Translate

Thursday, August 13, 2015

Books "HALF WILD"

Books “HALF WILD”
Judul Asli : HALD WILD
[ book 2 of HALF LIFE TRILOGY Series ]
Copyright © by Sally Green, 2015
Text copyright © Half Bad Books Limited 2014
Illustrations copyright © 2007 by Ross Collins
Penerbit Mizan Fantasi / Noura Books
Alih Bahasa : Reni Indardini
Editor : Nunung Wiyati
Layout : Farida Rahmitania
Desain sampul : Fahmi Ilmansyah
Cetakan I : April 2015 ; 462 hlm ; ISBN 978-602-0989-59-4
Harga Normal : Rp. 45.000,-
Rate : 3 of 5

Nathan berada dalam kondisi nyaris tewas akibat pertarungan yang tidak seimbang. Rose tewas setelah berhasil mencuri Fairborn dari tangan Clay O’Brien. Sedangkan Gabriel terpisah dari Nathan saat ia berusaha mengalihkan perhatian musuh kepada dirinya. Nathan juga kehilangan Annalise O’Brien – gadis yang ia cintai, yang dijadikan tawanan Mercury hingga Nathan berhasil menunaikan tugasnya : membunuh Marcus – penyihir hitam yang sangat ditakuti, sekaligus ayah kandungnya, yang hanya bisa dilukai menggunakan Fairborn – pisau khusus yang mampu membelah batu cadas.


Namun kini Nathan harus memulihkan kondisinya di persembunyian yang telah disepakati. Ia menanti Gabriel selama berhari-hari, berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Fairborn yang pernah digenggamnya, lenyap tanpa jejak, kemungkinan hilang saat Nathan dalam kondisi tak sadarkan diri, akibat luka-luka parah yang dideritanya. Dalam kondisi putus asa tanpa tahu langkah apa yang harus ia lakukan, tanpa kehadiran Gabriel yang hampir selalu berperan sebagai pemandu, tanpa Fairborn, bagaimana Nathan bisa menyelamatkan Annalise yang dibuat ‘mati-suri’ dengan sihir Mercury ?

Dalam proses pemulihan tersebut, Nathan mendapati dirinya berubah seiring dengan ‘anugrah’ yang diterimanya dari sang ayah. Kemampuan khusus dirinya untuk ‘beralih-wujud’ memiliki dampak yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Ketakutan dan kekhawatiran yang mendominasi benak Nathan, membuatnya berusaha menolak ‘bakat’ tersebut dan berusaha untuk mengendalikan sisi liar serta buas yang mengerikan. Ia tak mau berubah seperti sang Ayah, yang ditakuti oleh kawan maupun lawan, terutama karena kebiasaannya mengikuti kehidupan liar laksana hewan buas yang bukan sekedar membunuh lawan tetapi juga ‘menyantap’ bagian-bagian tertentu dari korbannya.

Pengalaman pertama Nathan dalam usahanya mengendalikan kekuatan itu, membawa kematian musuh yang sangat dibenci, salah satu anggota keluarga O’Brien, Kieran O’Brien – kakak Annalise. Nyaris kehilangan akal sehatnya, Nathan justru bertemu dengan Nesbitt – blasteran manusia dan penyihir yang cerdik nan licik, dan ia membawa Nathan bertemu dengan Victoria ‘Val’ Dal – penyihir hitam yang memiliki keahlian unik, sekaligus penyelamat nyawa Gabriel yang ditemukan nyaris tewas dalam usaha menolong Nathan. Melalui Val, Nathan berhasil dibujuk untuk mengikuti rencana untuk menemukan Mercury sebagai bagian dari rencana besar untuk aliansi perlawanan antara penyihir putih dan penyihir hitam.

Peristiwa yang tak pernah dibayangkan akan terjadi ini akibat adanya perubahan tampuk pemerintahan yang kini dipegang oleh Soul O’Brien – paman Annalise sekaligus penyihir putih yang bersekutu dengan Mr. Wallend, penyihir keji yang memiliki ketertarikan untuk melakukan eksperimen tak terbayangkan pada kaum penyihir hitam, atau pihak-pihak yang dianggap menghalangi rencana mereka. Nathan mengenal dekat kedua penyihir itu, karena mereka juga masa lalunya penuh penderitaan dan siksaan tiada henti yang tak tertahankan. Namun ketika aliansi juga meminta bantuan Nathan untuk membujuk Marcus – ayahnya, untuk bergabung dengan mereka, hal itu menjadi bahan pemikiran baru selain kondisi Annalise yang memenuhi benak Nathan.

[ source ]
Setelah lumayan ‘kecewa’ dengan ending pada buku pertama (baca : HALF BAD), jujur diriku agak ragu-ragu meneruskan membaca kelanjutan kisah ini. Rasa penasaran akhirnya menang ... dan alhasil ternyata buku kedua ini justru lebih mengecewakan dibanding buku pertama. Jika dalam buku pertama, nuansa misteri, ketegangan bahkan konflik yang terjadi sangat intens dan kelam, yang menjadikan daya tarik tersendiri yang sayangnya tidak tereksekusi dengan baik pada endingnya, maka buku kedua ini bisa dikatakan berjalan dengan ‘datar’. Benar, situasi semakin kompleks, karakter-karakter baru yang muncul juga tak kalah menarik, anehnya daya tarik kisah ini justru membawaku pada karakter Gabriel yang bisa dikatakn berperan sebagai ‘pendamping’ setia Nathan.

[ source ]
Dari awal sosok Gabriel digambarkan ‘tidak sempurna’ karena statusnya sebagai blasteran, namun sikap Gabriel yang bukan sekedar menerima kekurangan serta kelebihannya dan mengembangkan kemampuan khusus yang menjadikan aset kuat pada dirinya, ini yang membuatku jauh lebih menyukai dirinya ketimbang Nathan. Jika harus melalui kisah sepanjang 400 halaman tentang hubungan labil Nathan dan Annalise (she is NOT my favorite character though she describe as ‘miss perfect’), lebih baik menyimak perjalanan Gabriel walau hanya sejenak. Perasaan hati Gabriel yang ‘sangat tulus’ kepada Nathan, walau membawa pemikiran apakah Gabriel ‘gay’ – justru tidak mengundang antipati malahan simpati yang sangat dalam atas kejujuran dan keterbukaan yang dijalaninya. Dan jangan lupa pasangan unik Val dan Nesbitt – tanpa mereka berdua, kisah ini benar-benar ‘boring-to-the-max’ dan bagaimana kelanjutan kisah Nathan, well jujur diriku tidak terlalu peduli, kecuali hal itu menyangkut nasib Gabriel (^_^)

[ more about the author & related works, just check at here : Sally Green | on Goodreads | on Wikipedia ]

Best Regards,

@HobbyBuku

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...