Books
“PENCURI PETIR”
Judul Asli : THE LIGHTNING THIEF
[
book 1 of Percy Jackson & The Olympian Series ]
Copyright © 2005,
Rick Riordan
Penerbit Mizan Fantasi
Alih Bahasa : Femmy Syahrani
Editor : Soehindrati A. Shinta
Penyelaras Aksara : Alfiyan,
Indah
Ilustrasi Isi : Kebun Angan
Ilustrasi & Desain Sampul :
Kebun Angan
Cetakan I : Desember 2008 ; 458 hlm ; ISBN
978-979-433-540-6
Rate : 3,5 of 5
“Aku tidak pernah ingin jadi anak blasteran. Menjadi blasteran itu berbahaya. Menyeramkan. Sering bikin orang terbunuh secara menyakitkan dan mengerikan.” [ ~ Perseus ‘Percy’ Jackson | p. 1 ]
Nah, kalimat di halaman pertama
ini sudah langsung menarik perhatianku. Sepengetahuanku, menjadi anak blasteran
itu biasanya memiliki penampilan keren, cakep dan menarik, bahkan banyak yang
memimpikan terlahir sebagai keturunan blasteran ... lalu mengapa yang satu ini
justru menimbulkan reaksi sebaliknya ?
Ternyata kisah ini tentang perjalanan
anak-anak ‘blasteran’ yang tidak biasa. Mereka yang dijuluki ‘half-blood’ ini
mengalami proses kehidupan yang tidak semuanya menyenangkan, bahkan bisa
dikatakan mengundang mara-bahaya bagi diri mereka sendiri serta orang-orang
disekelilingnya. Karena para ‘half-blood’ ini merupakan putra-putri hasil
keturunan manusia serta dewa-dewi Yunani.
Bagi kalian yang belum pernah
mendengar nama Zeus, Poseidon, Hades, Hera, Artemis, Aphrodite, Athena, dll –
mereka ini adalah para Dewa-Dewi Penguasa Yunani yang memiliki jiwa Abadi alias
tidak pernah bisa ‘binasa’ plus mereka memiliki kekuatan mengendalikan alam
semesta yang ada di Bumi. Satu hal yang harus diketahui, meski para Dewa-Dewi
ini memiliki kelebihan dibandingkan manusia yang merupakan makhluk fana (alias
tidak abadi), ternyata mereka juga suka bertengkar, berkelahi dan saling
mencurigai satu-sama lain, yang membawa masing-masing pengikut serta keturunan
masing-masing acapkali bertengkar, berkelahi dan dalam skala lebih besar,
bertempur hingga salah satu ‘binasa’.
Percy Jackson – tokoh utama
dalam kisah ini semula hanyalah bocah berusia 12 tahun yang dapat dikategorikan
‘bermasalah’. Bukan saja ia mengalami kesulitan belajar akibat ‘disleksia’ yang
dideritanya, plus gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) yang
membuatnya sulit untuk duduk diam dan fokus pada satu hal dalam waktu tertentu.
Hal ini membuatnya harus sering pindah sekolah karena aneka ragam ‘kasus’ yang
membuatnya mendapat ‘cap’ nak bermasalah dan tak tertolong.
Hingga suatu hari, saat ia
berusaha menyelesaikan pelajarannya di Akademi Yancy – sekolah swasta terbaru
yang dimasukinya, muncul masalah besar yang membuat Percy, sekali lagi
dikeluarkan dari sekolah setelah guru Aljabarnya Mrs. Doods mendadak berubah
menjadi monster mengerikan yang menyerang dirinya di museum saat mereka
menjalani karyawisata. Keanehan demi keanehan muncul setelah peristiwa itu,
perilaku sahabatnya Gover serta guru sejarahnya Mr. Brunner, membuat Percy
semakin bingung serta penasaran.
Percy tak menemukan jawaban
dari misteri yang menyelubungi benaknya, hingga Gover mendadak muncul di tempat
liburan yang sedang dinikmati bersama ibunya. Menurut Grover, nyawa Percy dalam
bahaya, sehingga mereka harus menuju suatu tempat yang lebih aman. Segala
sesuatu berjalan dengan cepat, musuh yang tak diketahui, mendadak muncul dan
menyergap mereka, dan berhasil melukai ibu Percy hingga tewas dan lenyap. Percy
berjuang melawan monster yang berwujud Minotaur, dan berhasil mengalahkannya
saat kemarahan, ketakutan dan kesedihan membuat kekuatan Percy muncul dari
dalam dirinya.
Pingsan tak sadarkan diri,
Percy terbangun dan mendapati dirinya telah berada di dalam ‘Half-Blood Camp’ –
kamp dimana para Demigod (keturunan Dewa dan manusia) dilatih dan dibimbing
untuk memperkuat diri mereka dalam menjalani keseharian di dunia luar. Pada
saat inilah Percy menghadapi kenyataan pahit bahwa dirinya bukan manusia biasa,
melainkan salah satu dari kaum ‘blasteran’. Bahwa Grover sahabatnya ternyata
seorang ‘satir’ yang ditugaskan mengawasi dan menjaga dirinya. Dan Mr. Brunner
– guru sejarah favoritnya yang senantiasa duduk diatas kursi roda ternyata
seorang centaur yang ternama : Chiron – pembimbing para pahlawan seperti
Achiles dan Hercules.
Membaca nama-nama para tokoh
yang dikenal dalam mitologi Yunani, merupakan topik yang sangat kusukai, dan
ini juga salah satu alasan mengapa diriku memutuskan ‘koleksi’ serial ini
semenjak awal rilis edisi terjemahannya di tahun 2008 (jauh sebelum film
adaptasinya muncul lho), dan karena pengalaman ‘tak menyenangkan ‘ dari membaca
kisah Harry Potter yang harus menunggu minimal setahun untuk mengetahui
kelanjutan kisahnya, maka semenjak awal kuputuskan tidak membaca buku pertama
sampai serial terakhir kisah ini rilis (rencananya sekalian baca sampai selesai).
Dan ketika buku kelima akhirnya rilis di tahun 2010, nyaris kubuka dan kubaca,
namun kembali tertunda saat mendengar sekuel kisah ini ‘Hero of Olympus’ akan
rilis. Alhasil rencana menikmati petualangan Percy Jackson kembali tertunda
...hingga kini di kahir tahun 2013.
Mengapa akhirnya kuputuskan
membaca (meski ‘Hero of Olympus’ baru rilis sampai buku ke-3), salah satunya
karena sedang ‘bongkar-lemari’ dalam rangka ‘garage-sale’ – dan inilah mengapa
di akhir pekan ini diriku justru ‘marathon’ membaca petualangan Percy Jackson.
Sedangkan alasan kedua, karena diriku hendak menonton film adaptasi yang baru
rilis, rasanya kurang pas deh jika belum membaca bukunya (^_^) Ok, enough for a
very long excuses or the reason why I postpone this books so long to read. Now,
my thought about this stories : I like it !!! Bukan hanya karena menyinggung
dan mengupas tema mitologi Yunani, tetapi juga aksi petualangan yang lumayan
seru dari awal hingg akhir.
Satu-satunya ‘ganjalan’ dalam
menikmati edisi terjemahan ini, pemilihan gaya bahasa yang menggunakan
‘bahasa-gaul-remaja-Indonesia’ yang bukan ‘favorit-ku’ dalam segala jenis
bacaan (terutama edisi terjemahan). Kemungkinan hal ini disengaja untuk
mengikuti versi asli yang memang menggunakan ‘bahasa-gaul’ khas remaja Amerika.
Tetapi tentu saja kesan yang ditimbulkan dari dua jenis ‘bahasa gaul’ tersebut
sama sekali berbeda. Untung saja tidak semua kalimat dirubah menjadi semacam
‘bahasa-alay’ (yang masih sering kujumpai pada edisi terjemahan populer dari
penerbit ini).
Namun secara keseluruhan, kisah
ini masih bisa dinikmati sembari terkadang harus ‘mengernyitkan-dahi’ saat
mendapati versi-versi ‘gaul’ tersebut. Ganjalan lainnya, entah mengapa edisi
ilustrasi asli terutama bagian isi diganti dengan versi lain yang terus terang
tidak menambah ‘keindahan’ isi kisah ini. Seperti melihat coretan anak-anak
(read : children, not adult) yang beberapa diantaranya harus ‘main-tebak’ ini
gambar apa ya ?? (apalagi dalam versi hitam-putih yang kusam, semakin tidak
jelas makna gambar-gambar tersebut). Bukan berarti diriku anti ilustrator karya
anak bangsa, bahkan versi karya Sweta K. yang mengisi edisi terjemahan serial
Gideon the Cutpurse, maupun serial Black Magicians’ Trilogy hingga Young
Sherlock Holmes, masih lebih bagus dan menarik dibandingkan edisi ilustrasi
dalam serial ini.
Memang untuk buku-buku edisi
terjemahan (terutama kisah fantasi) tidak semuanya bisa memuaskan penggemar
(sekaligus kolektor), namun ada baiknya penerbit memperhatikan
‘kesalahan-kesalahan’ yang selalu tampak berulang pada edisi terjemahan buku
kategori populer. Sayang kan jika masuk kategori bestseller namun tidak
diadakan dalam versi yang lebih optimal. Bagi kalian yang tidak terlalu ‘rewel’
dengan hal-hal seperti ini, kujamin untuk ceritanya cukup menarik untuk
dinikmati dari buku pertama hingga terakhir. Dan satu hal, jangan hanya
menonton film adaptasinya, karena seperti biasa ...banyak sekali detail serta
hal-hal penting yang tidak diungkapkan dalam versi adaptasinya (^_^)
“Apakah kau tak merasakannya – kegelapan yang berkumpul, monster yang semakin kuat? Apa kau tak menyadari betapa sia-sia semuanya? Semua kepahlawanan – menjadi pion para dewa. Mereka semestinya sudah digulingkan ribuan tahun lalu, tetapi mereka bertahan, berkat kita anak-anak blasteran.” [ p. 441 ]
Tentang Penulis :
Rick Riordan, semula menjalani
profesi sebagai guru Sejarah dan Bahasa Inggris di sebuah sekolah menengah
negeri dan swasta di kota San Fransisko, Bay Area serta Texas selama 15 tahun,
hingga memperoleh anugerah Master Teacher Award dari sekolah Saint Mary’s Hall
pada tahun 2002. Karya fiksi dewasa yang ditulisnya, memenangkan tiga
penghargaan nasional untuk kategori misteri, mulai dari Edgar Award, Anthony
Award hingga Shamus Award. Rangkaian cerita pendek karyanya juga dimuat dalam
majalah misteri Mary Higgins Clark dan majalah misteri Ellery Queen.
Kesuksesan karya tulisnya
melalui serial Percy Jackson & The Olympians, dimulai dari buku pertama The
Lightning Thief yang masuk dalam daftar New York Times Notable Book di tahun
2005, dan hak cipta adaptasi filmnya dibeli oleh Twentieth Century Foxdan telah
tayang pada Februari 2010. Menyusul buku kedua ‘The Sea of Monsters’ yang juga
telah diadaptasi dan rilis pada bulan Agustus 2013. Serial yang terdiri dari
lima judul buku yang membuat kumpulan penggemar petualangan para ‘Demi-God’
bahkan berlanjut pada serial Hero of Olympus, yang merupakan sekuel petualangan
Percy Jackson dan kawan-kawannya.
Selain serial yang mengangkat
sejarah dan mitologi Yunani, beliau juga menghasilkan karya lain yang mengambil
tema sejarah serta mitologi Mesir dalam
serial ‘Kane Chronicles’ yang tak kalah menariknya. Kini Rick Riordan menjalani
kehidupan full-time sebagai penulis aktif yang selalu menyajikan ide-ide serta
tema menarik bagi kaum remaja hingga dewasa. Beliau tinggal di kawasan San
Antonio bersama istri dan kedua putranya.
[ more about the author and
related works, just check at here : Rick Riordan | on Goodreads | on Wikipedia
| on IMDb | Percy Jackson’s Site (UK) | Percy Jackson's Site (USA) ]
Best Regards,
* Hobby Buku *
Septianto | seplucid@gmail.com | banyak yang bilang ini seri wajib koleksi buat penggemar fantasy, cuma baru liat film-nya udah suka tapi kabarnya bukunya jauh lebih bagus dari film-nya, jadi tambah penasaranka saya, hahaa..
ReplyDeleteSasa Isnara | sasaisnara@gmail.com | Sebelum film ini dirilis, saya cuek bebek, 'ahh pasti biasa aja' lagian kalau terjemahannya kadang bikin pusing, eh pas ada filmnya terus ada yang bilang bagusan novelnya, saya jadi pengen baca plus ngoleksi :D
ReplyDeleteMaryana | amz_ochi_gnz@yahoo.co.id | Temenku punya set nya. Tinggal pinjem sih tapi rasanya gak afdol kalau gak baca sendiri. Temen-temen penggemar novel fantasi banyak banget yang suka. Kalau lagi pada ngobrol, aku doang yang mati gaya XD
ReplyDeleteUdah nonton filmnya dan suka. Meski ada beberapa hal janggal dan aku pengen mastiin di bukunya :)