Translate

Tuesday, June 12, 2012

Books "XV - TAKHTA CAHAYA"


Judul : XAR dan VICHATTAN – TAKHTA CAHAYA
( book 1 from Ahli Waris Cahaya Series )
Copyright © by Bonmedo Tambunan
Penerbit Adhika Pustaka
Editor : Lutfi Jayadi & Ratri Adityarani
Editor Revisi : Arie Prabowo & Leony Siregar
Illustrasi Sampul : Hendryzero Prasetyo dan Eko Puteh ( Imaginary Friends Studios )
Cetakan II : Juli 2010 ; 344 hlm 

Prolog :
Ini adalah sebuah kisah fantasi tentang perseteruan antara ‘baik’ dan ‘jahat’ ; antara ‘putih’ dan ‘hitam’ ; antara ‘pahlawan’ dan ‘penjahat’ ; antara ‘kasih’ dan ‘benci’. Namun pada akhirnya tiada lagi perbedaan di antara mereka, karena pada dasarnya semua bersumber dari asal yang sama, satu dengan yang lain tak dapat dipisahkan karena keseimbangan semesta akan terganggu. Looks like a very simple topic, but yet so hard to accept by humans mind, ‘cause the process living it – not so simple any more. It’s a story about Xar and Vichattan!

Sinopsis :
Alkisah di suatu tempat di semesta ini, terdapat suatu peradaban manusia, yang telah hidup berdampingan bersama makhluk hidup serta entitas lain, secara damai dan saling mengisi satu sama lain, hingga suatu saat keseimbangan itu terganggu, dan perpecahan mulai terjadi. 

Kuil Cahaya – dulu tempat ini merupakan sumber kekuatan tak ternilai bagi kehidupan semesta. Berdampingan dengan Kuil Kegelapan, perpaduan kekuatan sihir di antara mereka menjaga kelangsungan peradaban makhluk hidup. Hingga saat perang akbar yang menoreh garis hitam dalam sejarah, pertempuran hidup-mati antara Cahaya dan Gelap. Pada akhirnya Gelap kalah, terusir dan terbuang di dunia lain – dunia perbatasan sebagai tahanan selamanya. Cahaya telah menang, namun memakan korban tidak sedikit, termasuk sang pemimpin pendeta wanita Luscia. Maka cahaya Kuil Cahaya meredup, menjadi reruntuhan yang entah kapan terbangun kembali. 

Kuil Xar – merupakan kediaman para Ka-Xar (pasukan yang memiliki kekuatan tempur serta teknik bela diri) dan Es-Xar (pasukan yang terlatih dalam penggunaan sihir tingkat tinggi) di bawah pimpinan Biarawati Agung Mirell. Para pasukan Kuil Xar telah terlatih untuk menggunakan tenaga inti yang terdapat di dalam setiap tubuh manusia, suatu kekuatan dahsyat yang jika dikendalikan dengan pelatihan khusus, akan menjadikan orang tersebut memiliki ketahanan dan penguasaan atas kekuatan tak terbatas yang luar biasa. Namun pada suatu malam, kedamaian dan ketenangan Kuil Xar dipecahkan oleh insiden aneh yang menyerang Biarawati Agung Mirell. Akibatnya, sang biarawati segera memerintahkan pasukan khusus berangkat menuju Kerajaan Vichattan. Bencana besar akan segera membayangi kedamaian mereka semua.   

Kerajaan Vichattan – sebuah kota besar yang dibangun dan dilindungi oleh kekuatan sihir yang sangat besar. Semua penghuninya telah mempelajari dan menerapkan penggunaan sihir dalam kehidupan sehari-hari. Karena sihir Vichattan menggunakan sumber dari kehidupan di lingkungan sekitar, maka kekuatan mereka semakin meningkat seiring dengan kedamaian dan kemakmuran yang dialami. Dipimpin oleh Penasehat Utama Magdalin au Yamenti atau yang lebih dikenal sebagai Tiarawati Magdalin, seorang pemimpin yang tangguh dalam mengatur rencana maupun kekuatan sihir. Tapi kedamaian di Vichattan akan segera terusik. Kedatangan rombongan pasukan Kuil Xar bukan saja membuat heran semua orang, juga bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi ? Tanpa menyadari ancaman bahaya sudah di ambang pintu.

Kuil Xar dan Kerajaan Vichattan yang telah hidup berdampingan selama bertahun-tahun, mengandalkan pada kekuatan Cahaya, memulihkan kehidupan yang musnah terjadi akibat pertempuran besar antara kekuatan Cahaya melawan kekuatan Gelap bertahun-tahun silam. Dan kini kabar tentang kebangkitan Kuil Kegelapan menerpa mereka semua. Tanpa ada tanda-tanda khusus, kekuatan Kegelapan telah menyerang. Para pimpinan Xar dan Vichattan yang memiliki kekuatan batin terkuat, lebih dahulu merasakan kengerian dan ketakutan akan besarnya ancaman yang akan menimpa mereka semua. Apakah mereka semua akan siap dalam menjalani kembali pertempuran hidup-mati yang telah memusnahkan hampir seluruh peradaban Cahaya bertahun-tahun silam ? 

Kuil Kegelapan – dulu pada saat pertama kali Kegelapan muncul sebagai pendamping Cahaya, perpaduan kekuatan mereka membuat kehidupan semesta berkembang hingga sebuah peradaban terbentuk. Namun seiring dengan waktu, terjadi perpecahan di antara dua kekuatan yang sama besar. Bukannya saling mendukung, justru satu sama lain saling berusaha menjatuhkan, keinginan menjadi penguasa tunggal atas kekuatan yang tak terbatas adalah pokok permasalahan. Akibatnya sungguh mengerikan, kehidupan serta peradaban yang telah susah payah dibentuk, justru hancur hampir tak tersisa akibat bentrokan kekuatan yang maha dahsyat. Dan setelah sekian tahun menghilang karena terkalahkan dalam pertempuran akbar itu, kini Kegelapan bangkit kembali, jauh lebih kuat dan mengerikan. Sang pemimpin Yang Mulia Khalash telah dikalahkan oleh pendeta Agung Luscia, kini kembali dan merencanakan pembalasan yang jauh lebih mengerikan dibandingkan pertempuran masa silam. 

Teror ketakutan dan kengerian mulai merajalela di antara Xar dan Vichattan. Dulu masih ada pendeta Agung Luscia dengan kekuatan Cahaya. Kini, hampir sebagian besar kekuatan itu menghilang, bersamaan dengan runtuhnya Kuil Cahaya. Apakah mereka akan sanggup menghadapi lawan yang sangat kuat ini? Tanpa disadari, pendeta Agung Luscia telah menduga bahwa Kegelapan akan muncul kembali. Maka ia telah menunjuk ahli waris cahaya baru, calon-calon terpilih yang akan memimpin Xar dan Vichattan, serta menjaga kelangsungan serta keseimbangan semesta. Mereka adalah Antessa kar Illaisa dan Dalrin uv Elaim dari Kuil Xar, serta Kara au Yamenti dan Gerome op Karlan dari Kerajaan Vichattan. Keempat ahli waris cahaya yang masih bocah ini mendapat panggilan khusus dari Roh Pendeta Agung Luscia, dan tugas awal yang menjadi tanggung jawab besar bagi mereka adalah membangun kembali Kuil Cahaya, membangunkan sang penjaga Cahaya : Amor dan Pietas. Dan perjalanan mereka segera mendapat berbagai rintangan dan halangan. Karena sang pangeran Kegelapan telah memerintahkan pasukan rahasianya untuk menghabisi nyawa keempat bocah itu, sebelum mereka mampu membangun kembali kekuatan Kuil Cahaya.  

Kesan :
Ini adalah novel fantasi karya anak bangsa yang pertama kubaca (^_^) ... Sekian lama diriku hanya ‘mau’ menikmati bacaan terjemahan, bukannya anti-produk-lokal, tapi entah mengapa sudah beberapa kali mencoba, tidak ada bacaan yang mampu membuatku ingin membacanya kembali atau bahkan sekedar mengingat pernah membacanya. Dengan perkecualiaan beberapa novel lokal terbitan lama pada era tahun 1970-1980, yang mampu mengusung tema-tema sederhana hingga lumayan problematik dengan ulasan kisah yang mengandung arti mendalam, sesuatu yang sayangnya seiring dengan perkembangan jaman serta pergeseran generasi, berubah menjadi bacaan ‘sangat-sangat ringan’, lebih humoris dengan gaya bahasa yang meremaja, namun jiwa serta isi di dalamnya terasa sangat kurang menurut seleraku, menjadi sebuah bacaan selingan yang tak akan menimbulkan kenangan. Dan di tahun 2012 ini, melihat maraknya perkembangan genre novel karya anak bangsa, maka kucoba kembali beberapa novel karya asli, dan salah satu yang mendapat kesempatan pertama adalah serial Xar & Vichattan ini.

Dibuka dengan seting dan adegan yang lumayan seru, berlanjut dengan penggambaran masing-masing tokoh dan latar belakangnya, disertai dialog-dialog yang memberikan bayangan awal, bagaimana kisah ini mulai tersusun. Perbedaan novel jenis drama dengan novel epik fantasi seperti ini adalahnya banyaknya elemen yang harus dimasukan secara bersamaan, namun jangan sampai membuat pembaca semakin bingung atau bahkan bosan dengan detil yang tidak perlu. Dan harus kuakui, penulis mampu menghindari jebakan ini dalam 10 halaman pertama (ingat kesan awal ibarat pintu pembuka yang mamutuskan apakah kita akan terus masuk atau mau ‘ngeloyor’ keluar dan singgah ke tempat lain). Meski ada beberapa penyampaian yang terasa janggal, kemungkinan lebih karena diriku belum terbiasa dengan format dan penggunaan kalimat ‘lokal’ dibandingkan hasil terjemahan yang rata-rata harus sesuai dengan text-book. Dan kebetulan yang kubaca adalah edisi revisi, sehingga gangguan terutama ‘typo’ sangat sedikit untuk dapat mengusik kenyamanan dalam menyelesaikan novel ini. 

Tema yang dibawakan sangat simple dan memang menjadi tema dominasi karya fantasi, perang antara baik dan jahat. Tapi dalam kisah Xar & Vichattan ini, sesuatu yang tampak simple, tidak hanya dapat diselesaikan secara simple pula. Karena melibatkan unsur ‘manusiawi’ pada makhluk hidup, di mana pergolakan batin serta pencarian jati diri merupakan proses yang memakan waktu dan harus melalui pengorbanan yang tidak sedikit. Ibarat pepatah mengatakan bahwa sebuah proses pembelajaran baru dikatakan berhasil jika seseorang mengalami kegagalan, namun mampu bangkit kembali dari belajar dari sisi yang berbeda. Kegagalan sebagai suatu pembelajaran yang harus diterima bukan dijadikan beban yang menghambat perjalanan. 

Dan penulis memberikan ‘beban’ tambahan bagi para pembaca dengan memberikan porsi pemeran utama pada dua pasang bocah yang masih terhitung ‘hijau’ dalam kematangan pikiran serta penguasaan jiwa, namun kondisi memaksa mereka untuk segera ‘dewasa’ melebihi batas usia. Bagaimana para pembaca tidak akan tersentuh dengan kepolosan dan penderitaan yang mereka alami? Terbukti dengan kesuksesan kisah Harry Potter atau mungkin lebih tepat disebut kumpulan kisah kemalangan bocah bernama Harry Potter ... Mengapa hal ini bisa menjadi tema yang mampu menyentuh, karena tragedi serta kesedihan, akan jauh lebih lama ‘mengendap’ dalam benak manusia ketimbang tema kebahagiaan atau keceriaan. Nah, bukan berarti kita lantas harus senantiasa mencari tema-tema seperti ini, hanya sekedar pengamatan diriku sebagai pembaca dan penikmat buku (^_^). Selanjutnya, bagaimana kesanku setelah membaca buku pertama kisah ini ? Yang dapat kukatakan hanya “Tak sabar untuk segera melanjutkan kisah Xar & Vichattan ke buku kedua”

Tentang Penulis : 


Bonmedo Tambunan, pria yang akrab dipanggil dengan nama Boni ini lahir di Jakarta, pada tanggal 24 januari 1976. Saat ini selain menekuni hobinya sebagai seorang penulis, Boni juga berprofesi sebagai banker di salah satu bank berskala international di Jakarta. 

Pria yang mempunyai hobi membaca, bermain game, dansa ballroom, dan menulis ini mengaku tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang penulis. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di Jakarta (1993), Boni melanjutkan pendidikannya di bidang komputer dan bisnis di salah satu universitas di Amerika (1993-1977). Di sanalah Boni mulai menekuni hobi menulis yang kerap dilakukannya untuk mengisi waktu luang di sela-sela kuliah. 

Terinspirasi oleh buku-buku seperti The Lord of The Ring Trilogy, The Hobbit, dan serial The Wheel of Time, Boni lalu memilih genre fantasi sebagai topik pilihan penulisannya. Cukup banyak yang dihasilkan, tetapi tidak pernah terpikir olehnya untuk menerbitkan karya-karya tulisnya itu. Bahkan kemudian karya-karyanya itu sempat terlupakan di tengah kesibukan kerja dan hobi-hobinya yang lain. 

Di tahun 2009, salah satu karyanya yang berawal dari keisengannya mengikuti sebuah lomba menulis di internet sewaktu masih kuliah, berhasil diterbitkan. Novel fiksi fantasi Xar & Vichattan – Takhta Cahaya, yang diterbitkan oleh Adhika Pustaka adalah buku pertamanya, yang kemudian dilanjutkan dengan buku kedua Xar & Vichattan : Prahara dan buku ketiga Empat Tubuh Statera. 

Boni juga aktif sebagai juri dari lomba menulis cerpen fantasi bertaraf nasional, yang diprakarsai oleh sebuah perkumpulan penulis fantasi Indonesia, Kastil Fantasi. Karya-karyanya berupa cerpen juga telah diterbitkan di dalam buku yang adalah hasil dari lomba tersebut, Fantasy Fiesta 2010 dan Fantasy Fiesta 2011. 

Best Regards,
* Hobby Buku *

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...