Books
“NYANYIAN SANG PENYIHIR TERAKHIR”
Judul Asli : WITCH SONG
[
book 1 of WITCH SONG Series ]
Copyright © by Amber
Argyle
Penerbit Atria
Alih Bahasa : Berliani M.
Nugrahani
Editor : Ida Wajdi
Layout : Aniza Pujiati
Desain sampul : Aniza
Pujiati
Cetakan I : Juli 2012 ;
514 hlm ; ISBN 978-979-024-486-3
Rate : 3 of 5
Syahdan di desa Gonstower,
di wilayah negara bagian Harden, tinggallah seorang gadis remaja bernama
Brusenna bersama Sacra – ibunya. Mereka tinggal di sebuah tempat yang
tersembunyi di dalam hutan, dimana jalan masuknya tidak diketahui atau sulit
untuk ditemukan oleh manusia biasa. Hal ini bisa dilakukan karena mereka adalah
kaum Penyihir atau dikenal sebagai Pelantun Mantra. Brusenna tak pernah
mengetahui apa alasan ibunya untuk menyembunyikan diri, namun semenjak
kanak-kanak, ia sudah terbiasa mendapat perlakuan tak menyenangkan dari
penduduk sekitar, dan ia menduga itulah alasan mengapa mereka hidup jauh dari
pemukiman penduduk. Hingga menjelang usianya ke-15, terjadi serangkaian
peristiwa yang membawa perubahan besar pada kehidupan serta masa depannya.
Dimulai dari perlakuan semena-mena pedagang di pasar yang nyaris membuatnya
menerima hukuman penggal, hingga muncul seorang penyihir yang menyebut dirinya
Coyel.
Coyel bukan hanya sekedar
menyelamatkan dirinya, tetapi juga dalam misi khusus menemukan Sacra, untuk
meminta bantuan karena bencana akan segera terjadi akibat tindakan salah satu
dari kaum Penyihir yang seharusnya menjaga keseimbangan dunia serta alam
sekitar, namun justru sang pelaku berniat menjadi penguasa kekuatan sihir dan
pengendali alam. Sacra yang menyimpan rapat-rapat masa lalunya, awalnya menolak
permintaan Coyel dengan pertimbangan keselamatan Brusenna. Tapi ketika keadaan
tampak semakin memburuk, Sacra memutuskan mengambil tindakan untuk mencegah
malapetaka lebih lanjut, meski itu berarti ia harus meninggalkan Brusenna
seorang diri dengan amanat khusus, seandainya ia tak kembali pada waktu yang
ditetapkan. Brusenna, tanpa teman atau kenalan selain Bruke – anjing penjaga
dan pendampingnya selama ini, harus mengambil keputusan kala hari-hari
penantiannya membawa kabar buruk tentang keberadaan sang ibu ...
Ketika Wardof – sang Pemburu
Penyihir muncul dan berusaha menculik Brusenna, ia tahu bahwa satu-satunya
jalan adalah menemukan sang ibu. Melalui serangkaian petunjuk yang samar-samar,
Brusenna ditemani Bruke menempuh perjalanan jauh ke tempat yang tak pernah ia
ketahui, untuk menghadapi pengkhianat kaum Penyihir – sang Penyihir Kegelapan
yang telah menangkap dan mengambil kekuatan sihir dari kaum Penjaga Alam. Tiada
pilihan lain ketika ia dihadapkan pada kenyataan bahwa dirinya yang sama sekali
tak memiliki pengalaman dan pengetahuan adalah satu-satunya penyihir yang
tersisa dan belum tertangkap oleh Penyihir Kegelapan. Dengan bantuan Joshen –
putra Wittin dan kemenakan Sherif Tomack, anggota Pengawal Penyihir yang
diam-diam mengawasi dan menjaga kaum Penjaga yang tersisa, sebuah perjalanan
menempuh medan yang berat, hutan belantara, lautan yang ganas hingga pegunungan
yang curam. Dari wilayah kekuasaan bangsa Nefalie hingga menyeberangi Haven,
Brusenna harus berhadapan dengan penguasa Tarten yang bekerja sama dengan
Penyihir Kegelapan untuk melenyapkan kaum Penyihir dari muka bumi.
Kisah fantasi yang
mengambil tema dan latar belakang kehidupan masyarakat, kala pemahaman tentang
kekuatan alam serta kaum yang menguasai pengetahuan berbeda dianggap sebagai
sosok yang ditakuti sekaligus dimusuhi, cukup menarik untuk disimak lebih
lanjut. Memadukan unsur supranatural tentang kekuatan mengendalikan alam dan
berkomunikasi terhadap makhluk hidup lainnya, seperti hewan maupun
tumbuh-tumbuhan, menambah daya tarik kisah ini. Petualangan sosok Brusenna dan
pendampingnya, Joshen – manusia biasa atau bisa disebut sebagai mortal, serta
rumitnya hubungan antara mereka, seharusnya bisa membuatku semakin tenggelam
dalam kisah sepanjang 500 halaman ini. Namun apa daya, semenjak awal, proses
kenikmatan ini berjalan tersendat-sendat, dimulai dengan gaya penuturan serta
adegan yang meloncat-loncat tanpa kejelasan, dan karakter sang tokoh utama :
Brusenna yang sama sekali tak mampu memikat diriku untuk bersimpati lebih jauh.
Seakan-akan membaca kisah fantasi yang diperuntukan bagi kanak-kanak, kisah ini
berjalan cukup datar tanpa menimbulkan daya tarik secara emosional. Alih-alih
menekankan pada pengembangan karakter, penulis justru sibuk dengan aneka detil
latar belakang yang terus terang justru membuatku bingung dan pusing dengan
banyaknya hal yang harus diingat-ingat. Alhasil, hingga menjelang ending,
sebuah kelegaan tersendiri bagi diriku bahwa kisah ini (akhirnya) usai.
Mengingat ini adalah buku pertama dari sebuah kisah trilogi, tiada minat atau
ketertarikan untuk menelusuri kelanjutan kisah Brusenna dan petualangan lainnya
... Satu-satunya hal yang bisa kupuji adalah desain sampul yang menarik dan
sangat cantik, dan sayangnya tidak sesuai dengan isi yang tercantum di dalamnya
\(-__-)/
Tentang Penulis :
Amber
Argyle, dibesarkan bersama ketiga saudara lelakinya di sebuah
peternakan di Pegunungan Rocky. Dia gemar berkuda, menjelajahi pegunungan, dan
bermain di istal keluarga yang angker. Lingkungan ini memperkaya imajinasinya
selama dia menulis novel perdananya. Dia pernah bekerja sebagai koki, pesuruh,
dan di rumah sakit jiwa, sehingga banyak mengetahui tentang kondisi manusia.
Pengalaman itu pulalah yang memudahkan dirinya menciptakan beberapa karakter
unik. Dia menerima gelar sarjana Sastra Inggris dan Pendidikan Olahraga dari
Utah State University. Saat ini, dia tinggal di Utah bersama suami dan ketiga
anaknya. ( sumber : Penerbit Atria )
~ This Post are include in
2014 Reading Challenge ~
65th Book in
Finding New Author Challenge
168th Book in
TBRR Pile
Best Regards,
Hobby Buku
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan dan komentar (no spam please), harap sabar jika tidak langsung muncul karena kolom ini menggunakan moderasi admin.
Thanks for visiting, your comment really appreciated \(^0^)/