Books
“HALF WILD”
Judul Asli : HALD WILD
[
book 2 of HALF LIFE TRILOGY Series ]
Copyright © by Sally
Green, 2015
Text copyright © Half Bad
Books Limited 2014
Illustrations copyright ©
2007 by Ross Collins
Penerbit Mizan Fantasi /
Noura Books
Alih Bahasa : Reni
Indardini
Editor
: Nunung Wiyati
Layout
: Farida Rahmitania
Desain
sampul : Fahmi Ilmansyah
Cetakan I : April 2015 ; 462
hlm ; ISBN 978-602-0989-59-4
Harga Normal : Rp. 45.000,-
Rate : 3 of 5
Nathan berada dalam
kondisi nyaris tewas akibat pertarungan yang tidak seimbang. Rose tewas setelah
berhasil mencuri Fairborn dari tangan Clay O’Brien. Sedangkan Gabriel terpisah
dari Nathan saat ia berusaha mengalihkan perhatian musuh kepada dirinya. Nathan
juga kehilangan Annalise O’Brien – gadis yang ia cintai, yang dijadikan tawanan
Mercury hingga Nathan berhasil menunaikan tugasnya : membunuh Marcus – penyihir
hitam yang sangat ditakuti, sekaligus ayah kandungnya, yang hanya bisa dilukai
menggunakan Fairborn – pisau khusus yang mampu membelah batu cadas.
Namun kini Nathan harus
memulihkan kondisinya di persembunyian yang telah disepakati. Ia menanti
Gabriel selama berhari-hari, berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Fairborn
yang pernah digenggamnya, lenyap tanpa jejak, kemungkinan hilang saat Nathan
dalam kondisi tak sadarkan diri, akibat luka-luka parah yang dideritanya. Dalam
kondisi putus asa tanpa tahu langkah apa yang harus ia lakukan, tanpa kehadiran
Gabriel yang hampir selalu berperan sebagai pemandu, tanpa Fairborn, bagaimana
Nathan bisa menyelamatkan Annalise yang dibuat ‘mati-suri’ dengan sihir Mercury
?
Dalam proses pemulihan
tersebut, Nathan mendapati dirinya berubah seiring dengan ‘anugrah’ yang
diterimanya dari sang ayah. Kemampuan khusus dirinya untuk ‘beralih-wujud’
memiliki dampak yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Ketakutan dan
kekhawatiran yang mendominasi benak Nathan, membuatnya berusaha menolak ‘bakat’
tersebut dan berusaha untuk mengendalikan sisi liar serta buas yang mengerikan.
Ia tak mau berubah seperti sang Ayah, yang ditakuti oleh kawan maupun lawan,
terutama karena kebiasaannya mengikuti kehidupan liar laksana hewan buas yang
bukan sekedar membunuh lawan tetapi juga ‘menyantap’ bagian-bagian tertentu
dari korbannya.
Pengalaman pertama Nathan
dalam usahanya mengendalikan kekuatan itu, membawa kematian musuh yang sangat
dibenci, salah satu anggota keluarga O’Brien, Kieran O’Brien – kakak Annalise. Nyaris
kehilangan akal sehatnya, Nathan justru bertemu dengan Nesbitt – blasteran manusia
dan penyihir yang cerdik nan licik, dan ia membawa Nathan bertemu dengan
Victoria ‘Val’ Dal – penyihir hitam yang memiliki keahlian unik, sekaligus
penyelamat nyawa Gabriel yang ditemukan nyaris tewas dalam usaha menolong
Nathan. Melalui Val, Nathan berhasil dibujuk untuk mengikuti rencana untuk
menemukan Mercury sebagai bagian dari rencana besar untuk aliansi perlawanan
antara penyihir putih dan penyihir hitam.
Peristiwa yang tak pernah
dibayangkan akan terjadi ini akibat adanya perubahan tampuk pemerintahan yang
kini dipegang oleh Soul O’Brien – paman Annalise sekaligus penyihir putih yang
bersekutu dengan Mr. Wallend, penyihir keji yang memiliki ketertarikan untuk
melakukan eksperimen tak terbayangkan pada kaum penyihir hitam, atau
pihak-pihak yang dianggap menghalangi rencana mereka. Nathan mengenal dekat
kedua penyihir itu, karena mereka juga masa lalunya penuh penderitaan dan
siksaan tiada henti yang tak tertahankan. Namun ketika aliansi juga meminta
bantuan Nathan untuk membujuk Marcus – ayahnya, untuk bergabung dengan mereka,
hal itu menjadi bahan pemikiran baru selain kondisi Annalise yang memenuhi
benak Nathan.
[ source ] |
Setelah lumayan ‘kecewa’
dengan ending pada buku pertama (baca : HALF
BAD), jujur diriku agak ragu-ragu meneruskan membaca kelanjutan
kisah ini. Rasa penasaran akhirnya menang ... dan alhasil ternyata buku kedua
ini justru lebih mengecewakan dibanding buku pertama. Jika dalam buku pertama,
nuansa misteri, ketegangan bahkan konflik yang terjadi sangat intens dan kelam,
yang menjadikan daya tarik tersendiri yang sayangnya tidak tereksekusi dengan
baik pada endingnya, maka buku kedua ini bisa dikatakan berjalan dengan ‘datar’.
Benar, situasi semakin kompleks, karakter-karakter baru yang muncul juga tak
kalah menarik, anehnya daya tarik kisah ini justru membawaku pada karakter
Gabriel yang bisa dikatakn berperan sebagai ‘pendamping’ setia Nathan.
[ source ] |
Dari awal sosok Gabriel
digambarkan ‘tidak sempurna’ karena statusnya sebagai blasteran, namun sikap
Gabriel yang bukan sekedar menerima kekurangan serta kelebihannya dan
mengembangkan kemampuan khusus yang menjadikan aset kuat pada dirinya, ini yang
membuatku jauh lebih menyukai dirinya ketimbang Nathan. Jika harus melalui kisah
sepanjang 400 halaman tentang hubungan labil Nathan dan Annalise (she is NOT my
favorite character though she describe as ‘miss perfect’), lebih baik menyimak
perjalanan Gabriel walau hanya sejenak. Perasaan hati Gabriel yang ‘sangat
tulus’ kepada Nathan, walau membawa pemikiran apakah Gabriel ‘gay’ – justru
tidak mengundang antipati malahan simpati yang sangat dalam atas kejujuran dan
keterbukaan yang dijalaninya. Dan jangan lupa pasangan unik Val dan Nesbitt –
tanpa mereka berdua, kisah ini benar-benar ‘boring-to-the-max’ dan bagaimana
kelanjutan kisah Nathan, well jujur diriku tidak terlalu peduli, kecuali hal
itu menyangkut nasib Gabriel (^_^)
[
more about the author & related works, just check at here : Sally Green | on Goodreads |
on Wikipedia ]
Best Regards,
@HobbyBuku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/