Cao ; Gelap  ; Cahaya ; ditulis dalam kalimat minimal 5 baris dan maksimal 10 baris ; jangan lupa sebutkan panggilan bagi 'Yang Mulia Boni' supaya sang Djinn bersedia bangun. 

Prosedur : 
  1. Peserta harus berasal dari negara yang sama ( domisili Indonesia ).
  2. Peserta harus mengirimkan 'mantra-mantra' buatannya di kolom komentar postingan di bawah  ini. 
  3. Peserta harus melengkapi form data yang terlampir di bawah ini ( ikuti petunjuk yang ada di dalamnya )
  4. Akan dipilih 1 (satu) pemenang "Mantra" terbaik dan 1 (satu) pemenang Harapan lewat undian (dengan catatan keduanya telah memenuhi persyaratan di atas)
  5. Giveaway Challenge ini berlangsung mulai tanggal 13 Juni - 27 Juni 2012 ( ditutup tepat pada pukul 00.00 wib ).
  6. Pemenang yang terpilih akan diumumkan di blog | FB | twitter Hobby Buku, jika dalam waktu 2 x 24 jam pemenang tidak memberikan konfirmasi setelah pengumuman, maka akan dialihkan pada pemenang lain. 
Best Regards, 
* Hobby Buku * 

  
a Rafflecopter giveaway

Tuesday, June 12, 2012

QtM "XAR dan VICHATTAN with Bonmedo Tambunan"


Dear Fantasy-Mania, 
Mulai bulan Juni 2012, Hobby Buku akan menampilkan 'tamu' yang akan dibahas secara lebih dalam lewat kedua blog fantasi, blog "My Fantasy Dreamland" (khusus bacaan serial) dan blog "Alice's Wonderland" (khusus bacaan non-serial).

Tema yang bertajuk "Quest of the Month" (QtM) ini akan tampil untuk memberikan informasi lebih dari sekedar review bacaan biasa, melingkupi semua topik yang berkaitan seputar dunia buku.

Dan untuk permulaan awal di bulan ini, lewat blog My Fantasy Dreamland akan dimuat tentang buku-buku fantasi karya anak bangsa (bukan buku terjemahan) serta pengenalan lebih lanjut tentang buku, penulis serta dunia seputar topik tersebut. Saat ini target minimal sebulan sekali akan diundang 'tamu' baru untuk diperkenalkan lebih dalam kepada para penggemar fantasi di mana saja. 

Nah, tanpa menunggu lebih lama, yuk kita segera bertemu dengan tamu di blog Hobby Buku ini ...

 
Bonmedo Tambunan, pria yang akrab dipanggil dengan nama Boni ini lahir di Jakarta, pada tanggal 24 januari 1976. Saat ini selain menekuni hobinya sebagai seorang penulis, Boni juga berprofesi sebagai banker di salah satu bank berskala international di Jakarta. 

Pria yang mempunyai hobi membaca, bermain game, dansa ballroom, dan menulis ini mengaku tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang penulis. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di Jakarta (1993), Boni melanjutkan pendidikannya di bidang komputer dan bisnis di salah satu universitas di Amerika (1993-1977). Di sanalah Boni mulai menekuni hobi menulis yang kerap dilakukannya untuk mengisi waktu luang di sela-sela kuliah. 

Terinspirasi oleh buku-buku seperti The Lord of The Ring Trilogy, The Hobbit, dan serial The Wheel of Time, Boni lalu memilih genre fantasi sebagai topik pilihan penulisannya. Cukup banyak yang dihasilkan, tetapi tidak pernah terpikir olehnya untuk menerbitkan karya-karya tulisnya itu. Bahkan kemudian karya-karyanya itu sempat terlupakan di tengah kesibukan kerja dan hobi-hobinya yang lain. 

Di tahun 2009, salah satu karyanya yang berawal dari keisengannya mengikuti sebuah lomba menulis di internet sewaktu masih kuliah, berhasil diterbitkan. Novel fiksi fantasi Xar & Vichattan – Takhta Cahaya, yang diterbitkan oleh Adhika Pustaka adalah buku pertamanya, yang kemudian dilanjutkan dengan buku kedua Xar & Vichattan : Prahara dan buku ketiga Empat Tubuh Statera. 

Boni juga aktif sebagai juri dari lomba menulis cerpen fantasi bertaraf nasional, yang diprakarsai oleh sebuah perkumpulan penulis fantasi Indonesia, Kastil Fantasi. Karya-karyanya berupa cerpen juga telah diterbitkan di dalam buku yang adalah hasil dari lomba tersebut, Fantasy Fiesta 2010 dan Fantasy Fiesta 2011.


Wawancara dengan Bonmedo Tambunan : 

Q : Hi Boni, sebagai seorang penulis tentunya suka sekali membaca buku, bacaan apa yang paling berpengaruh dalam pembuatan novel Xar & Vichattan ini, dan bisa sebutkan alasannya 

A : Betul sekali, Maria. Sejak kecil saya memang sudah suka membaca. Dan sebetulnya tidak hanya fantasi. Saya juga banyak membaca dari genre-genre yang lain. Mengenai bacaan apa yang paling berpengaruh di dalam pembuatan XV, ada beberapa. Salah satu yang paling berpengaruh adalah adalah novel seri Wheel Of Time, karya Robert Jordan. Dari seri ini saya belajar banyak untuk mengembangkan alur yang terpisah dan kompleks, sebagaimana juga yang saya terapkan di dalam XV terutama buku ke 2 dan 3. Lalu bacaan yang lain adalah Dungeon & Dragon series, Dragon Lance series, dan juga Lord of the Ring, di mana saya banyak mengembangkan karakter-karakter fantasi saya dengan berbasiskan seri2 yang saya sebut di atas, tentunya dengan menambahkan variasi saya sendiri.


Q : Apakah ada buku bacaan yang paling berkesan semasa kecil ? 

A : The Hobbit karya J.R.R. Tolkien 

Q : Dari mana ide awal pembuatan kisah Xar & Vichattan ini ? Apakah tokoh utama yang masih anak-anak ini mengambil dari contoh kesuksesan kisah Harry Potter ?

A : Apakah mengambil dari contoh kesuksesan Harry Potter, sama sekali tidak. Xar & Vichattan sudah dibuat konsep awalnya sejak tahun 1993/1994, jauh sebelum masa kepopuleran Harry Potter.

Ide awal cerita XV sebetulnya sangat sederhana. Kebetulan saya iseng-iseng ikutan nanowrimo, yaitu ajang menulis bersama di internet, yang bertujuan untuk memancing penulis untuk actually 'menulis'. Buat yang belum tahu apa itu nanowrimo, bisa melihat di web National Novel Writing Month
. Intinya, orang2 yang ikut "nanowrimo" ini, harus memaksa dirinya untuk menulis 50,000 kata dalam waktu satu bulan. Bukan suatu tugas yang mudah tentunya. Dan karena itu ide awal yang ingin saya tampilkan untuk nanowrimo ini sangat sederhana, yaitu cerita empat orang anak yang bisa menyelamatkan dunia. Tetapi ternyata, di dalam perkembangannya, cerita yang bermula sederhana, berubah menjadi hidup, dan berkembang menjadi sekompleks cerita yang sekarang. 

Q : Penggunaan nama dan istilah yang merupakan kombinasi antara bahasa asing dengan bahasa Indonesia apakah memang disengaja seperti itu ? Misalnya kombinasi panggilan Tiarawati Felicia au Keisia atau Biarawati Agung Mirell kar Illaisa ?

A : Jawabannya adalah Ya, itu disengaja. Saya mencoba membawa pembaca ke dunia yang lain, karena itulah saya menggunakan nama-nama yang asing kedengaran di telinga pembaca untuk dapat mewujudkan itu. Tetapi saya juga ingin agar pembaca, walaupun ini adalah fantasi, tapi bisa merasa bahwa cerita ini adalah real. Karena itu saya menggabungkannya dengan bahasa yg sudah akrab dengan telinga pembaca.

Q : Berapa sebenarnya usia Dalrin, Antessa, Kara dan Gerome ? Jika tidak salah Dalrin pernah disebutkan baru berusia 14 tahun di buku pertama, apakah berarti mereka berempat berusia sama ? Dan bagaimana dengan masalah ‘jatuh-cinta’ antara Dalrin dan Kara, bukankah mereka masih terlalu kanak-kanak untuk mengalami hal tersebut ?

A :  Ya, mereka berusia sepantaran, di usia 13-14 tahun pada saat XV dimulai. Cerita XV seri ahli waris cahaya, mengambil waktu 2-3 tahun. Dan pada saat masalah 'jatuh cinta' itu terjadi, masing2 sudah berusia 16-17 tahun, which is the right age. 

Q : Saat ini kisah Xar & Vichattan telah selesai sampai dengan buku ketiga, apakah ada rencana dalam waktu dekat membuat sekuel atau bahkan prekuel dari Xar & Vichattan ? 

A : Rencana tentunya ada. Banyak aspek yang masih bisa dikembangkan dari XV. Tetapi dalam waktu dekat ini saya sedang mengerjakan proyek yang lain.

Q : Apa proyek baru yang sedang dikerjakan dalam tahun 2012 ini ? 

A : Ada beberapa sebetulnya. Ada pengembangan dari cerpen Rhytma yang terbit di dalam Anthology Fantasy Fiesta 2010. Ini penggabungan antara dunia dansa ballroom yang juga saya geluti, dengan fantasi. Juga saya tergabung sebagai salah satu juri di dalam lomba menulis cerpen Fantasy Fiesta 2012. Dan ada beberapa proyek lain yang masih belum dapat saya share sekarang.

Thirty days and nights of literary abandon

Q : Wah, sepertinya menarik kisah tentang dunia dansa ballroom 'mixed' dgn fantasi, berarti dari ide awal cerpen tersebut akan dikembangkan menjadi sebuah novel ? 

A : Ya, sekarang saya sedang mencoba mengembangkan cerpen Rhytma menjadi sebuah novel. Masih berjuang, tapi hopefully dapat selesai dalam waktu dekat.

Q : Tampaknya selain proyek penulisan pribadi, Boni juga sangat tertarik untuk membantu calon-calon penulis melalui lomba penulisan Fantasy Fiesta ini, adakah saran atau masukan bagi mereka ? 

A : Jawaban saran buat penulis fantasy: ini lebih untuk penulisan cerpen dalam ajang Fantasy Fiesta:
1. Konfliks pada cerita harus disesuaikan dengan target panjang cerita. Berhubung ini cerpen, dengan jumlah kata yang terbatas, hindari untuk membuat cerita yang terlalu kompleks, dan terlalu banyak karakter di dalamnya.
Ini untuk mencegah terjadinya cerita yg terasa tidak selesai, dan/atau banyaknya karakter yang tidak cukup mendapatkan karakterisasi.
2. Perhatikan Logika dari cerita. Cerita fantasi yang baik adalah cerita yang walaupun 'out of this world' tapi terasa masuk di akal. Walaupun ini cerpen, kembali dengan jumlah kata yg terbatas, penulis diharapkan untuk dpt membuat pembacanya masuk dan mengalami fantasi yg ada. Keep asking "why" dan "how" setiap kali Anda menuliskan sesuatu yg fantastis, dan mencoba untuk menuliskan jawabannya di dalam cerita, adalah salah satu cara untuk menjaga Logika di dalam cerita. Hindari berasumsi bahwa pembaca tahu apa yang anda maksud, tanpa menuliskannya di dalam cerita.


Jika Anda ingin berkomunikasi langsung dengan Bonmedo Tambunan, silahkan langsung menghubungi :
Akun FB : Bonmedo Tambunan
Akun Twitter : @Bonmedo

Best Regards,
* Hobby Buku *

Books "XV - TAKHTA CAHAYA"


Judul : XAR dan VICHATTAN – TAKHTA CAHAYA
( book 1 from Ahli Waris Cahaya Series )
Copyright © by Bonmedo Tambunan
Penerbit Adhika Pustaka
Editor : Lutfi Jayadi & Ratri Adityarani
Editor Revisi : Arie Prabowo & Leony Siregar
Illustrasi Sampul : Hendryzero Prasetyo dan Eko Puteh ( Imaginary Friends Studios )
Cetakan II : Juli 2010 ; 344 hlm 

Prolog :
Ini adalah sebuah kisah fantasi tentang perseteruan antara ‘baik’ dan ‘jahat’ ; antara ‘putih’ dan ‘hitam’ ; antara ‘pahlawan’ dan ‘penjahat’ ; antara ‘kasih’ dan ‘benci’. Namun pada akhirnya tiada lagi perbedaan di antara mereka, karena pada dasarnya semua bersumber dari asal yang sama, satu dengan yang lain tak dapat dipisahkan karena keseimbangan semesta akan terganggu. Looks like a very simple topic, but yet so hard to accept by humans mind, ‘cause the process living it – not so simple any more. It’s a story about Xar and Vichattan!

Sinopsis :
Alkisah di suatu tempat di semesta ini, terdapat suatu peradaban manusia, yang telah hidup berdampingan bersama makhluk hidup serta entitas lain, secara damai dan saling mengisi satu sama lain, hingga suatu saat keseimbangan itu terganggu, dan perpecahan mulai terjadi. 

Kuil Cahaya – dulu tempat ini merupakan sumber kekuatan tak ternilai bagi kehidupan semesta. Berdampingan dengan Kuil Kegelapan, perpaduan kekuatan sihir di antara mereka menjaga kelangsungan peradaban makhluk hidup. Hingga saat perang akbar yang menoreh garis hitam dalam sejarah, pertempuran hidup-mati antara Cahaya dan Gelap. Pada akhirnya Gelap kalah, terusir dan terbuang di dunia lain – dunia perbatasan sebagai tahanan selamanya. Cahaya telah menang, namun memakan korban tidak sedikit, termasuk sang pemimpin pendeta wanita Luscia. Maka cahaya Kuil Cahaya meredup, menjadi reruntuhan yang entah kapan terbangun kembali. 

Kuil Xar – merupakan kediaman para Ka-Xar (pasukan yang memiliki kekuatan tempur serta teknik bela diri) dan Es-Xar (pasukan yang terlatih dalam penggunaan sihir tingkat tinggi) di bawah pimpinan Biarawati Agung Mirell. Para pasukan Kuil Xar telah terlatih untuk menggunakan tenaga inti yang terdapat di dalam setiap tubuh manusia, suatu kekuatan dahsyat yang jika dikendalikan dengan pelatihan khusus, akan menjadikan orang tersebut memiliki ketahanan dan penguasaan atas kekuatan tak terbatas yang luar biasa. Namun pada suatu malam, kedamaian dan ketenangan Kuil Xar dipecahkan oleh insiden aneh yang menyerang Biarawati Agung Mirell. Akibatnya, sang biarawati segera memerintahkan pasukan khusus berangkat menuju Kerajaan Vichattan. Bencana besar akan segera membayangi kedamaian mereka semua.   

Kerajaan Vichattan – sebuah kota besar yang dibangun dan dilindungi oleh kekuatan sihir yang sangat besar. Semua penghuninya telah mempelajari dan menerapkan penggunaan sihir dalam kehidupan sehari-hari. Karena sihir Vichattan menggunakan sumber dari kehidupan di lingkungan sekitar, maka kekuatan mereka semakin meningkat seiring dengan kedamaian dan kemakmuran yang dialami. Dipimpin oleh Penasehat Utama Magdalin au Yamenti atau yang lebih dikenal sebagai Tiarawati Magdalin, seorang pemimpin yang tangguh dalam mengatur rencana maupun kekuatan sihir. Tapi kedamaian di Vichattan akan segera terusik. Kedatangan rombongan pasukan Kuil Xar bukan saja membuat heran semua orang, juga bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi ? Tanpa menyadari ancaman bahaya sudah di ambang pintu.

Kuil Xar dan Kerajaan Vichattan yang telah hidup berdampingan selama bertahun-tahun, mengandalkan pada kekuatan Cahaya, memulihkan kehidupan yang musnah terjadi akibat pertempuran besar antara kekuatan Cahaya melawan kekuatan Gelap bertahun-tahun silam. Dan kini kabar tentang kebangkitan Kuil Kegelapan menerpa mereka semua. Tanpa ada tanda-tanda khusus, kekuatan Kegelapan telah menyerang. Para pimpinan Xar dan Vichattan yang memiliki kekuatan batin terkuat, lebih dahulu merasakan kengerian dan ketakutan akan besarnya ancaman yang akan menimpa mereka semua. Apakah mereka semua akan siap dalam menjalani kembali pertempuran hidup-mati yang telah memusnahkan hampir seluruh peradaban Cahaya bertahun-tahun silam ? 

Kuil Kegelapan – dulu pada saat pertama kali Kegelapan muncul sebagai pendamping Cahaya, perpaduan kekuatan mereka membuat kehidupan semesta berkembang hingga sebuah peradaban terbentuk. Namun seiring dengan waktu, terjadi perpecahan di antara dua kekuatan yang sama besar. Bukannya saling mendukung, justru satu sama lain saling berusaha menjatuhkan, keinginan menjadi penguasa tunggal atas kekuatan yang tak terbatas adalah pokok permasalahan. Akibatnya sungguh mengerikan, kehidupan serta peradaban yang telah susah payah dibentuk, justru hancur hampir tak tersisa akibat bentrokan kekuatan yang maha dahsyat. Dan setelah sekian tahun menghilang karena terkalahkan dalam pertempuran akbar itu, kini Kegelapan bangkit kembali, jauh lebih kuat dan mengerikan. Sang pemimpin Yang Mulia Khalash telah dikalahkan oleh pendeta Agung Luscia, kini kembali dan merencanakan pembalasan yang jauh lebih mengerikan dibandingkan pertempuran masa silam. 

Teror ketakutan dan kengerian mulai merajalela di antara Xar dan Vichattan. Dulu masih ada pendeta Agung Luscia dengan kekuatan Cahaya. Kini, hampir sebagian besar kekuatan itu menghilang, bersamaan dengan runtuhnya Kuil Cahaya. Apakah mereka akan sanggup menghadapi lawan yang sangat kuat ini? Tanpa disadari, pendeta Agung Luscia telah menduga bahwa Kegelapan akan muncul kembali. Maka ia telah menunjuk ahli waris cahaya baru, calon-calon terpilih yang akan memimpin Xar dan Vichattan, serta menjaga kelangsungan serta keseimbangan semesta. Mereka adalah Antessa kar Illaisa dan Dalrin uv Elaim dari Kuil Xar, serta Kara au Yamenti dan Gerome op Karlan dari Kerajaan Vichattan. Keempat ahli waris cahaya yang masih bocah ini mendapat panggilan khusus dari Roh Pendeta Agung Luscia, dan tugas awal yang menjadi tanggung jawab besar bagi mereka adalah membangun kembali Kuil Cahaya, membangunkan sang penjaga Cahaya : Amor dan Pietas. Dan perjalanan mereka segera mendapat berbagai rintangan dan halangan. Karena sang pangeran Kegelapan telah memerintahkan pasukan rahasianya untuk menghabisi nyawa keempat bocah itu, sebelum mereka mampu membangun kembali kekuatan Kuil Cahaya.  

Kesan :
Ini adalah novel fantasi karya anak bangsa yang pertama kubaca (^_^) ... Sekian lama diriku hanya ‘mau’ menikmati bacaan terjemahan, bukannya anti-produk-lokal, tapi entah mengapa sudah beberapa kali mencoba, tidak ada bacaan yang mampu membuatku ingin membacanya kembali atau bahkan sekedar mengingat pernah membacanya. Dengan perkecualiaan beberapa novel lokal terbitan lama pada era tahun 1970-1980, yang mampu mengusung tema-tema sederhana hingga lumayan problematik dengan ulasan kisah yang mengandung arti mendalam, sesuatu yang sayangnya seiring dengan perkembangan jaman serta pergeseran generasi, berubah menjadi bacaan ‘sangat-sangat ringan’, lebih humoris dengan gaya bahasa yang meremaja, namun jiwa serta isi di dalamnya terasa sangat kurang menurut seleraku, menjadi sebuah bacaan selingan yang tak akan menimbulkan kenangan. Dan di tahun 2012 ini, melihat maraknya perkembangan genre novel karya anak bangsa, maka kucoba kembali beberapa novel karya asli, dan salah satu yang mendapat kesempatan pertama adalah serial Xar & Vichattan ini.

Dibuka dengan seting dan adegan yang lumayan seru, berlanjut dengan penggambaran masing-masing tokoh dan latar belakangnya, disertai dialog-dialog yang memberikan bayangan awal, bagaimana kisah ini mulai tersusun. Perbedaan novel jenis drama dengan novel epik fantasi seperti ini adalahnya banyaknya elemen yang harus dimasukan secara bersamaan, namun jangan sampai membuat pembaca semakin bingung atau bahkan bosan dengan detil yang tidak perlu. Dan harus kuakui, penulis mampu menghindari jebakan ini dalam 10 halaman pertama (ingat kesan awal ibarat pintu pembuka yang mamutuskan apakah kita akan terus masuk atau mau ‘ngeloyor’ keluar dan singgah ke tempat lain). Meski ada beberapa penyampaian yang terasa janggal, kemungkinan lebih karena diriku belum terbiasa dengan format dan penggunaan kalimat ‘lokal’ dibandingkan hasil terjemahan yang rata-rata harus sesuai dengan text-book. Dan kebetulan yang kubaca adalah edisi revisi, sehingga gangguan terutama ‘typo’ sangat sedikit untuk dapat mengusik kenyamanan dalam menyelesaikan novel ini. 

Tema yang dibawakan sangat simple dan memang menjadi tema dominasi karya fantasi, perang antara baik dan jahat. Tapi dalam kisah Xar & Vichattan ini, sesuatu yang tampak simple, tidak hanya dapat diselesaikan secara simple pula. Karena melibatkan unsur ‘manusiawi’ pada makhluk hidup, di mana pergolakan batin serta pencarian jati diri merupakan proses yang memakan waktu dan harus melalui pengorbanan yang tidak sedikit. Ibarat pepatah mengatakan bahwa sebuah proses pembelajaran baru dikatakan berhasil jika seseorang mengalami kegagalan, namun mampu bangkit kembali dari belajar dari sisi yang berbeda. Kegagalan sebagai suatu pembelajaran yang harus diterima bukan dijadikan beban yang menghambat perjalanan. 

Dan penulis memberikan ‘beban’ tambahan bagi para pembaca dengan memberikan porsi pemeran utama pada dua pasang bocah yang masih terhitung ‘hijau’ dalam kematangan pikiran serta penguasaan jiwa, namun kondisi memaksa mereka untuk segera ‘dewasa’ melebihi batas usia. Bagaimana para pembaca tidak akan tersentuh dengan kepolosan dan penderitaan yang mereka alami? Terbukti dengan kesuksesan kisah Harry Potter atau mungkin lebih tepat disebut kumpulan kisah kemalangan bocah bernama Harry Potter ... Mengapa hal ini bisa menjadi tema yang mampu menyentuh, karena tragedi serta kesedihan, akan jauh lebih lama ‘mengendap’ dalam benak manusia ketimbang tema kebahagiaan atau keceriaan. Nah, bukan berarti kita lantas harus senantiasa mencari tema-tema seperti ini, hanya sekedar pengamatan diriku sebagai pembaca dan penikmat buku (^_^). Selanjutnya, bagaimana kesanku setelah membaca buku pertama kisah ini ? Yang dapat kukatakan hanya “Tak sabar untuk segera melanjutkan kisah Xar & Vichattan ke buku kedua”

Tentang Penulis : 


Bonmedo Tambunan, pria yang akrab dipanggil dengan nama Boni ini lahir di Jakarta, pada tanggal 24 januari 1976. Saat ini selain menekuni hobinya sebagai seorang penulis, Boni juga berprofesi sebagai banker di salah satu bank berskala international di Jakarta. 

Pria yang mempunyai hobi membaca, bermain game, dansa ballroom, dan menulis ini mengaku tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang penulis. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di Jakarta (1993), Boni melanjutkan pendidikannya di bidang komputer dan bisnis di salah satu universitas di Amerika (1993-1977). Di sanalah Boni mulai menekuni hobi menulis yang kerap dilakukannya untuk mengisi waktu luang di sela-sela kuliah. 

Terinspirasi oleh buku-buku seperti The Lord of The Ring Trilogy, The Hobbit, dan serial The Wheel of Time, Boni lalu memilih genre fantasi sebagai topik pilihan penulisannya. Cukup banyak yang dihasilkan, tetapi tidak pernah terpikir olehnya untuk menerbitkan karya-karya tulisnya itu. Bahkan kemudian karya-karyanya itu sempat terlupakan di tengah kesibukan kerja dan hobi-hobinya yang lain. 

Di tahun 2009, salah satu karyanya yang berawal dari keisengannya mengikuti sebuah lomba menulis di internet sewaktu masih kuliah, berhasil diterbitkan. Novel fiksi fantasi Xar & Vichattan – Takhta Cahaya, yang diterbitkan oleh Adhika Pustaka adalah buku pertamanya, yang kemudian dilanjutkan dengan buku kedua Xar & Vichattan : Prahara dan buku ketiga Empat Tubuh Statera. 

Boni juga aktif sebagai juri dari lomba menulis cerpen fantasi bertaraf nasional, yang diprakarsai oleh sebuah perkumpulan penulis fantasi Indonesia, Kastil Fantasi. Karya-karyanya berupa cerpen juga telah diterbitkan di dalam buku yang adalah hasil dari lomba tersebut, Fantasy Fiesta 2010 dan Fantasy Fiesta 2011. 

Best Regards,
* Hobby Buku *

Books "XV : PRAHARA"


Judul : XAR dan VICHATTAN  - PRAHARA
( book 2 from Ahli Waris Cahaya Series )
Copyright © by Bonmedo Tambunan
Penerbit Adhika Pustaka
Editor : Arie Prabowo & Leony Siregar
Illustrasi Sampul : Hendryzero Prasetyo dan Eko Puteh ( Imaginary Friends Studios )
Cetakan II : Juli 2010 ; 432 hlm 

Prolog :
Pada mulanya adalah satu . Satu yang abadi, yang berjalan tak henti. Satu yang memutar takdir, sendiri, di dunia yang kosong sepi. Demikianlah satu sendiri, sampai kemudian datanglah dua. Dua yang sangat berbeda. Dua yang tak dapat bersua. Tetapi sesungguhnya dua adala satu. Satu yang saling menjelaskan. Satu yang saling mencipta. Tak ada dua tanpa satu, karena dua adalah satu. Satu yang sama, tetapi bertolak belakang.  – Niota. Waktu, Terang, dan Gelap
( ~ from Xar & Vichattan Ahli Waris Cahaya #2 : Prahara | p. 9 )

Sinopsis :
Keempat ahli waris cahaya Antessa, Dalrin, Kara dan Gerome berhasil menuntaskan tugas mereka. Amor dan Pietas – sang penjaga kekuatan Cahaya telah bangkit, Kuil Cahaya kembali hidup, dan kekuatan Gelap berhasil dipukul mundur. Namun keberhasilan itu bukannya tanpa pengorbanan besar. Kematian para pejuang pemberani yang mengorbankan nyawanya demi keberhasilan misi tersebut, menggelayuti hati para pengikut Cahaya. Dan salah satunya adalah Dalrin, masih terbayang di benaknya wajah sang ayah : Terma uv Elaim – Panglim  pemimpin pasukan Ka Xar, sesaat sebelum tubuhnya terjatuh ke bumi setelah menerima energi sihir kegelapan yang  menyerang para ahli waris cahaya. Demikian pula dengan Lahana au Tirelis – penasihat tinggi Vichattan, yang selama perjalanan melindungi keempat ahli waris cahaya, telah membina hubungan mendalam dengan sang Panglima yang bukan hanya gagah, pemberani, juga sangat setia pada misi dan tujuan hidupnya. 

Akan tetapi mereka semua harus segera mengendalikan perasaan, karena tugas mereka semua belum selesai. Persiapan awal sudah dilakukan, namun langkah berikutnya semakin sulit dan berat, dengan berbagai tantangan yang bisa membuat siapa saja ‘hampir menyerah’ berkali-kali. Terutama bagi para ahli waris dan penjaga Kuil Cahaya. Amor dan Pietas harus membagi waktu guna ‘menggembleng’ para ahli waris yang relatif masih bocah-bocah, yang masih suka bermain dan bercanda, membuat cadangan kesabaran menipis, apalagi mereka berpacu dengan waktu, karena Kegelapan juga pasti sedang menyusun strategi dan kekuatan. Dan karena faktor  waktu itulah, maka akhirnya diputuskan para ahli waris cahaya akan menerima tanggung jawab dan tugas yang berbeda-beda, dan masing-masing harus segera menemukan jawaban serta menuntaskan misinya. 

Dengan kepergian Antessa menuju tempat tersimpannya Kristal Utama guna memberikan kekuatan Cahaya bersama pasukan Peri, Dalrin kembali ke Kuil Xar untuk memulihan kekuatan inti Xar (sekaligus mencari jawaban atas keresahan yang melanda dirinya akhir-akhir ini), mereka berdua juga berpisah dengan Kara yang kembali ke Vichattan, tepatnya menuju Perpustakaan Rahasia di Istana Tiara, untuk mencari jawaban tentang Vesmir dan dunia lain dimana sumber pasukan kegelapan muncul. Sedangkan Gerome didampingi Amor menuju ke desa Galad untuk bergabung dengan pasukan penjaga menghadang serangan pasukan Kegelapan, meninggalkan Pietas menjaga kekuatan Kuil Cahaya.  

Kekuatan musuh semakin mendekat. Para panglima Perang Kegelapan yang telah lama lenyap kembali muncul setelah sekian lama, dan mereka semakin kuat. Yang Mulia Khalash memiliki rencana penghancuran total atas kekuasaan Cahaya, dan rencana utama semakin mendekati puncaknya. Persiapan para prajurit Kegelapan serta mata-mata yang telah ditanam dalam wilayah Xar dan Vichattan juga telah siap. Dan tugas para pewaris tahta Cahaya akan benar-benar mengalami rintangan berat, karena musuh sudah terlebih dahulu maju beberapa langkah guna menyabotase setiap langkah dan tindakan mereka.  Akankah para pejuang Xar & Vichattan sanggup menanggulangi gempuran demi gempuran, serangan demi serangan musuh dari luar maupun dari dalam oraganisasi mereka sendiri ?  

Kesan :
Dalam buku kedua ini, penulis memberikan kesempatan bagi para karakter untuk berkembang, dengan memecahkan perjalanan yang harus mereka tempuh. Jika sebelumnya Antessa, Darlin, Kara dan Gerome senantiasa bersama dan bersatu padu dalam memerangi musuh, maka kali ini mereka harus berjuang sendiri, mengambil keputusan yang bukan hanya menyangkut nasib diri sendiri tapi juga nasib banyak makhluk hidup lain. 

Bukan hanya mereka berempat yang menjadi sorotan, lewat berbagai tokoh-tokoh lain yang juga terlibat, terbentuk alur kisah perjalanan masing-masing yang meski berbeda satu sama lain, pada akhirnya saling membentuk keterkaitan. Ibarat potongan puzzle yang tercerai-berai, berbagai tanda tanya yang terbentuk selama proses membaca kisah ini, satu demi satu mulai terungkap. 

Dengan memanfaatkan momentum yang semakin lama semakin meningkat, ketegangan yang dibangun semenjak awal kisah ini mulai memenuhi benakku. Meski adegan yang terjadi terpisah-pisah antara Antessa, Dalrin, Kara, Gerome, serta para prajurit Xar maupun Vichattan, demikian juga peran para pelaku di belakang layar, baik dari pihak Kegelapan maupun pihak Cahaya, untaian kisah tetap terjalin dengan bagus, tanpa ada kesan terputus di sana-sini. Saranku bagi para pembaca yang akan memuali menikmati kisah ini, sebaiknya membaca ke-3 bukunya secara berkelanjutan, tanpa jeda terlalu lama, karena momen yang sudah terbentuk akan sedikit sulit jika terputus di tengah-tengah kenikmatan membaca kisahnya. 

Sedikit sekali yang bisa ku anggap sebagai ‘gangguan’, selain masalah ‘typo’, agak kesulitan mengingat nama-nama karakter yang lumayan panjang, maka kugunakan cara singkat seperti jika membaca kisah silat kuno atau melihat film silat (^_^) persamaan dengan begitu banyak karakter, bisa dipermudah dengan ‘membayangkan’ figur masing-masing (sama seperti jika menonton film, tak usah bingung dengan nama, cukup ingat wajahnya), dan gunakan nama-nama singkat atau panggilan / julukan yang lebih mudah untuk diingat. 

Dengan memasukan unsur ‘a little bit romance’ maka kisah ini juga menambah daya tarik bagi pembaca, meski semula diriku sedikit bingung, bukannya usia para pewaris cahaya ini belum memasuki akil-baliq ?? Well, mungkin semacam cinta platonik begitu ya. Dan semakin mendekati akhir buku kedua ini, ada sesuatuyang patut disoroti, perkembangan karakter tokoh-tokoh kegelapan entah bagaimana justru lebih menarik bagi diriku untuk mengetahui lebih lanjut. Mengapa ? Karena di balik segala tindakan mereka, ada beberapa alasan tersembunyi yang tidak semuanya merupakan tujuan yang mengarah pada kejahatan. Bahkan penggambaran pergolakan yang mereka alami, semakin menunjukkan betapa ‘manusiawi’ kondisi mereka ... entah bagaimana kelanjutannya, yang jelas ini adalah suatu hal yang bisa dikembangkan menjadi kisah yang jauh lebih menarik lagi. 

Tentang Penulis : 


Bonmedo Tambunan, pria yang akrab dipanggil dengan nama Boni ini lahir di Jakarta, pada tanggal 24 januari 1976. Saat ini selain menekuni hobinya sebagai seorang penulis, Boni juga berprofesi sebagai banker di salah satu bank berskala international di Jakarta. 

Pria yang mempunyai hobi membaca, bermain game, dansa ballroom, dan menulis ini mengaku tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang penulis. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di Jakarta (1993), Boni melanjutkan pendidikannya di bidang komputer dan bisnis di salah satu universitas di Amerika (1993-1977). Di sanalah Boni mulai menekuni hobi menulis yang kerap dilakukannya untuk mengisi waktu luang di sela-sela kuliah. 

Terinspirasi oleh buku-buku seperti The Lord of The Ring Trilogy, The Hobbit, dan serial The Wheel of Time, Boni lalu memilih genre fantasi sebagai topik pilihan penulisannya. Cukup banyak yang dihasilkan, tetapi tidak pernah terpikir olehnya untuk menerbitkan karya-karya tulisnya itu. Bahkan kemudian karya-karyanya itu sempat terlupakan di tengah kesibukan kerja dan hobi-hobinya yang lain. 

Di tahun 2009, salah satu karyanya yang berawal dari keisengannya mengikuti sebuah lomba menulis di internet sewaktu masih kuliah, berhasil diterbitkan. Novel fiksi fantasi Xar & Vichattan – Takhta Cahaya, yang diterbitkan oleh Adhika Pustaka adalah buku pertamanya, yang kemudian dilanjutkan dengan buku kedua Xar & Vichattan : Prahara dan buku ketiga Empat Tubuh Statera. 

Boni juga aktif sebagai juri dari lomba menulis cerpen fantasi bertaraf nasional, yang diprakarsai oleh sebuah perkumpulan penulis fantasi Indonesia, Kastil Fantasi. Karya-karyanya berupa cerpen juga telah diterbitkan di dalam buku yang adalah hasil dari lomba tersebut, Fantasy Fiesta 2010 dan Fantasy Fiesta 2011. 

Best Regards,
* Hobby Buku *

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...